Mohon tunggu...
Suciati Lia
Suciati Lia Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar mengungkapkan sebuah kata agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ramadan sebagai Jembatan Hati: Menguatkan Tali Kasih Orang Tua dan Anak

13 Maret 2024   07:11 Diperbarui: 13 Maret 2024   07:24 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadan sebagai Jembatan Hati: Menguatkan Tali Kasih Orang Tua dan Anak

Ramadan adalah momen yang tepat memperat hubungan keluarga terutama orang tua dan anak. Pasalnya, orang tua yang memiliki sejuta pekerjaan dan alasan kesibukan lainnya yang barangkali sedikit mempercayakan amanah sepenuhnya kepada anak untuk mengurus keperluannya dan belajar segala problematikanya sendiri tanpa harus ingin tahu apa yang dirasakan oleh anak.

          Berdasarkan pengalaman saat melakukan coaching sama anak baik anak yang sedang tersandung masalah atau tidak. Seusia remaja memang mereka memerlukan tempat untuk berbagi cerita mengenai apa yan dirasakan. Bukan berarti label manja melekat kepadanya tapi sebagai bentuk tempat pendengar setia. Mereka sebenarnya banyak masalah diri baik itu urusan pertemanan, percintaan, pelajaran, atau gaya hidup dan sebagainya. Tak heran banyak sekali anak melakukan pelampiasan ke hal-hal di luar nalar sehingga menimbulkan polemik bagi dirinya sendiri dan orang tua.

          Belajar dari kasus pencurian kemarin, yang saat itu saya sebagai saksi di pihak polisi sampai menjelang magrib. Seusia anak yang masih duduk di sekolah baik menengah pertama maupun atas rela melakukan tindakan kejakatan dengan mengambil barang yang bukan miliknya. Padahal itu terjadi pada saat malam bulan Ramadan. Rasa hancur hati orang tua dan guru menyaksikan kreativitas anak. Apa anak terpengaruh pergaulan yang salah dengan menyampaikan alasan yang tepat. Lalu, belok saat menemukan teman yang kurang tepat.

          Dari beberapa kasus di atas perlunya orang tua merefleksi diri untuk melakukan pembenahan dengan memanfaatkan setiap momen di Ramadan. Bukan masalah banyak waktu yang dimiliki tapi kualitas dari setiap pertemuan sebagai bentuk perhatian dan kasih sayang kepada buah hati. Hal ini sangat penting membangun kepercayaan diri anak untuk mengambil setiap tindakan yang diambil disertai risikonya.

          Banyak cara yang orang tua bisa lakukan untuk membangun kedekatan dengan anak misalnya mengaji bersama, masak bersama, atau sedang menonton bersama. Saat itulah orang tua dapat bertanya mengenai apa yang dirasakan anak sehingga anak dapat mengeluarkan unek-unek dan mengarahkan anak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Selain itu, kita sebagai orang tua jangan merasa bangga manakala anak sibuk dengan gawainya dan justru kesibukan itulah yang terkadang anak manfaatkan ke hal yang kurang baik untuk melangkah. Berikan batasan waktu sesuai kesepakatan agar orientasi waktunya tidak terfokus pada gawai dengan memberikan kesemptan bercerita kepada kita sebagai orang tuanya.

          Dengan memberikan pengalamanya meskipun usia mereka remaja akan menguatkan ikatan orang tua dan anak. Anak tidak akan merasa canggung untuk mengawali bercerita baik ada masalah atau ada hal yang perlu didiskusikan. Selain kegiatan di atas, kita bisa manfaatkan momen berbuka dan sahur  guna mendiskusikan kegiatan harian yang dilakukan anak. Tidak apa kita mengetahui apa yang dilakukan anak tanpa harus seolah mendikte tapi bagaimana kita membangun komunikasi yang tanpa disadari anak telah memberikan informasi kegiatan yang dilakukan dengan bahasa yang menarik, santai, dan tanpa mengintimidasi.

          Di setiap momen, orang tua dapat menyelipkan pentingnya nilai kehidupan seperti kesabaran, kerja keras, empati dan sederet nilai kebaikan lainnya. Apalagi nilai tersebut dengan memberikan aksi nyata yang membuat anak langsung bisa memahami dan bisa menerapkan dalam kehidupannya seperti berbagi kepada sesama, menolong orang tua,dan sebagainya. Tradisinya tersebut sangat penting sebagai tradisi keluarga selama bulan Ramadan. Keterlibatan anak dan orang tua tidak hanya membangun komunikasi tapi bagaimana kolaborasi bersama untuk kegia    tan kebaikan.

          Di setiap momen orang tua juga perlu memberikan apresiasi atau pujian atas keberhasilan anak. Misalnya saat memimpin mengaji bersama, cerita pengalaman atau prestasi lain. Apresiasi tidak harus berupa hadiah mahal tapi sebegai bentuk penghargaan orang tua terhadap keberhasilan anak. Hal ini akan menguatkan semangat anak untuk terus melatih diri dan menyiapkan bekal untuk masa depannya.

          Dari kejadian, kita orang tua belajar bahwa menyalahkan anak bukanlah solusi terbaik. Terkadang anak perlu mengekspresikan diri hanya untuk mencari perhatian dan simpati orang tua. Kepekaan kita sebagai orang tua perlu diasah agar anak kita tidak salah langkah. Melalui kegiatan Ramadan, insyallah dapat memanfaatkan momen indah untuk beribadan dan berbagi agar keluarga kecil kita dapat menjalani kehidupan dengan baik tanpa takut bayang-bayanag salah langkah. Dengan komunikasi yang efektif, insyallah ada pelita yang akan menerangi setiap langkah kehidupan untuk mencari keberkahan. Sebab, anak merupakan titipan Allah yang patut kita jaga sebagai bentuk tanggung jawab kita kepada Sang Maha Kuasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun