Mohon tunggu...
Udin Suchaini
Udin Suchaini Mohon Tunggu... Penulis - #BelajarDariDesa

Praktisi Statistik Bidang Pembangunan Desa

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Pragmatisme Bahasa Ibu

21 Februari 2019   08:19 Diperbarui: 21 Februari 2019   08:55 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Ibu dan Anak. (Sumber: Daily Mail)

Bahasa apa yang Anda ajarkan pada anak-anak Anda? jika selain bahasa daerah yang Anda kuasai, apakah Anda sudah siap-siap menelantarkan bahasa daerah?

Sebuah bahasa dianggap "hidup" jika masih ada penutur untuk percakapan sehari-hari. Persoalannya, perkembangan bahasa daerah sebagai bahasa ibu mengalami kemunduran. Menurut Ethnologue, lembaga bahasa di dunia, Indonesia memiliki 707 bahasa daerah. Namun, dari sekian banyak bahasa ini, kita perlu siap-siap hanya dijumpai melalui perkamen bahasa yang tertinggal di sudut museum kebudayaan. Itupun, jika terdokumentasikan.

Tahun 2016, UNESCO telah menunjukkan kepunahan 12 bahasa daerah di Indonesia, yaitu Hukumina, Kayeli, Liliali, Mapia, Moksela, Naka'ela, Nila, Palumata, Piru, Tandia, Te'un, dan Tobada'. 

Mungkin, fakta ini bisa jadi lebih sedikit dari kenyataan, karena bisa jadi masih ada bahasa yang belum didokumentasikan. Bahkan, menurut rujukan yang sama, 15 hari sekali akan ada kepunahan bahasa daerah di negeri ini. 

Bahasa ibu sebagai bahasa pertama yang dipelajari oleh seseorang, menurut wikipedia merupakan bahasa asli, bahasa pertama, secara harfiah mother tongue. Namun perlu dipahami, Bahasa Indonesia di negara ini, bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar penduduk menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu, sesuai dengan identitas kesukuan.

Bahasa Sehari-Hari

Tren perubahan sosial di wilayah administrasi terendah (desa/kelurahan), semakin heterogen, kehidupan warganya kian beragam. Menurut Publikasi Potensi Desa (Podes), pada tahun 2014 ada 58.992 desa multietnis meningkat menjadi 61.895 desa pada tahun 2018. Bahasa Indonesia pun menjadi pilihan untuk berkomunikasi sehari-hari. Hasil Sensus Penduduk (SP) 2010 yang lalu, sebenarnya telah spesifik memberi gambaran penggunaan Bahasa Indonesia dalam berkomunikasi sehari-hari.

Menurut Publikasi Potensi Desa (Podes), pada tahun 2014 ada 58.992 desa multietnis meningkat menjadi 61.895 desa pada tahun 2018.

Penggunaan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi di lingkungan keluarga mencapai 20 persen penduduk di seluruh Indonesia. Yang menarik dicermati, walaupun DKI Jakarta didominasi oleh para pendatang dari berbagai daerah di Indonesia, kenyataannya 90,7 persen penduduk DKI menggunakan bahasa Indonesia di rumahnya. 

Grafis Hari Bahasa Ibu Internasional. (Sumber: kemendikbud.go.id)
Grafis Hari Bahasa Ibu Internasional. (Sumber: kemendikbud.go.id)
Beberapa provinsi yang persentase suku Melayunya terbilang besar, umumnya juga memiliki persentase tinggi pengguna bahasa Indonesia, seperti misalnya Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Provinsi Riau, Kalimantan Timur. Begitu juga dengan provinsi yang menjadi tujuan utama migrasi seperti Banten, memiliki persentase yang relatif tinggi pengguna bahasa Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun