Generasi z memang memiliki karakteristik umum yang membedakannya dari generasi sebelumnya. Namun, semua akan kembali pada masing-masing personal.
**
Arif, begitu saya memanggilnya. Anggota termuda Traveller Kaskus ini lahir pada 31 Juli 1995. Ia lahir di Bandung, sekolah di Magelang dan kini menghabiskan hari-harinya di Jogjakarta. Walau masih muda, Arif adalah pemuda yang hidup positif dan tahu apa yang ia mau.
Ada berbagai teori mengenai definisi generasi Z. Namun yang popular adalah "mereka yang lahir dalam rentang tahun 1995 hingga 2014". Istilah ini mulai populer saat agen pemasaran Sparks and Honey menggunakan diksi ini dalam salah satu presentasinya. Walau begitu, diksi ini sebetulnya sudah muncul pada medio 2012 Â saat diperkenalkan oleh seorang jurnalis bernama Bruce Horovitz.
Secara umum generasi z memiliki banyak karakteristik. Seperti yang tampak pada info grafic buatan tirto di bawah ini.Â
1. Akses informasi
Tirto menuturkan bahwa biasanya generasi z mengakses informasi melalui digital. Dengan rata-rata penggunaan gawai 5-7 jam perhari. Lalu, bagaimana dengan Arif?
"Gawai itu penting gak penting, mbak?" Begitu jawabnya ketika saya menanyakan hal ini
Walau ia mengaku dapat menghabiskan 5 jam untuk bermain gawai, ia tahu kapan saatnya untuk meninggalkan gawai sejenak.
" Gak pentingnya, tuh, kalau lagi nongkrong, masih aja ada temen mainan hp dan berakhir gak ngobrol." Begitu katanya.Â
Buat Arif, dunia nyata dan kebersamaan masih menjadi prioritas ketimbang apa yang ada pada gawai. Ia akan meletakkan gawai dalam mode sunyi jika sedang bersama teman-temannya dan hanya melihatnya sesekali. Ia sadar betul nongkrong adalah salah satu bentuk usaha membuat jejaring.
Katanya, generasi z adalah mereka yang sadar akan fungsi media sosial. Arif tentu saja tak mau ketinggalan. Ia memiliki akun dihampir semua platform media sosial. Instagramdan YouTube adalah favoritnya dan menjadikannya media untuk memamerkan karya.
" Foto dan video kamu itu keren, loh. Gak mau jadi artis Instagram, aja?" Tanya saya.
"Kalau itu gak masuk. Gak cocok akunya dan aku bukan tipe yang ingin banyak folower." Arif menjawab santai.
Ia tidak fokus bagaimana mencari follower tapi bagaimana ia harus terus berkarya. "Nyari follower banyak caranya, bisa beli juga. Buatku yang penting skill aku bisa tambah bagus." Lanjutnya.Â
Dalam hasil riset yang dilakukan Tirto pada pertengahan tahun 2017 ini  ditemukan fakta bahwa 90% responden memilih untuk membeli pakaian di mall, pusat perbelanjaan, dan pasar ketimbang secara online. Buat saya ini agak mengejutkan. Ternyata, walau mereka hidup di era digital, berbelanja  secara konvensional justru masih diminati. Hasil riset  menunjukkan generasi z adalah mereka yang sudah melek dengan brand. Mereka memiliki brand favorit masing-masing. Diantara yang populer adalah Zara, Adidas, dan Nike.
Arif  pun memiliki selera fesyen sendiri. Ia lebih suka menyambangi distro-distro ketimbang mall. Tetapi berbelanja secara online juga menjadi alternatif yang ia pilih.Â
" Kalau brand lebih condong ke rsch, nyaman,aja, kaosnya dan disainnya sederhana. Pakaian lebih suka yang polos, warna gelap dengan sablon yang gak ribet." Katanya
Walau brand yang ia sebut tidak muncul dalam hasil survey tetapi membuktikan bahwa tipikal generasi z memang memiliki selera berbusana yang khas dengan pilihan brand tertentu.
Selain itu,  arief mengkoleksi berbagai jersey. Kegemarannya ini menghantarkannya untuk membuka usaha penjualan jersey bersama seorang temannya. Selain suka, Arif mampu melihat peluang yang terbuka.
"Setelah lihat pasar, kayaknya usaha ini bisa jalan di Jogja, karena di Jogja kebanyakan yang jual jersey mahal-mahal, harga kita lebih bersaing, itu sih yang kita lihat dari pasar"
Mengetahui selera fesyen generasi Z ternyata bisa membuka peluang bisnis yang dijalankan bahkan oleh generasi z sendri.Â
Hasil survey mengatakan pada umumnya generasi Z gemar menikmati wisata kuliner namun KFC dan MC Donald adalah 2 brand makanan cepat saji yang paling bayak dipilih. Biasanya mereka memilih menu paket yang di dalamnya terdapat nasi.Â
Arif tentu saja menyukai restoran cepat saji. Namun sebagai pemuda yang menghabiskan banyak waktu di kota Jogja, ia lebih memiih opsi yang lain. Ia bukan orang yang pemilih untuk urusan makan, yang penting  berkuah dan pedas, itu saja bisa membuatnya makan dengan lahap.
"Kalau sekarang tempat makan favoritnya Sop Pak Min Klaten, gampang ditemuin di Jogja, murah dan enak rasanya." Begitu jawabnya ketika saya bertanya mengenai tempat makan favorit. Ia pun selalu mengajak teman-teman yang datang dari luar kota untuk mencicipi Sop Pak Min, selain tentunya angkringan, gudeg dan makanan terkenal khas Jogja lainnya.
Setiap generasi pastinya memiliki pilihan masing-maing untuk menikmat hiburan. Namun ternyata generasi Z memilih menghabiskan waktu menikmati hiburan yang berhubungan dengan teknologi. Mayoritas generas Z mendengarkan musik barat melalui saluran streaming begitu juga dengan mengunduh dan menonton film. Diketahui pula sebanyak 61% diantaranya menghabisan waktu dengan bermain gim selama 3 jam sehari.
" Apa sih hobby mu, rif?" Tanya saya.
" Olahraga seperti futsal atau lari dan main gim dan kalau lagi jenuh jalan kemana, gitu. Gak bakal bosen ngelakuin 3 hal itu." Jawab Arif.
Walau tidak setiap hari tetapi  Arif  bisa menghabiskan waktu 2 hingga 3 jam untuk bermain gim apalagi saat merasa suntuk. Berbeda halnya dengan futsal, olahraga ini justru telah menjadi kesehariannya. "
" Futsal rutin seminggu sekali, tapi kalau lagi clelah, ya 2 minggu sekali. Kalau 2 minggu sudah gak futsal, minggu depan harus futsal." Kata Arif.
Kemahirannya dalam mengolah gambar juga pernah mengantarkannya menjadi peserta terpilih dalam kegiatan Sapta Pesona tahun 2015 lalu bersama Pesona Indonesia. Saat itu, ia bersama para influencer lainnya diajak untuk mengunjungi 7 kota di Indonesia dari Lampung hingga Labuan Bajo untuk mengabadikan keindahannya melalui foto, video dan tulisan. Â
Hal yang awalnya cuma sebatas hiburan, ketika ditekuni ternyata bisa membawanya berjalan leih jauh bahkan menjadi pekerjaan.
5. Liburan
Banyak ahli mengatakan bahawa generasi Z adalah mereka yang hidup untuk mengejar pengalaman, bukan semata pada benda. Traveling atau liburan tentunya juga menjelma perlahan menjadi gaya hidup. Â Hal ini terbukti pada survey tersebut, 90 persen responden menjawab bahwa mereka gemar liburan di dalam negeri dengan destinasi yang mereka sudah lihat melalui film. 60 persen menjawab bahwa keputusan berlibur ditentukan oleh orang tua dengan tranportasi favorit adalah mobil pribadi.
Untuk hasil survey ini, saya rasa agak bertolak belakang dengan apa yang saya lihat di diri Arif. Ia mulai petualangannya saat masih berseragam putih abu-abu.Tujuanya adalah pantai-pantai yang ada di Gunung Kidul. Dan, sejak saat itu traveling tak pernah lepas dari hidupnya.
"Pengalaman traveling apa yang paling berkesan buatmu, Rif?" Tanya saya.
"Waktu ke Merbabu via Suwanting, mbak." Jawab Arif
Maret 2016, Arif bersama 8 orang temannya berangkat dari Jogja dengan menggunakan motor. Cuaca yang kurang bersahabat memaksa mereka untuk banyak berhenti dan baru tiba di basecamp pukul 2 siang. Perjalanan mendaki dimulai segera setelah  menunaikan solat ashar.
"Nah, Suwanting, kan, gak ada bonusnya, sampai camping ground itu jam 2 malam. Jadi kami mendaki dari pukul 3 sore sampe 2 malem, 11jam, aja gitu." Cerita Arif.
Pasang tenda adalah hal yang pertama kali mereka lakukan. Tetapi alih-alih tidur, Arif memilih untuk begadang sambil menikmati kelap kelip lampu kota dikejauhan.Â
"Pagi harinya, teman-teman melanjutkan perjalanan ke puncak, aku jaga tenda, aja. Balurin minyak kayu putih aroma, masuk ke sleeping Bag terus tidur, deh" Kata Arif
"Lah, gak ikut ke puncak? Kan, bisa pamer foto di puncak." Tanya saya.
"Masih sayang sama badan kali ya, makanya gak ke puncak . Camping ground  ke puncak masih sekitar 3 jam dan gak kepikiran puncak, mending tidur." Begitu jawabnya.
"Katanya generasi Z, tapi pakai minyak kayu putih ." Ledek saya
"Minyak kayu putih aroma ini wajib ada di kotak emergency aku, mbak." Jawabnya sambil membuka tas kecinya dan mengeluarkan minyak kayu putih aroma.
Arif bilang minyakKayuPutihAroma memiliki wangi yang beda dengan brandlain. Wangi lavender yang lembut sangat menenangkan, sedangkan exrak daun ekaliptus menghangatkan dan membuat badan menjadi nyaman,Â
" Kamu tahu, kan,  di gunung rawan hipotermia, menjaga badan sealu hangat itu penting, mbak. Wangi Minyak Kayu Putih Aroma berguna sekali jika ada yang pingsan, tinggal oleskan disekitar hidung, bisa memicu kesadaran." Katanya dengan mimik muka serius. Sementara saya mengangguk-angguk saja.
Buat Arif tak pernah ada pertimbangan khusus saat memilih destinasi liburannya. "Tergantung mood, aja. Kalau lagi ingin ke pantai langsung ke pantai atau lagi ingin sejarah langsung ke tempat bersejarah yang belum pernah kukunjungi. Kadang kalau ada teman yang mengajak, dan aku minat, jadi ikut teman. Sesederhana itu aja, mbak." Begitu kata Arif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H