Sekarang, saya sadar bahwa konsep yang saya hadirkan ternyata menyulitkan istri. Kesulitan yang tercipta karena sikap saya yang sok tahu akibat mentahnya pemahaman hasil pencarian dari dunia maya, berdampak pada menutup mata  kepakaran tukang yang sudah saya ganti dengan tukang lainnya. Kedua hal ini menjadi mematikan bagi perasaan, saya saat terjadi bersamaan.Â
Rumah kami sebagai tempat mengawali cinta, harapan, dan impian, telah menjadi tempat banyak drama. Tawa bahagia menjadi kegelian, dan kadang-kadang membuat istri jengkel sendiri karena buah dari tangan suaminya. Sebagai korban salah bakat, rumah ini tetap patut saya syukuri. Meski renovasi yang telah saya lakukan yang seharusnya mengundang amarah, justru mengundang gelak tawa seisi rumah. Bagaimanapun juga ini adalah rumah kami, sampai muncul drama lain saat istri bertanya, "Yanda kapan kita pindah?".Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H