"Itu adalah tempat yang indah, Awi. Kamu tahu itu adalah sebuah kota hilang." Jelas Donie dengan nada yang menggebu-gebu. Dia begitu bersemangat ketika membicarakan tujuan terbangnya.
"Kota yang hilang? Bukan kah itu terdengar menyeramkan?" Tanya Awi, ketakutan. Karena dalam pikirannya, kota itu bisa membuat siapa saja yang datang berkunjung hilang dan tidak kembali lagi.
"Tidak, Awi. Justru tempat itu adalah tempat yang cantik. Tempatnya dikelilingi gunung, terus di sana ada hutan yang lebat dan kamu tahu di sana ada kuil." Seru Donie.
"Kuil? Apakah itu sebuah makanan?"
Donie menatap kesal Awi. "Bukan... Itu tempatnya manusia-manusia berkumpul untuk bertemu Tuhannya."
Awi mengangguk paham, tanda mengerti. "Terus untuk apa kamu ke sana?"
"Karena itu adalah mimpiku, sudah sejak lama sekali aku mendengar tempatnya, dan aku ingin pergi ke sana." Donie begitu antusias.
"Lalu kamu tahu dari mana tempat itu?"
"Ayahku. Dia bercerita, kalau dia pernah terbang tinggi di sebuah daerah dan itu berada di Machu Picchu. Ayahku bilang itu merupakan tempat terindah yang pernah dia datangi."
"Wah menakjubkan sekali, aku jadi penasaran ingin melihatnya."
"Aku juga, tetapi cuaca hari ini sangat tidak bagus. Aku tidak menyukainya, karena itu membuat rencanaku gagal." Ucap Donie geram, sembari menghentakkan kaki kecilnya tanda kecewa.Â