Tak mudah, di sekolah ia belajar di kelas Guru Desi, pun di setiap sore sehabis berjualan mainan anak-anak ia juga belajar langsung di rumah Guru Desi, tetapi sayangnya tak ada satu pun materi yang ia pahami. Berbagai metode telah Guru Desi coba, tetapi sepertinya tak ada yang bisa menembus kebodohan Aini. Ia pun kewalahan dengan kebodohan yang menimpa Aini.
"Kepribadiannya tak seperti bentuk konvensional geometris segitiga sama sisi, bujur sangkar, atau jajaranbgenjang yang dengan gampang dapat diukur dengan perspektif luasnya. Aini adalah bidang di bawah kurva cembung, seluas wilayah terarsir yang tak gampang diduga, seluas itulah kepribadiannya. Kecenderungan tak dapat diukur dengan perbandingan tinggi dan panjang biasa, namun harus secara derivatif."
Sampai akhirnya, Guru Aini menemukan cara, yaitu dengan mengenalkan kalkulus. Pelan-pelan tapi pasti, Aini menemukan titik terang matematika melalui kalkulus. Ia menguasai materi demi materi yang diajarkan. Ia rajin sekali menulis kembali materi matematika di tembok rumahnya dengan arang, kemudian mengulang-ngulangnya sampai paham betul. Berkat tekadnya yang kuat dan usaha yang selalu istiqomah inilah nilai matematikanya yang awalnya hanya satu, nilai ujiannya di akhir sekolah bahkan mendapat 10, nilai matematika terbaik se-kabupaten.Â
Lalu, setelah lulus dari bangku SMA, berhasilkah Aini masuk fakultas kedokteran sesuai apa yang ia cita-citakan?
Untuk bagian akhir cerita, sepertinya tidak seru jika saya membocorkannya di sini. Anda bisa membacanya sendiri dengan membeli langsung karyanya yang asli, jangan bajakan ya.
Membaca novel ini membuat semangat kita naik lagi. Hal ini terjadi di sekitar kita, bahkan sering kita alami. Ketika kita melakukan sesuatu dengan kontinyu, kita akan mendapatkan apa yang kita targetkan. Hasil tidak akan megkhianati usaha, bukan? Kebodohan harus dilawan dengan belajar, belajar, dan belajar.
Yang saya sukai dari novel ini adalah penulis menghadirkan istilah-istilah matematika lalu dikaitkan dengan realita kehidupan. Hal ini menjadi keunikan tersendiri bagi si pembaca.
 Salam literasi.
Selamat membaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H