Mohon tunggu...
SUCIA RAMADHANI MASNUR
SUCIA RAMADHANI MASNUR Mohon Tunggu... Konsultan - 23107030017/Ilmu Komunikasi/UIN sunan Kalijaga Yogyakarta

Halo semuanya selamat datang dan terimakasih sudah berkunjung ke profil kami

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pesona UMKM Jogja: Warisan Budaya yang Mendunia

22 Juni 2024   16:57 Diperbarui: 22 Juni 2024   17:25 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : website Batik Griliyo 

Yogyakarta, atau yang akrab disapa Jogja, tak hanya terkenal dengan Malioboro dan candi-candinya. Kota ini juga menyimpan kekayaan budaya yang terwujud dalam berbagai produk UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) yang unik dan menawan. Mari kita jelajahi salah satu UMKM Jogja yang telah mencuri perhatian tidak hanya warga lokal, tapi juga wisatawan mancanegara: Batik Tulis Giriloyo.

Terletak di kaki bukit Imogiri, sekitar 17 km dari pusat kota Yogyakarta, desa Giriloyo menyimpan warisan budaya yang tak ternilai. Di sini, seni membatik telah diturunkan dari generasi ke generasi selama ratusan tahun. Konon, keterampilan membatik ini berasal dari zaman Kerajaan Mataram, ketika para abdi dalem (pegawai istana) diajarkan seni membatik untuk memenuhi kebutuhan keluarga kerajaan.

Apa yang membuat Batik Tulis Giriloyo begitu istimewa?

1.Teknik Tradisional yang Terjaga

Berbeda dengan batik cap atau printing yang diproduksi massal, setiap lembar kain batik tulis Giriloyo dikerjakan dengan tangan, menjaga warisan budaya yang telah berusia ratusan tahun. Proses pembuatannya bisa memakan waktu berbulan-bulan, tergantung pada kerumitan motif. Untuk motif sederhana, bisa diselesaikan dalam waktu 2-3 minggu, sementara motif yang lebih rumit seperti "Sido Mukti" atau "Wahyu Tumurun" bisa memakan waktu hingga 3-4 bulan. Para pengrajin menggunakan canting, alat tradisional berupa wadah kecil tembaga dengan cucuk atau pipa kecil untuk menggambar motif dengan lilin panas di atas kain. Setiap goresan canting membutuhkan ketelitian dan kesabaran tinggi, dengan seorang pembatik berpengalaman bisa menghabiskan 6-8 jam sehari hanya untuk mencanting.


2.Motif Khas yang Sarat Makna

Batik Giriloyo terkenal dengan motif-motif klasiknya yang sarat makna filosofis, menjadikannya tidak hanya sebagai kain indah, tetapi juga sebagai media penyampai pesan budaya yang dalam. Motif Sido Mukti, misalnya, melambangkan kemakmuran dan kebahagiaan, sering digunakan dalam upacara pernikahan dengan harapan pasangan pengantin akan hidup sejahtera. Sementara motif Truntum, yang menggambarkan cinta yang tumbuh kembali, memiliki pola bintang-bintang kecil yang melambangkan benih-benih cinta yang bermekaran. Motif Kawung, dengan pola lingkaran yang saling bersinggungan, melambangkan empat arah mata angin dan filosofi kesempurnaan hidup. Ada pula motif Parang, yang terinspirasi dari bentuk ombak laut, melambangkan kekuatan dan ketekunan. Setiap goresan dan pola dalam motif-motif ini bukan sekadar ornamen, tetapi mengandung doa, harapan, dan ajaran hidup yang diwariskan turun-temurun.

3.Pewarna Alami yang Ramah Lingkungan

 Di era di mana kesadaran lingkungan semakin tinggi, Batik Tulis Giriloyo menawarkan solusi dengan penggunaan pewarna alami, menjadikannya pilihan yang tidak hanya estetis tetapi juga ramah lingkungan. Warna-warna yang dihasilkan mungkin tidak seterang pewarna kimia, tapi justru memberikan kesan lembut dan elegan yang khas, menciptakan daya tarik tersendiri bagi para pencinta batik dan fashion berkelanjutan. Para pengrajin Giriloyo menggunakan berbagai bahan alami untuk menghasilkan spektrum warna yang kaya; misalnya, kulit pohon mahoni dan tingi untuk menghasilkan warna cokelat, daun indigofera untuk warna biru, kunyit untuk warna kuning, dan akar mengkudu untuk warna merah. Proses pewarnaan alami ini memang membutuhkan waktu dan kesabaran lebih -- bisa memakan waktu hingga beberapa minggu untuk mencapai warna yang diinginkan -- namun hasilnya adalah batik yang tidak hanya indah secara visual, tetapi juga aman bagi kulit dan lingkungan. Selain itu, penggunaan pewarna alami ini juga membantu melestarikan pengetahuan tradisional tentang tumbuh-tumbuhan dan proses ekstraksi warna, sekaligus mendorong pelestarian keanekaragaman hayati lokal.

4.Pemberdayaan Perempuan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun