Aku mulai mengaguminya sejak pertama bertemu
Awalnya aku kira hanya sebatas ketertarikan fisik belaka
Tapi ternyata sejak aku banyak berbicara dengannya
Satu kalimat sederhananya mampu menyeretku lebih dalamÂ
Aku bahkan yakin sebelum ini aku sudah lupa caranya mendekati seseorang
Namun satu kalimatnya dapat membuatku menyusun rencana date hanya untuknya
Aku juga tak tahu mengapa aku sangat menggebu ingin mendekatinya
Entah karena egoku tersentil ketika melihatnya tertawa bersama lelaki lain
Atau karena aku memang menyukai sebegitu dalamnya
Sampai dimana aku sudah tak tahan lagi dengan perasaanku
Aku sampai dikeyakinan untuk mengungkapkan rasaku
Aku tak berpikif jauh akan dampak apa yang akan terjadi
Aku bahkan berpikir tak apa jika ia menyanggah perasaanku
Yang paling penting aku sudah melahirkan apa yang kupendam ini
Yang paling penting aku ingin merasa legaÂ
Dan yang paling penting ia tahu keberadaan akan rasa yang kupunya
Namun ternyata aku tak sejujur itu
Bagaimana mungkin setelah aku mengungkapkannya malah menjadi runyam
Aku bilang aku tak perlu jawaban tapi nyatanya aku menunggunya
Aku hanya ingin mengungkapkan rasa tapi nyatanya aku berharap dibalasnya
Bahkan aku dari awal tahu bahwa aku takkan dipilih tapi aku tetap mengharapkannya
Namun diakhir cerita aku memang tak sejujur itu
Setelah melihatnya dari kejauhan
Setelah berbagai hal kuusahakan hanya untuk bisa makan eskrim dengannya
Dan setelah aku kembali ke sisi rasionalitasku
Dia bukan apa yang aku rasakan secara abadi
Dia hanya sebagian dari kesenangan sesaatku
Seperti ketika menemukan rasa baru ketika sedang bosan
Yaa aku terlalu gegabah dalam rasa baruku
Rasa ini bukan untuk dimunculkan terburu-buru
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H