Mohon tunggu...
sucahyo adiswasono@PTS_team
sucahyo adiswasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hanya Seorang Bakul Es, Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang. Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Diary

Merehabilitasi Diri

26 Januari 2025   14:23 Diperbarui: 26 Januari 2025   14:29 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dimulai dari hal yang terkecil, mulailah dari diri sendiri ...

Itulah ungkapan yang menginspirasi, kemudian tertuanglah di catatan harian ini. Karena sebersit tanya menyembul dan mengoyak alam pikiran, dari manakah seharusnya dimulai? Manakala menyadari betapa sistem kehidupan beserta segala aspek yang terlingkup di dalamnya benar-benar telah mengalami ketimpangan luar biasa, terjadi disharmonisasi tiada tara. Begitulah fakta realitanya yang siapapun takkan bisa memungkiri, kecuali yang sudah terbiasa bersikap munafik, fasik, dan menentang ajaran Tuhan yang universal.

Saya harus berani jujur, meskipun akan berhadapan dengan kepahitan ketika dalam berproses menegakkan kejujuran itu, atau seperti menjadi bagian dari minoritas di tengah-tengah mayoritas yang masih silang sengkarut  tak menentu ini. Dan, saya harus siap pula menanggung segala risiko. Sebab, bukankah setiap pilihan yang diambil, senantiasa mengandung risiko sebagai konsekuensi logisnya?

Ketimpangan sosial budaya manusia yang terjadi saat ini, adalah suatu akibat yang timbul lantaran manusia kian abai akan siapakah dirinya sebagai bagian dari totalitas sistem kehidupan alam semesta. Dimana, sistem adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Atau, susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dan sebagainya. Demikian itulah yang disebut sebagai sistem.

Nah, bukankah alam semesta ini tercipta dari Sang Maha Pencipta pada mulanya adalah dalam kondisi yang serba harmonis dalam prinsip-prinsip penuh dengan keseimbangan? Dan, manusia adalah bagian dari totalitas sistem alam semesta pula.

Oleh karenanya, bahwa hakikat pasti alam adalah untuk kepastian sosial budaya manusia, tentunya patut untuk dicamkan dengan seksama, serta patut pula untuk diaktualisasikan ke dalam tindak nyata secara universal agar manusia dan alam semesta kembali menjadi harmonis seperti pada asal muasalnya.

Manusia - Tuhan - Alam Semesta, adalah tiga hal yang terkait dan tak terpisahkan, yang dalam kamus saya adalah sebagai Triumvirat. Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang merupakan bagian dari sistem Alam Semesta sebagai ciptaan Tuhan pula. Artinya, bahwa harmonisasi relasi antara manusia dengan alam semesta, pada ujungnya adalah sebanding dengan harmonisasi antara manusia dengan Tuhan dalam sistem tatanan kehidupan, dimana manusia tak lebih dari hamba atau abdi kehidupan yang hanya akan mengabdikan dirinya dan menggantungkan seluruh kehidupannya khusus kepada Tuhan semata, yakni dengan menjalankan ketentuan-Nya, yakni menerapkan sistem kehidupan seimbang, dan nilai-nilai kebajikan universal. Itulah ibadah yang paling utama dan esensial sejalan posisi manusia sebagai hamba Tuhan Semesta Alam.

Mengapa saat ini alam semesta menjadi timpang nan tak seimbang? Pun demikian sistem tatanan sosial budaya manusia dalam peradabannya? Yang jelas, "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia." (Ar-Rum (30):41)

Karena hakikat pasti alam adalah untuk kepastian sosial budaya manusia, maka timpangnya alam semesta terpantul pada timpangnya sosial budaya manusia, dimana pemicunya adalah ulah dari tangan manusia itu sendiri yang abai dalam menjaga, merawat, dan memelihara alam semesta agar terjaga keseimbangannya, keharmonisannya.

Ketika alam semesta telah rusak dan timpang, pun demikan sosial budaya manusia dalam peradabannya telah rusak dan timpang, rehabilitasi sangat diperlukan guna mengembalikan keseimbangan dan harmonisasi relasi antara Manusia, Tuhan, dan Alam Semesta seperti sedia kala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun