Mohon tunggu...
Suciati Lia
Suciati Lia Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar mengungkapkan sebuah kata agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Daun Ketapang, Potensi Usaha Menuju Peluang Ekspor yang Menjanjikan

14 Juli 2024   20:48 Diperbarui: 14 Juli 2024   21:27 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Daun Ketapang, Potensi Usaha Menuju Peluang Ekspor yang Menjanjikan

Saat membaca postingan dari akun media Kementrian Pertanian mengenai peluang daun ketapang yang diminati pasar Kanada dan Amerika membuat pribadi baru mengetahui ternyata pohon yang selama ini menjadi tempat teduh dari panasnya mentari di kala siang hari di sawah. Pohon ketapang ini memang tak pernah ditanam dan tumbuh dengan sendirinya selama ada bijinya yang diletakkan begitu saja.

Tanaman Ketapang bentuknya pun seperti payung sehingga cukup menyejukkan sebagai atap berlindung sambil menyatap makanan ala kampung seperti ikan asin, sayur asam, dan sambal terasi. Kesejukan siang meskipun hangat mentari masih terasa di kulit tak menghalangi menikmati anugerah nikmat yang telah diberikan Tuhan. Hal ini sambil memandang hamparan padi yang mulai berusia satu bulan. Pengalaman ini selalu dirindukan setiap kali ke sawah dan berkumpul dengan keluarga tercinta.

Selama ini daunnya yang jatuh dibiarkan saja mongering dan menjadi kompos terurai oleh tanah. Kalaupun berjatuhan di halaman depan juga akan disapu dan dikumpulkan baru kemudian dibakar menjadi abu. Tak ada perlakukan istimewa untuk pemanfaatan daun Ketapang ini. Semua terurai oleh alam dan belum dimaksimalkan secara optimal.

Padahal daun Ketapang sudah lama dimanfaatkan dalam berbagai keperluan tradisional. Kini seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, daun Ketapang mulai mendapatkan perhatian lebih sebagai komoditas dengan nilai ekonomi yang cukup tinggi, yakni potensi ekspor. Wow, keren. Padahal jika pemerintah mendorong sektor ini tentu akan memiliki prospek bagi petani untuk membudidayakan tanaman Ketapang untuk dikelola.

Potensi ini merupakan prospek yang menjanjikan apalagi penanaman tanaman Ketapang ini tidaklah sulit. Hal tersebut akan berdampak pada kesejahteraan petani Ketapang. Seharusnya ada penyuluhan dari tindaklanjut postingan dari akun Kementrian Pertanian sehingga masyarakat yang tetarik dapat belajar bagaimana mekanisme pengolahan dan bagaimana cara memasarkan agar kesejahteraan meningkat. Sehingga selama ini daun dibiarkan jatuh tak memiiki nilai ekonomi kini dapat mendatangkan berkah bagi pemiliknya dan sekaligus sebagai pasokan oksigen. Dua keuntungan yang didapat sekaligus.

Daun Ketapang mempunyai bentuk yang khas dengan lebar dan panjang yang mencolok serta warna hijau yang berubah merah kecoklatan saat mongering. Pohon satu ini dikenal tahan pada kondisi lingkungan yang keras dan menjadikan tanaman ini mudah tumbuh di berbagai daerah tropis.

          Proses pengolahan daun Ketapang tidaklah sulit. Daun Ketapang yang berwarna merah kecoklatan sebagai tanda bahwa daunnya mulai mongering lalu dicuci untuk menghilangkan kotoran yang menepel dan bilas dengan air bersih. Lalu, keringkan daun Ketapang tersebut di bawah sinar mentari atau menggunakan alat pengering modern untuk memastikan benar-benar kering dan mencegah tumbuhnya jamur dan menjamin kualitas produk.

          Setelah kering baru diadakan penggilingan menjadi bubuk lalu disimpan dalam wadah kedap udara di tempat kering dan sejuk. Hal ini sangat baik guna menjaga kandungan senyawa aktif dan menjaga mutu produk.

Manfaat pengolahan daun Ketapang yang dikutip dari akun media sosial Kementrian Pertanian menyebutkan bahwa daun Ketapang ini umumnya diandalkan dalam budidaya ikan cupang. Selain itu, manfaat lain dari daun Ketapang di antaranya menstabilkan kandungan pH dalam air, membuat warna air menjadi sesuai habitat ikan cupang, dan mengandung methanol yang bisa menyembuhkan luka, jamur, bakteri atau alergi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun