Mohon tunggu...
Suciati Lia
Suciati Lia Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar mengungkapkan sebuah kata agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pikiran Kita Sendiri: Penghambat Utama Kesuksesan dan Kebahagiaan

13 Juni 2024   20:00 Diperbarui: 13 Juni 2024   20:22 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi otak(Shutterstock)

Pikiran Kita Sendiri: Penghambat Utama Kesuksesan dan Kebahagiaan

          Setiap orang menginginkan hidup bahagia dan sukses. Tidak hanya bahagia dalam segi materi tapi juga secara psikis. Namun, tanpa kita sadari bahwa ada yang menjadi faktor penghambat sehingga kita begitu sulit menggapainya dan faktor itu dekat dengan kita sendiri. Faktor apakah itu? Ya faktor dari dalam terutama pikiran kita sendiri. Pikiran kita mempunyai kekuatan yang besar yang mampu mengantarkan kita meraih puncak kesuksesan atau sebaliknya. Kita bisa jatuh ke dalam jurang kegagalan dan merasa hidup penuh dengan beban yang tidak berkesudahan.

          Pernahkah kita mendengarkan setiap cara pandang orang dalam menggapai kesuksesan? Meskipun cara berbeda namun tujuan akhir pastilah sama. Itulah kehidupan jika cara satu kurang berhasil masih ada cara alternatif lainnya. Yang membuat kita tidak mampu bukan karena kemampuan yang kita miliki tapi cara pikir atau pola pikir yang kita miliki belum dimanfaatkan secara optimal. Padahal jika dimanfaatkan sedemikian rupa dan badai sekuat menghantam pun mampu dilalui dengan penuh senyuman.

          Lalu yang menjadi penghambat di pikiran kita sehingga kita tetap setagnan di tempat adalah pikiran negatif. Bukan karena pengaruh lingkungan atau menyalahkan orang lain yang memberikan pandangan tentang sesuatu. Misalnya Si A bekerja di suatu instansi tertentu yang memiliki lingkungan kurang berkembang karena iri dengan perilaku temannya yang memiliki etos kerja kurang baik. Apalagi suka tidak masuk kerja sehingga meninggalkan beban kerja bagi temannya. Sementara gaji dan tunjangan sama. Hal itu, yang menimbulkan kecemburuan bagi rekan kerja lainnya. Rasa iri yang membuatnya seperti pekerja biasanya asal masuk kerja lalu pergi tanpa meninggalkan sesuatu yang berdampak. Yang lebih mengkhawatirkan perilaku tersebut menular ke teman lainnya sehingga etos kerja menurun.

          Kasus di atas hanyalah salah satu contoh bahwa pikiran kita sedang tak baik-baik saja. Begitu dasyatnya hasil pikiran kita terhadap perubahan diri dalam menyikapi suatu permasalahan yang diakibatkan rasa iri tanpa berpikir bahwa setiap orang memiliki kewajiban yang sama untuk memberikan kinerja terbaik. Apalagi kita ketahui bahwa sumber dari penghasilan dari mana? Apakah dari uang rakyat atau uang hasil perusahaan?

          Dampak dari pikiran negatif kita juga luar bisa tanpa disadari dapat menumbuhkan rasa takut dan keraguan. Rasa ragu dan takut merupakan dua hal yang menjadi penghambat yang sering muncul dalam benak kita. Saat kita menghadapi tantangan besar dalam hidup ini, di saat itu timbulah rasa takut akan kegagalan atau penolakan yang membuat kita enggan melangkah maju. Pikiran yang sering muncul "Bagaimana jika saya gagal?" atau "Apakah diri ini mampu?" beberapa contoh kata tersebut yang mengakibatkan pikiran kita berhenti mencoba hal baru. Ketakutan akan gagal itu menutup pintu harapan bahwa kita mampu berubah dan berkembang.

          Padahal kita tak pernah tahu rasa sebuah kegagalan itu seperti apa sehingga kita juga merasakan bagaimana kita bangun untuk terus melangkah. Dari kegagalan, kita tahu solusi yang indah yang kita temukan agar tidak jatuh pada lubang yang sama. Tapi, berusaha belajar untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan dan memanfaatkan waktu dan sumber daya yang dimiiliki untuk terus memantaskan diri agar kerja keras menuai hasil indah di bagian akhirnya.

          Tak hanya pikiran negatif yang menjadi faktor penghambat kesuksesan dan kebahagiaan, ada dialog internal negatif atau sering dinamakan self talk negative. Diolog ini semacam cara kita berbicara pada diri sendiri yang terkadang melemahkan motivasi. Banyak untaian kalimat yang sering kita suarakan misalnya "Saya tidak bisa","Saya tidak pantas", "Saya pasti gagal", dan sebagainya. Kata-kata tersebut dapat melemahkan dan bahkan merusak rasa kepercayaan serta keyakinan  diri untuk melangkah. Dialog tersebut memberikan kontribusi dalam menanamkan rasa ragu  dan mencoba mencegah agar kita tak mencoba dan berusaha.

          Selain faktor pikiran dan dialog negatif yang menjadi penghambat kita bahagia dan sukses adalah keinginan untuk mencapai kesempurnaan dalam tiap hal.  Tidak salah apabila seseorang memiliki karakter ini meskipun terkesan positif namun juga memiliki peranan sebagai penghambat karena membuat pribadi takut untuk membuat kesalahan. Rasa takut dalam diri tidak bisa menampilkan sesuatu terbaik dapat mengakibatkan banyak pertimbangan dan cara sehingga ujung-ujungnya hanya ide yang baik namun tidak sesuai ekspektasi dan menyerah sebelum melangkah.

          Tak hanya itu, kebiasaan yang kita jalankan setiap hari yakni suka menunda pekerjaan yang semestinya sudah diselesaikan. Hal ini dapat muncul dari rasa takut gagal atau kurang yakin pada kemampuan diri. Sikap ini kurang baik sebab dapat menimbulkan masalah baru apabila ada pekerjaan baru datang dan harus diselesaikan dalam waktu yang sama. Maka dari itu, kerjakan semampunya agar tidak memiliki karakter suka menunda  sehingga menghambat produktivitas. Selain itu, dapat meningkatkan stres dan kecemasan dikerenakan tugas yang menumpuk.

          Lalu, dari faktor yang menghambat pikiran diri sendiri sukses dan bahagia tentu kita ingin mencari alternatif cara untuk mengatasi hambatan yang datang dari pikiran sendiri. Adapun caranya adalah

Melakukan identifikasi dan mengubah menset negatif

Langkah awal yang mesti kita lakukan untuk mengatasi  faktor internal dengan menyadari dan melakukan pengenalan mengenai pola pikir negatif. Kemudian, kita bisa mengubahnya menjadi menset positif dan konstruktif. Dengan demikian, pikiran positif akan menjadi energi baru untuk terus mencoba dan berusaha terbaik dari yang diupayakan.

Menerima ketidaksempurnaan

Setiap orang tentu menginginkan hasil yang dikerjakan sempurna. Namun seiring dengan perjalanan hidup tentu masih ada kekurangan sebagai bahan refleksi untuk terus melakukan perbaikan. Namun, setiap kita bekerja dan berusaha kita belajar menerima bahwa tidak ada yang sempurna. Hal itu merupakan cara untuk mengatasi perfeksionis yang membuat kita semakin tertekan apabila daya dukung belum sesuai ekspektasi. Dengan demikian, dalam perjalanan kita menghargai bentuk kegagalan dan kesalahan sebagai wujud dari proses belajar. Dengan penerimaan tersebut setidaknya menerima ketidaksempurnaan dan lebih konsentrasi pada pembelajaran dan pertumbuan daripada fokus pada hasil yang sempurna.

Memulai dari hal kecil

Suatu hal yang besar juga diawali dari langkah sederhana/kecil yang realistis sehingga dapat membantu mengurangi rasa takut dan percaya diri. Dengan mengelompokkan tugas menjadi bagian lebih sederhana dan mudah dikerjakan maka dapat membuat kita mudah menjalankan dengan konsisten dan lebih sistematis.

Mencari dukungan dari orang lain

Setiap tujuan adakalahnya kita tak bisa menyelesaikan seorang diri. Tapi memerlukan dukungan dari orang lain baik keluarga atau teman yang dapat membantu menyelesaikan segala hambatan pada diri sendiri. Dukungan tersebut dapat memberikan motivasi, perspektasi baru, dan kadang-kadang memberikan sumbangan kritik yang membangun. Dengan cara berbagi masalah dan kekhawatiran dengan orang tepat dapat membantu kita menemukan solusi dan beban terasa lebih ringan.

       

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun