Perlukah Pameran Karya P5 Mewah?
     Sejak Kurikulum Merdeka diberlakukan, sejak itu perubahan kurikulum dengan penambahan program P5 yang kita kenal dengan kepanjangan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Adanya proyek ini merupakan pembelajaran lintas disiplin ilmu dalam mengobservasi dan memikirkan jalan keluar atas masalah yang ada di lingkungan sekitar. Adanya proyek ini diharapkan dapat menguatkan berbagai kompetensi dalam profil pelajar Pancasila.
     Adapun aplikasi P5 ini disesuaikan pada kebutuhan masyarakat atau permasalahan di sekolah. Maksudnya, para murid diajak untuk belajar dari lingkungan sekitarnya. Hal ini senada yang diungkapkan oleh Bapak Ki Hajar Dewantara bahwa didiklah murid sesuai kodrat dan zamannya. Dengan kata lain, murid diberikan kesempatan untuk mengalami pengetahuan yang didekatkan hidupnya kepada kehidupan masyarakat sehingga tidak hanya memiliki pengetahuan saja tapi mampu mengalaminya.
     Dalam pelaksanaan P5, murid diberikan kesempatan mempelajari tema-tema atau isu-isu penting sekitar misalnya perubahan iklim, wirausaha, budaya, teknologi, kesehatan mental, dan lainnya. Hal ini dilaksanakan agar murid bisa melakukan aksi nyata dalam menjawab isu-isu sesuai proses belajar dan kebutuhannya. Secara sederhana dapat dipahami bahwa P5 dapat dijadikan sebuah sarana belajar yang memotivasi murid berperilaku kompeten, memiliki karakter unggul, dan berperilaku berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
     Untuk mewujudkan itu semua, satuan pendidikan melalui kurikulum membuat modul sebagai pedoman yang disesuaikan dengan kondisi geografis satuan pendidikan. Sehingga murid dapat memanfaatkan keadaan sekolah sebagai sumber belajar yang menyenangkan. Hal ini dilakukan mulai tahap pengenalan, kontekstualisasi, rencana aksi, pameran karya, evaluasi, dan refleksi.
     Jika tahap penyelesaian modul terakhir, biasanya koordinator dan fasilitator merencanakan gelar karya atau dikenal dengan pameran karya. Pameran karya merupakan uapaya murid membagikan pengalaman belajar kepada murid lainnya. Hal ini sebagai bentuk apresiasi atas usaha yang dilakukan murid selama menjalankan P5.
     Lalu, bolehkan pameran karya mewah? Padahal gelar karya memberikan kesempatan kepada murid untuk membagikan pengalaman belajar dan menjadi peristiwa untuk saling mengapresiasi tiap karya yang dihasilkan oleh kelas. Dengan menganalisis esensi tersebut sebenarnya gelar karya tidak perlu mewah, bukan?
     Jika kita amati di lapangan mengapa praktiknya satuan pendidikan setidaknya mengharapkan gelar karya mewah. Padahal gelar karya bisa dilakukan sedemikian rupa yang terpenting tujuan tercapai. Kemewahan dalam gelar P5 tentu menguras tenaga dan anggaran sehingga terkesan dipaksanakan agar terlihat sesuai ekspektasi.
     Untuk itu, perlu bagi kita sebagai pendidik dan sekaligus yang terlibat dalam menyukeskan P5 di sekolah dalam merancang pameran karya agar lebih bermakna. Hal itu perlu memperhatikan beberapa hal berikut
Memanfaatkan aset sekolah
Dalam gelar karya, sebaiknya jangan memaksakan harus mewah dengan menyediakan panggung yang spetakuler, dilengkapi dekorasi yang membuat decak kagum, dan perlengkapan stan yang wow. Tentu semua ini menguras isi kantong baik dana sekolah maupun peran murid yang terlibat dalam menyukseskan pameran karya. Padahal, jika dana sekolah kurang mendukung untuk menampilkan pameran karya mewah masih bisa dicarikan alternatif lain sehingga lebih fokus  pada tujuan gelar karya. Pihak sekolah melalui guru fasilitator dapat memanfaatkan aset sekolah yang ada misalnya pemanfaatna meja, kursi untuk gelar karya, ruang kelas, aula sekolah, dan prasarana yang ada di sekolah untuk menunjang kegiatan gelar karya.
Menjadikan gelar karya sebagai ruang dialog
     Menengok tujuan dari gelar karya di antaranya memberikan murid kesempatan membagikan pengalaman belajar ke orang lain sehingga menjadi ajang apresiasi dan momen refleksi bagi murid. Dalm memen ini murid berupaya menciptakan ruang dialog kepada murid. Murid dapat mengamati pameran dengan menggali informasi dari proses pembuatan proyek atau karya dan memberikan umpan balik. Dengan begitu sesama murid dapat saling belajar dari proyek kelompok lain.
Menyediakan panggung paparan pubik
Dalam gelar karya, fasilitator perlu menyediakan paparan publik. Hal ini merupakan bagian yang menarik saat melakukan gelar karya. Tujuan adanya panggung paparan publik ini memberikan kesempatan kepada murid membagikan pengalaman belajar kepada pengunjung  seperti murid, guru, dan pengunjung dari luar yang diundang oleh sekolah misalnya tamu undangan atau orang tua wali. Melalui panggung paparan publik ini, murid menjadi percaya diri meningkatkan kemampuan berbicara di depan umum.
Pemberian umpan balik
Dalam gelar karya, perlu adanya pemberian  umpan balik yang menjadi bagian penting. Dengan adanya pemberian umpan balik akan menguatkan motivasi belajar dan pemahaman mengenai prses dan dampak dari proyek yang dilaksanakan. Dalam bagian ini pemberian umpan balik hanya tidak hanya dilakukan oleh guru tapi juga murid. Hal ini terkhusus dalam bagian panggung paparan publik. Guru dapat memberikan umpan balik dari setiap kelompok yang melakukan presentasi. Dengan pemberian umpan balik diharapkan dapat memberikan masukan guna perbaikan pelaksanaan proses yang lebih baik yang akan datang.
Sumber https://www.instagram.com/p/C7A5fhAraFC/?igsh=MTU2dzFzcWp6NWRkOQ%3D%3D&img_index=3
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H