Segitiga Restitusi, Pendekatan Humanis dalam Menangani Tantangan Murid di Kelas
Setiap zaman, tentu memiliki keunikan murid berbeda-beda. Dulu sejak saya sekolah keunikan murid tidaklah sekompleks sekarang. Masih teringat bagaimana dulu saya diberikan hukuman oleh guru karena tidak hapal perkalian atau karena masalah lainnya? Jika itu saya terapkan pada saat ini mungkin semua murid saya akan benci dan menjauh. Ternyata setelah saya analisis memang berbeda. Dulu saya dipukul dengan rotan tak masalah dan semakin semangat untuk belajar yang menaikkan prestasi. Tapi apakah hukuman seperti itu masih relevan sampai saat ini?
Hukuman yang diberikan kepada murid ternyata tidak bisa menguatkan dan bahkan meninggalkan luka. Ada juga yang menimbulkan masalah hukum apabila orang tua murid tidak terima.Â
Untuk itulah tantangan bagi guru bagaimana mengelola perilaku murid di kelas? Saat keunikan yang terjadi muncul, maka perlu kita beralih dari penerapan disiplin otoriter yang berpusat pada pemberian hukuman menjadi metode lain yang lebih baik, kontruktif, dan berorientasi pada pembelajaran yakni segitiga restitusi.
Pendekatan ini ternyata setelah dipraktikkan dan dipahami membantu murid dalam memahami dampak dan perilaku yang dilakukan. Murid belajar dari kesalahan untuk lebih bertanggung jawab karena guru memberikan kepercayaan dan menebalkan keyakinan kelas yang telah dibangun dan sepakatinya dengan guru kelasnya.
Pendekatan ini saya nilai humanis yang memandang masalah tidak berpusat pada guru tapi pada murid. Mungkin guru memiliki pandangan bahwa masalah murid hanya kecil tapi berbeda saat sudut pandang murid sebagai pelaku, justru sebaliknya. Dengan pendekatan ini, guru tidak fokus menyalahkan kesalahan yang dilakukan oleh murid tapi menggali alasan dibalik itu semua dan bagimana cara guru memulihkan hubungan dan kondisi pembelajaran.
Pendekatan ini membawa perubahan yang luar biasa terhadap laku murid. Semua murid bisa diberikan kesempatan untuk belajar dari kesalahannya daripada kita berikan hukuman. Sebab, semua orang pasti pernah melakukan kesalahan dan berusaha menjadi pribadi lebih baik.Â
Dengan penerapan segitiga restitusi kita bisa menerapkan sebagai manajer yakni posisi guru berbuat sesuatu bersama murid dengan mempersilakan murid mempertanggungjawabkan tindakannya, mendukung murid supaya menemukan solusi atas masalah yang dihadapi. Jika guru sebagai manajer telah memahami perannya dalam posisi teman dan pemantau sehingga sewaktu-waktu dapat diterapkan.
Semua guru mengharapkan murid menjadi manusia yang merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab. Dengan begitu, kolaborasi bersama murid bagaimana guru berusaha membantu memperbaiki kesalahan dan menebalkan keyakinan kelas yang telah disepakati. Lalu apa itu segitiga restitusi?
Segitiga restitusi adalah suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Diane Gossen, seorang psikolog asal Kanada. Pendekatan dini didasarkan prinsip  bahwa setiap tindakan atau perilaku yang salah adalah kesempatan/peluang untuk  belajar bukan untuk dihukum. Dengan restitusi setidaknya guru mengajak murid menyadari kesalahannya, memahami dampaknya, lalu mengajak melakukan perbaikan demi mengembalikan keadaan lebih baik dari sebelumnya.
Ada tiga tahap dalam segitiga restitusi dan peran kontrol guru
Stabilisasi (Stabilize the Self)
Tahap pertama ini seorang guru mesti bisa mengontrol situasi dan kondisi melalui cara menenangkan dan berusaha menghindari konfrontasi secara langsung. Dengan penerapan kontrol yang baik berarti guru bisa membantu murid dalam menenangkan dan tidak semakin tegang. Guru bisa menawarkan waktu tenang atau ruang bagi muri untuk merenung sebelum ketahap selanjutnya. Di sinilah kontrol emosional guru amat penting sebab reaksi terlalu keras juga tidak baik sehingga membuat keruh masalah menjadi semakin rumit.
Validasi (Validate the Child's Needs)
Pada tahap kedua ini, sikap kontrol guru bersifat memahami dan mendengarkan. Guru hendaknya mengendalikan dirinya dan tidak berusaha menghakimi atau menjadi penasihat. Tapi guru membuka ruang bagi murid untuk mengemukakan perasaan dan kebutuhannya. Di sinilah peran kontrol yang lebih halus, guru hendaklah bisa mengenalikan diri dan tidak mengambil alih pembicaraan tapi menghargai murid merasa didengar dan dipahami.
Restitusi (Make Restitution)
Dalam tahap ketiga ini, guru kembali menggunakan kontrol untuk mengarahkan dan membimbing  murid menemukan solusi. Guru memastikan bahwa murid dapat memahami dampak dari perilakunya dan aktif menemukan cara untuk memperbaikinya. Guru bisa memposisikan sebagai fasilitator menggunakan kemampuannya guna mendorong murid lebih bertanggung jawab atas masalah yang dihadapinya.
