Mohon tunggu...
Suciati Lia
Suciati Lia Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar mengungkapkan sebuah kata agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gerakan Literasi Merupakan Upaya Menuju Generasi Emas Masa Depan

2 November 2023   05:28 Diperbarui: 2 November 2023   05:28 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Isilah literasi terkadang diidentikan dengan kemampuan membaca dan menulis. Padahal istilah literasi dapat merujuk tidak hanya pada kemampuan membaca ddan menulis semata tetapi juga dapat merujuk pada kemampuan berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan seseorang dakam kehidupan sehari-hati. Oleh karena itu, literasi sering dikaitkan dengan kemampuan berbahasa.

Menurut survei yang diselenggarakan oleh PISA yang telah dirilis oleh OECD pada tahun 2019  menyebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat 62 dari 70 negara yang disurvei. Hal ini berarti Negara Indonesia tergolong 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. PISA merupakan sebuah studi guna mengevaluasi sistem pendidikan yang telah diikuti lebih dari 70 negara di seluruh dunia. Siswa yang berusia 15 tahun dari sekolah yang dipilih secara acak. Mereka menempuh tes pada mata pelajaran utama yakni membaca, menulis, dan sains. Dari kemampuan ketiga pelajaran tersebut dapat diketahui bahwa siswa tersebut memiliki tingkat literasi.

sumber dokpri
sumber dokpri

Sementara menurut UNESCO yang mengatakan bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 %. Itu berarti dari 1000 orang Indonesia hanya ada 1 orang yang memiliki kegemaran membaca. Berkaca dari data tersebut, tentu ini bukan masalah kecil dan mesti memerlukan penanganan  intens dan perlu dukungan semua pihak. Tidak hanya pihak sekolah sebagai tempat edukasi tetapi juga keterlibatan atau peran serta orang tua juga sangat diperlukan agar generasi emas memiliki budaya baca demi mencapai masa depannya.

Persoalan literasi terkadang erat kaitannya dengan kemampuan membaca. Padahal setiap tanggal 17 Mei bangsa Indonesia memperingati hari Buku Nasional yang bertepatan pada tanggal itu adalah momen berdirinya Perpustakaan Nasional RI yaitu 17 Mei 1980. Peringatan hari buku nasional dicetuskan oleh Malik Fadjar, beliau adalah Menteri Pendidikan era Kabinet Gotong Royong. Hari buku nasional adalah momen untuk memperingati betapa pentingnya membiasakan diri membaca buku. Padahal buku memiliki peranan sangat penting bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memiliki minat baca  yang tinggi menjadi syarat menuju masyarakat informasi yang merupakan ciri dari masyarakat modern. Hal itu tentu sangat diperlukan menuju Indonesia Emas paa tahun 2045.

Terkadang pribadi juga tergelitik atas pertanyaan yang dilontarkan kepada siswa? Apakah kalian pernah berkunjung ke toko buku? Jawabannya belum pernah? Jawaban singkat tapi cukup membuat hati tersentuh. Lalu timbul pertanyaan berikutnya. Jika setiap libur semester menyapa, kalian pergi ke mana? Mereka menjawab jalan-jalan seperti ke pantai, mall, kolam renang, atau lainnya. Hanya satu yang terlewat yakni toko buku. Padahal ke toko merupakan tempat yang patut diperkenalkan orang tua kepada anak. Tidak hanya sedang mencari buku saja tapi sekadar melihat lalu timbul motivasi untuk membeli dan membaca.

sumber dokpri
sumber dokpri

Kemudian timbul sebuah pertanyaan, apa yang menyebabkan minat baca itu rendah? Dari masalah tersebut setidaknya kita dapat menganalisis minimal untuk mengurangi agar jalan keluar untuk mengatasi hal tersebut dapat ditekan. Berikut ini berdasarkan pendapat pribadi mengapa minat baca siswa mengalami penurunan,

1.Siswa senang membaca bacaan yang singkat dan lemah dalam membaca bacaan panjang.

Saat membaca teks dalam jumlah banyak, siswa merasa jenuh dan kurang dapat menafsirkan isi bacaan yang telah dibaca. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap pemahaman mengenai isi teks. Siswa lebih menyukai dalam bentuk audio visual, yang menampilkan kata, gambar dan suara. Hanya saja tampilan kata terlalu cepat sehingga apa yang disajikan dikolaborasikan dengan perpaduan suara dan gambar.

2. Pengaruh teknologi untuk kesenangan belaka

Hadirnya teknologi membantu mempermudah sebuah pekerjaan manusia. Pekerjaan yang awalnya dikerjakan secara manual kini dapat beralih ke  dunia digital. Hanya saja, sebagian dari siswa belum mampu beradaptasi dan belum bisa menggunakan teknologi secara bijak. Hadirnya teknologi dapat mengundang keinginan untuk menggunakan sejumlah aplikasi di antaranya game online.

Game online adalah sebuah aplikasi yang menyenangkan. Hadirnya game online dapat membuat suasana happy dan seru. Tak hanya itu waktu terasa begitu singkat. Tantangan yang dihadirkan terkadang lupa terhadap kewajiban yang ada. Siswa lebih tertarik mengikuti serunya game online dan melakukan nobar bermain game online.

Selain itu, di dunia google kita bisa berselancar untuk menemukan informasi seperti apa yang yang kita mau. Akibatnya, jika tidak digunakan secara bijak maka akan menumbuhkan kebiasaan instan dan enggan bernalar kritis. Siswa akan langsung mengambil tanpa melalui modifikasi sesuai kebutuhan atau menambahkab sesuai  harapan.

3. Kurang menariknya buku untuk dibaca

Sebagian siswa berangapan bahwa membaca buku adalah menjenuhkan. Anggapan tidak salah karena konten isi yang mereka baca belum bermanfaat untuk keperluannya. Apalagi gaya bahasanya juga baku dan terdapat kata sulit yang turut andil membuat keengganan membaca semkin lengkap. Sebuah menset yang keliru yang mesti diluruskan, bukan? Jika hal itu diteruskan mungkin generasi emas akan mengalami kemunduran dari segi pemikiran kritis yang akibatnya akan sulit menemukan jalan keluar jika masalah datang menyapa.

Dari beberapa penyebab di atas perlunya kita berdiskusi dengan siswa. Mengajak siswa yang belum memiliki kebiasaan memang tak mudah. Meminta dengan cara tak baik justru akan menjauhkan mereka untuk tidak bersentuhan dengan literasi. Pendekatan persuasiF dan sistem pendampingan secara berkelanjutan akan menjadi solusi jitu untuk menerapkan budaya literasi di sekolah. Begitu juga penerapan budaya literasi membaca Alquran di SMAN 3 Penajam Paser Utara.

Setiap pagi pukul 07.15 adalah jadwal yang telah disusun pihak kurikulum untuk membudayakan literasi membaca Quran atau kitab. Tapi kenyataan di lapangan tak seindah sesuai impian kita bersama. Ada kelas yang memang bergerak untuk melakukan literasi. Ada juga yang perlu sentuhan pendampingan untuk mengajaknya membaca. Kesadaran yang masih perlu pembinaan membuat langkah preventif terus digiatkan. Padahal kita ketahui bahwa membaca Quran adalah mendatangkan keberkahan dan mungkin di waktu senggangnya belum bisa menyempatkan untuk membacanya. Untuk itu, dengan keyakinan tulus bahwa gerakan literasi di sekolah akan bisa berjalan apabila seluruh warga sekolah berkolaborasi memberikan persuasif dan pentingnya membaca. Dengan begitu, program tersebut yang hasilnya perlu dievaluasi secara berkelanjutan akan membentuk generasi emas yang tangguh dan memiliki kebiasaan baik yang berkarakter.

sumber dokpri
sumber dokpri

Selain itu, guru juga bisa menumbuhkan minat baca dan melaporkan hasil membaca siswa ke  dalam sebuah buku. Dengan menuliskan di sebuah buku maka guru akan mengetahui selama seminggu siswa dapat membaca sejumlah halaman tertentu. Sebelumnya, guru dapat membuat kesepakatan minimal kegiatan membaca. Kesepakatan itu akan menumbuhkan tanggung jawab bagi siswa guna meluangkan waktunya yang ada meskipun hanya beberapa halaman saja. Penguatan secara berkelanjutan akan memberikan dampak yang signifikan guna persiapan siswa untuk masa depannya.

Sementara cara lain dapat dilakukan oleh guru yakni sebelum ke pelajaran ini, guru dapat menyuguhkan teks dalam ukuran sedang. Lalu, guru meminta siswa untuk membaca dan mendiskusikan isinya. Dengan begitu, kemampuan pemahaman terhadap teks mengalami peningkatan. Guru dapat menambahkan dengan kalimat pemantik yang memberikan stimulus siswa dalam berpikir kritis sehingga siswa tidak hanya menjadi pendengar setiap tetapi aktif berbnalar dan dapat memecahkan sebuah permasalahan.

Gerakan kecil kita memberikan harapan besar untuk generasi emas yang akan datang. kita tidak tahu bahwa hasilnya akan bermanfaat untuk mereka di masa yang akan datang. jangan pernah pesimis apa yang kita lakukan tapi yakinlah bahwa usaha tidak pernah menghianati sebuah hasil. Terus lakukan usaha persuasif untuk terus mengajak siswa membaca. Sebab, dengan membaca kita dapat menelusuri isi dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun