Mohon tunggu...
Suciati Lia
Suciati Lia Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar mengungkapkan sebuah kata agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Refleksi Diri: Mengapa Guru Perlu Beradaptasi demi Pendidikan Lebih Baik?

28 Juni 2024   09:47 Diperbarui: 28 Juni 2024   10:28 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Refleksi Diri: Mengapa Guru Perlu Beradaptasi demi Pendidikan Lebih Baik?

          Bapak dan ibu guru hebat setanah air. Saya izin berbagi sebagai bentuk refleksi diri dan sekaligus menceritakan pengalaman pribadi yang menyebabkan saya mengikuti guru penggerak. Pada  tahun 2020 saya telah mengisi biodata namun tidak ingin melanjutkan ke tahap berikutnya apalagi ada rumor guru penggerak banyak meninggalkan jam mengajar. Rumor tersebut memang membuat pribadi lebih memilih mengikuti pelatihan yang tidak menganggu tugas utama sebagai guru.

          Pola pikir itu seiring dengan perjalanan waktu telah mengubah karena regulasi dari pelatihan diganti siang sekitar pukul 13.00 WIB. Hal tersebut yang mendorong pribadi mengikuti seleksi guru penggerak. Bukan ingin menjadi kepala sekolah atau menjadi pengawas. Meskipun lulusan dari guru penggerak akan diimbaskan sebagai syarat tersebut. Namun, niatan pribadi hanya belajar dan berproses agar menjadi pemimpin pembelajar kelas merdeka yang berdampak bagi pengajaran.

          Niat itulah yang saya tanamkan dan sebelum memulai telah mengomunikasikan dengan tim kurikulum agar memadatkan jadwal pelajaran di pagi hari sehingga kewajiban sebagai guru tidak menganggu pendidikan selama 6 bulan ke depan. Saya percaya bahwa pendidikan guru penggerak dapat mengubah pola pikir saya menjadi lebih baik tentang menjadi pemimpin kelas merdeka.

          Pada tahun 2020 saya telah belajar tentang pembahasan Kurikulum Merdeka mengenai pemikiran filosofi Ki Hajar Dewantara yakni saat mengikuti pendidikan di Wardah Inspiring Teacher. Namun pembahasan tersebut secara detail dibahas kembali pada modul1.1 di pendidikan guru penggerak. Decak kagum saya terhadap pemikiran beliau semakin menguatkan niat untuk mengubah diri menjadi guru lebih baik agar pengajaran yang diberikan memberikan manfaat bagi murid menyongsong masa depannya.

          Bayangkan pada zaman dulu, perkembangan teknologi belumlah secanggih sekarang ini namun hasil pemikiran beliau masih relevan hingga saat ini. Hasil pemikirannya mengenai pendidikan, kebudayaan, dan kemerdekaan manusia membentuk dasar sistem pendidikan di Indonesia. Meskipun zaman telah mengalami perubahan, namun esensi dari pemikiran beliau tetap menjadi landasan penting bagi dunia pendidikan.

          Menurut beliau pendidikan merupakan tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat untuk membentuk sebuah peradapan. Hal ini sebagai langkah untuk menciptakan manusia di Indonesia yang beradab melalui pendidikan dan merupakan kunci utama dalam meraihnya. Melalui pendidikan pula menjadi sarana untuk melatih dan bertumbuhnya dalam penanaman nilai-nilai kemanusiaan yang dapat terus diwariskan. Hal tersebutlah yang menekankan kepada kita sebagai guru untuk memberikan pengajaran yang memerdekaan murid disesuaikan kodrat alam dan kodrat zaman.

Tak hanya itu, beliau menekankan bahwa manusia merdeka merupakan manusia yang hidupnya lahir dan batin yang tidak tergantung pada orang lain tapi dapat bersandar pada kekuatan sendiri. Hal ini diharapkan pendidikan memberikan ruang bagi murid untuk bertumbuh secara utuh agar murid mampu memuliakan diri pribadinya dan orang lain secara mandiri.

Hal tersebut memberikan pemahaman kepada kita bahwa murid perlu diajarkan kemandirian dan sebagai guru hendaknya menuntunnya untuk mencapai hal tersebut. Dengan kemandirian tersebut setidaknya murid mampu mengatasi masalah dan menemukan solusi jika pada situasi dan kondisi harus menyelesaikan sendiri tanpa harus mengandalkan bantuan orang lain. Berbeda halnya saat situasi dan kondisi yang meminta kolaborasi, murid mampu menerapkan hasil pemikirannya untuk bekerja sama dengan orang lain sebagai makhluk sosial.

Untuk itu, pendidikan bersifat dinamis tidak boleh statis. Pendidikan mesti terus berubah untuk menjawab tuntutan zaman. Perubahan menjadi hal yang wajar. Hal ini telah disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara melalui 3 kerangka perubahan yakni kodrat keadaan, prinsip melakukan perubahan, dan apa yang berubah?

Kodrat keadaan

Dalam menjalankan perubahan kita mesti melihat kodrat keadaan yakni kodrat alam dan zaman sehingga murid dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tinggihnya dengan baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Untuk itu, kita sebagai guru hanya dapat menuntunnya tumbuh yang disesuaikan kodrat pada murid agar dapat memperbaiki lakunya sehingga menumbuhkan bakat minatnya.

Dalam tugas kita menuntun dan pertumbuhan kodrat murid, kita tidak bisa memaksakan murid sesuai keinginan guru seperti perumpaan yang beliau contohkan mengenai peran guru dibaratkan sebagai petani atau tukang kebun. Sedangkan murid ibaratkan seperti biji yang disemai oleh pak tani atau tukang kebun di tempat yang disediakan. Murid seperti bibit misalnya bibit jagung yang ditanam. Jika bibit jagung ditempatkan pada lahan yang subur dengan memperoleh sinar matahari dan pengairan yang baik meskipun biji jagung bukan bibit berkualitas maka dapat tumbuh karena perhatian dan perawatan yang baik dari pak tani. Sebaliknya meskipun bibit jagung berkualitas di tanam di lahan gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta tangan dingin pak tani maka biji tersebut mungkin tumbuh namun tidak akan optimal.

Dari ilustrasi tersebut kita belajar bahwa proses menuntun kepada murid hendaknya diberikan kebebasan. Kebebasan di sini maksudnya kita sebagai pamong dalam memberikan tuntunan dan arahan agar murid tak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Sebagai guru hendaknya tetap memberikan tuntunan agar murid dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Sehingga anak sadar dalam memahami mengenai kemerdekaan dirinya dapat mempengaruhi kemerdekaan murid lainnya. Dengan begitu, kita sebagai guru hendaknya mampu mengelola dirinya untuk hidup bersama orang lain.

Terkait kodrat zaman meskipun kita beradaptasi dengan perkembangan zaman. Guru terbuka dengan hal-hal baru namun tetap waspada dengan segala perubahan yang terjadi. Kita bisa mengambil sesuatu yang bermanfaat untuk menambah kekayaan sebagai kultur lahir dan batin. Namun tetap mempertimbangan bahwa Indonesia sesuai kodrat alam juga memiliki potensi kultural juga memiliki potensi-potensi yang dapat dijadikan sumber belajar yang menarik sebab murid akan lebih memahaminya karena ada di sekitarnya.

Dengan demikian, saat kita menanamkan mindset, kita mesti mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam terkait alam sebagai tempat murid berada yang membentuk suatu kebudayaan dan kebiasaan dalam masyarakat dengan menyelaraskan dengan nilai kultur masyarakat. Sementara kodrat zaman terkait dengan situasi dan kondisi dari waktu ke waktu tentu tidak sama sehingga cara untuk menghadapinya pastilah berbeda.

Kita sebagai guru harus dapat memaknai kodrat keadaan. Fasilitasilah anak didik dalam belajar dengan memperhatikan keadaan lingkungan dan bangun pengalaman belajarnya dari lingkungan sekitarnya. Hal ini akan berdampak pada pembelajaran bermakna dan kontekstual sehingga relevan dengan kehidupannya. Kemudian tuntun anak-anak dengan cara-cara  kekinian yakni cara yang sesuai zaman kehidupannya dengan menerapkan pada model pembelajaran menarik dan bermakna.

Prinsip melakukan perubahan

Dalam menjalankan prinsip terdapat 3 hal melakukan perubahan yakni kontinuitas, konvergensi, dan konsentris. Menurut Ki Hajar Dewantara kita mesti melakukan dialog kritis dengan sejarah. Kita harus menjaga nilai utama dalam masyarakat, kita harus berakar pada identitas, dan nilai esensi budaya pada masyarakat dalam melakukan perubahan. Sehingga terus berubah namun kebudayaan akan terus berlanjut dan bisa terjaga dengan baik.

Yang kedua konvergensi yakni perubahan-perubahan yang kita lakukan mesti menuju pada titik yang memperkuat nilai-nilai kemanusiaan karena pendidikan harus memanusiakan manusia dan memperkuat nilai kemanusiaan. Selanjutnya yang ketiga konsentris yakni meskipun menuju pada nilai yang sama, tapi kita tetap menghargai  keberagaman yang ada dalam perjalannannya. Kita tidak dapat mencampurkan keberagaman itu menjadi satu karena pendidikan harus menghargai keragaman. Keunikan yang ada, memerdekakan pembelajar, dan membiarkan seseorang pada kodratnya.

Apa yang harus berubah?

Dalam pemikiran Ki Hajar Dewantara, perubahan di sini adalah budi pekerti. Budi pekerti menurut beliau meliputi cipta, rasa, karsa, dan pekerti. Cipta dimaknai sebagai pikiran, sementara rasa adalah perasaan. Sedangkan karsa kemauan dan pekerti adalah tenaga. Sehingga guru diharapkan dapat menuntun anak-anak untuk dapat melakukan olah cipta yaitu dengan cara menajamkan pikirannya. Sementara olah rasa menghaluskan perasaannya, olah karsa memperkuat kemauannya dan olahraga menyehatkan jasmaninya. Jika pendidikan ini mampu dilakukan secara holistik dan seimbang maka akan terjadi kesempurnaan budi pekerti yang membawa perubahan seseorang pada kebijaksanaan.

Kemudian selain perubahan, inti dari filosofi Ki Hajar Dewantara adalah keharusan untuk memandang murid dengan rasa hormat. Dengan melakukan pembelajaran yang berorientasi kepada murid, yakni bebas dari segala ikatan dengan suci hati mendekati anak, tidak hanya meminta sesuatu hak namun untuk menghamba pada anak. Dari sini kita belajar untuk memposisikan murid dengan posisi yang sangat istimewa. Pembelajaran yang berorientasi pada anak adalah paling esensial dalam proses pendidikan.

          Dari proses renungan belajar mengenai filosofi Ki Hajar Dewantara mendorong pribadi untuk mengerakkan diri mengubah cara yang sudah ada disempurnakan menjadi lebih baik. Dengan melibatkan hati di setiap pengajaran, menuntun setiap laku murid sehingga murid memiliki kemandirian dan menemukan kesadaran akan karakter baik yang ditanamkan melalui budaya positif sehingga sebagai bekal masa depan baik sebagai pribadi dan anggota masyarakat.

          Pembelajaran yang berpusat pada murid akan mendorong guru melakukan berdiferensiasi. Guru akan melakukan pengamatan dan penilaian diagnostik sebagai bekal pemetaan awal untuk menentukan langkah dan strategi pembelajaran yang tepat. Hal tersebut akan berdampak pada pembelajaran yang menyenangkan. Selain itu, guru perlu meningkatkan kualitas diri menjadi teladan seperti yang telah diwariskan oleh beliau  yakni "Ing Ngarsa Sung Tuladha" berarti di depan memberikan teladan. Dengan memperbaiki kualitas diri setidaknya setiap laku dan perkataan guru dapat dijadikan contoh murid dalam bertindak. Tidak hanya menuntut murid baik, sementara gurunya tidak belajar dari kesalahannya. Jadi, sebagai guru mesti menjadi teladan yang baik bagi murid. Dengan berada di depan, guru mesti menunjukkan perilaku, sikap, dan tindakan yang dapat dicontoh. Melalui keteladanan yang baik akan memberikan dorongan dan inspirasi bagi murid untuk mengikuti jejak positif.

          Selain itu, "Ing Madya Mangun Karsa" yang berarti di tengah guru memberikan semangat, motivasi, dan kreavitas murid. Guru mesti mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menantang sehingga murid termotivasi untuk belajar dan mengembangkan diri di sesuaikan bakat dan minatnya.

          Sedangkan  "Tut Wuri Handayani" yang berarti di belakang memberikan dorongan dan dukungan kepada murid agar mereka dapat mandiri dan penuh percaya diri. Guru berperan sebagai motivator yang memastikan murid merasa didukung dalam setiap langkah menuju pencapaian tujuan dan potensi yang dimilikinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun