Teman-teman pembaca tentu tidak asing lagi dengan kata kecemburuan. Bukan kata yang sering kita pakai dalam hal asmara tapi di tempat kerja.Â
Kata tersebut sering kali muncul di tempat kerja apabila seseorang yang merasa bekerja sepenuh hati. Sementara, ada rekan kerjanya bekerja sebaiknya. Namun, menerima kompesasi berupa gaji dan tunjangan yang sama. Apa perasaan Anda? Hal tersebut dapat menyebabkan perasaan tidak adil dan seharusnya mendapatkan sesuatu sesuai kinerjanya.
Perasaan tersebut menurut pribadi wajar. Namun jika kita pikirkan ternyata dapat menurunkan daya konsentrasi yang mengakibatkan lemahnya semangat.Â
Hal ini akan menimbulkan prasangka dan membuat pribadi kurang bijak. Bukankah kita sebagai tenaga pendidik sudah memiliki janji yang diucapkan sewaktu pelantikan menjadi seorang pegawai atau ASN.Â
Janji itu sebuah komitmen kita terhadap pekerjaan yang kita jalani selama ini. Dalam ulasan ini saya berbagi pengalaman agar memiliki prinsip yang teguh yang tak mudah digoyahkan oleh situasi atau lingkungan yang kurang mendukung sekalipun
Setiap hak yang kita dapatkan bisa menjadi berkah
Logikanya setiap kita bekerja, kita mendapatkan gaji. Jika kita tidak bekerja maka kita tidak mendapatkan gaji. Jika gaji kita dipotong karena kinerja kita kurang bagus maka jangan sakit hati. Lantas refleksi diri agar tidak menyalahan orang lain. Sebab, menyalahkan orang lain itu lebih mudah daripada mengoreksi kekurangan diri sendiri.Â
Kekurangan diri tadi akan berimbas pada pendapatan atau hak yang kita terima. Bukankah hak yang kita terima akan dinikmati oleh keluarga kita. Jika kinerja kita kurang maksimal dan mengharap gaji sama alangkah kurang eloknya.Â
Rasanya malu bila itu dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan dimakan oleh keluarga. Apa yang mereka makan tentu akan menjadi darah daging.Â
Oleh karena itu, bekerjalah sesuai prosedur, sebab gaji yang kita berikan dalam bentuk nafkah akan menjadi berkah jikalau kita bekerja dengan sepenuh hati.