Menerapkan segitiga restitus merupakan cara yang terbaik dalam perubahan paradigma pendekatan yang sudah ada menjadi lebih baik. Adapun cara yang lakukan oleh guru dalam mengimplementasi segitiga restitusi di kelas yakni pelatihan dan persiapan. Guru dapat belajar secara mandiri atau mengikuti pelatihan secara memadai mengenai konsep dan teknik penerapan segitiga restitusi. Sehingga guru belajar bagaimana mengelola emosi diri, emosi murid, sebagai pendengar yang empati, dan menjadi pemandu murid dalam proses restitusi.
Yang kedua, dalam mengimplementasikan segitiga restitusi yakni dapat menciptakan budaya kelas yang mendukung. Jika guru berhasil menerapkan menerapkan restitusi, penting bagi guru menciptakan lingkungan kelas yang mendukung dalam penerapan kesepakatan kelas yang jelas dan adil serta mendorong dialog terbuka antara murid dan guru untuk tindak lanjut dan evaluasi secara berkesinambungan.
Yang ketiga adalah menjalin kerja sama dengan orang tua. Dalam penanganan masalah, orang tua perlu dilibatkan dalam prosesnya sehingga pendekatan serupa juga diterapkan saat murid di rumah. Dengan begitu, murid memperoleh konsiten dalam pembelajaran dan bertanggung jawab menjadi pribadi lebih baik.
Saat kita memutuskan untuk penerapan strategi ini tentuk ada tantangan dan bagaimana cara mengelola posisi kontrol. Memang dalam mengelola posisi kontrol tidaklah selalu mudah. Namun, guru dapat melakukan keseimbangan antara menjadi ororitatif dan suportif. Adapun tantangan yang perlu kita sikapi di antaranya menahan diri untuk tidak menghakimi, menjaga otoritas tanpa menjadi otoriter, dan memberikan fasilitas tanpa memaksakan solusi.
Dengan menyakini, kita menerapkan segitiga restitusi memberikan keunggulan dalam mengatasi masalah murid yang beragam di kelas dan juga di sekolah. Keunggulan itulah yang menjadi dasar mengapa pendekatan ini kita terapkan di kelas?
Meningkatkan hubungan guru dan murid
Dengan melakukan validasi dan empati, guru berusaha membangun hubungan yang baik dengan murid. Murid seolah merasa lebih dihargai dan didengar yang akhirnya meningkatkan  rasa saling percaya dan kedekatan antara murid dan guru.
Mengurangi masalah di kelas
Melalui penerapan segitiga restitusi yang humanis dan empati, maka masalah di kelas setidaknya dapat diminimalisasikan. Murid di kelas cenderung bekerja sama dan menunjukan tindakan positif sehingga mereka saling dipahami dan didukung oleh guru.
Fokus pada pemulihan dan pembelajaran
Jika guru memutuskan untuk menerapak pendekatan ini tentu brharap memberikan kesempatan pada murid untuk belajar dari kesalahan yang dilakukan guna melakukan perbaikan. Hal ini sangat membantu  murid dalam memahami konsekuensi diri dari perilaku mereka dan belajar untuk bertanggung jawab.
Mengembangkan disiplin diri yang positif
Penerapan restitusi ini mendorong murid untuk mengambil tanggung jawab mengenai perilakunya. Mereka dapat menguatkan didiplin disiplin diri dengan lebih sadar dari perlakunya terhadap orang lain sehingga akan menumbuhkan motivasi intrinsik untuk menjadi murid lebih baik dari sebelumnya.
    Â
Contoh Dialog Segitiga Restitusi
Skenario Kasus 1
Murid membolos saat guru pelatihan sekolahÂ
Â
Seorang murid yang bernama Dewi kemarin dilaporkan tidak mengikuti pelajaran dikarenakan membolos sekolah ketika Bapak/Ibu Guru sedang  pelatihan sekolah.
Murid
: Assalamualaikum, Bu
Guru
: Waalaikum salam. Silakan duduk!
  Sudah istirahat tadi?
Murid
: Belum bBu, tadi kata Ibu Rahma, ibu memanggil saya, jadi saya langsung ke ruangan ibu.
Guru
: Baik. Nanti usai dari ruangan ini, bisa langsung menikmati istirahat.
 Ibu dapat laporan dari petugas keamanan bahwa dirimu kemarin membolos saat semua guru sedang mengikuti Pendidikan bakti BCA, apakah info tersebut benar?
Murid
: Benar, Bu.
Guru
: Dewi bersama siapa? Lalu Dewi pergi kemana?
Murid
: Saya Bersama teman kelas sebelah bBu. Pergi ke Indomaret, Bu.
Menstabilkan identitas
Guru
: Baik, setiap orang tidak ada yang sempurna dan tentu pernah melakukan kesalahan. Lalu coba Dewi pikirkan, pergi ke Indomaret itu manfaatnya apa ya? apa kebutuhanmu belum ada di kantin sekolah?
Murid
: Tidak ada bu, semua ada di kantin.
Guru
: Menurutmu, membolos yang kamu lakukan bersama dengan temanmu itu benar atau salah?
Murid
: Salah bu. Saya telah melanggar aturan sekolah dan kesepakatan kelas serta membuat ibu kurang nyaman.
Validasi Tindakan
Guru
: Boleh, Ibu ingin tahu alasanmu?
Murid
: Kemarin saya bosan di kelas, kemudian saya mengajak kelas sebelah Bu untuk keluar sekolah tanpa izin.
Guru
: Apakah Dewi akan mengulanginya lagi?
Murid
: Tidak Bu. Saya tidak akan mengulanginya lagi.
Guru
: Baik, ibu beri kesempatan kepercayaan lagi pada Dewi semoga Dewi menjaganya.
Murid
: Terima kasih ibu. Saya mohon maaf atas kesalahan ini.
Menanyakan Keyakinan kelasÂ
Guru
: Apakah guru memberikan tugas di saat guru pelatihan?
Murid
: Ada bu, ketua kelas yang memberikan dari gurunya. Tapi saya bingung mengerjakan meskipun telah diberikan contoh.
Guru
: Jika belum bisa kan ada teman untuk bertanya atau gunakan gawaimu belajar di youtobe. Banyak cara yang bisa Dewi lakukan untuk memperbaiki kesalahanmu.
Murid
: Baik bu
Guru
: Apa keyakinan kelas yang sudah disepakati?
Murid
: Mengerjakan semua tugas dengan baik. Jika tidak ada pelajaran maka kegiatannya membaca buku atau berdiskusi.
Guru
: Semoga Dewi bisa menjalankan keyakinan kelas itu dengan baik. Semoga lain waktu Dewi bisa belajar dari peristiwa hari ini.
Murid
: Ya Bu. Terima kasih.
Guru
:Silakan istirahat ya, masih ada waktu.
Murid
: (salim ke guru) terima kasih ya Bu dan sekali lagi saya mohon maaf. Assalamualaikum
Skenario Kasus 2
Guru sedang mengajar, tiba-tiba salah satu murid datang terlambat masuk kelas
Murid
: (ketuk pintu), Assalamualaikum. Maaf Bu saya terlambat, boleh saya masuk?
Guru
: Boleh, silakan masuk! Tapi selesai mata pelajaran, tolong temui di ruangan ibu!
Setelah pelajaran ditutup
Di ruangan guru
Murid
: (ketuk pintu) Assalamualaikum Bu, boleh saya masuk?
Guru
: Silakan duduk! Ngomong-ngomong sudah sarapan tadi pagi?
Murid
: Belum Bu.
Guru
: Baik, jika selesai dari ruangan ibu. Bisa nanti makan ya supaya tetap sehat.
Murid
: Baik bu
Guru
: Nak, kamu tahu mengapa kamu ibu minta datang ke ruangan ibu?
Murid
: tahu Bu, karena pagi ini saya terlambat masuk pelajaran ibu.
Guru
: Ibu perhatikan, akhir-akhir ini kamu sering datang terlambat tidak hanya pada saat jam pelajaran ibu juga pada pelajaran guru lainnya. Tapi di sini ibu tidak fokus pada kesalahanmu namun ibu ingin tahu alasanmu?
Murid
: Sepeda motor saya sering mogok bu. Karena itulah saya sering terlambat datang ke sekolah. Jadi saya minta teman saya menjemput.
Menstabilkan kegiatan
Guru
: O begitu. Saya yakin, tidak ada murid yang sempurna, kamu sudah baik mau mengatakan alasanmu  dengan baik.
Murid
: Terima kasih bu. Saya mohon maaf
Validasi Tindakan salah
Guru
: Menurutmu, terlambat itu baikkah?
Murid
: Tidak Bu, karena terlambat mengikuti pelajaran
Guru
: Berapa jarak antara sekolah dan rumahmu?
Murid
: 7 km
Menanyakan keyakinan
Guru
: Kamu masih ingat keyakinan kelas yang sudah disepakati?
Murid
: Ingat, Bu. Datang tepat waktu.
Guru
: Lalu, apakah ada solusi supaya dirimu tidak terlambat lagi?
Murid
: Ada Bu, dengan memperbaiki motor saya, tapi sekarang orang tua saya tidak punya uang.
Guru
: Setelah pulang sekolah nanti kamu perbaiki sepedamu dengan uang ini. Kamu tak perlu khawatir dan uang ini tak perlu diganti. Ibu senang jika esok kamu bisa datang tepat waktu setelah sepeda motormu baik.
Murid
: Terima kasih ibu. Saya akan berusaha untuk datang tepat waktu.
Guru
: Terima kasih juga sudah berusaha datang ke sekolah meskipun banyak rintangannya. Silakan makan bekalmu ya
Murid
: sSekali lagi terima kasih Bu dan maaf atas kesalahan saya.
Guru
: sama-sama
Murid
: (Salim ke guru) Assalamualaikum
Guru
: Waalaikum salam.
Sumber modul 1.4 guru penggerak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H