"Ibarat satu tubuh sebagai satu kesatuan sistem tak terpisah, manakala sebagian anggota tubuh merasakan sakit, maka bagian lainnya pun akan merasakan sakit jua ..."
Itulah gambaran prinsip Kaljasadi. Dan, begitulah semustinya yang bisa kita tangkap dari kehidupan yang kita alami dan yang kita jalani dalam satu sistem tatanan ideal sebagaimana yang telah diajarkan oleh Sang Pencipta, dan seperti itulah awal mula alam semesta beserta segala isinya diciptakan dalam sistem yang penuh dengan keseimbangan yang sempurna.
Oleh karenanya, apa yang terjadi pada tubuh manusia dengan mekanisme sistem bekerjanya yang terancang bangun dalam keseimbangan dari Sang Pencipta Yang Maha Segala, maka sesungguhnya sistem pada jasad tubuh manusia itu merupakan miniatur atau prototype dari sistem yang ada pada alam semesta sebagai jagat besar yang bekerja dalam keseimbangan pula.
Mari kita perhatikan tentang manajemen tubuh. Secara garis besarnya agar sistem keseimbangan pada tubuh kita bisa terjaga sehingga akan berujung pada tubuh yang ideal sehat-seimbang, maka yang harus dipahami adalah sebagai berikut:
- Menjaga keseimbangan input dan output
- Input, nutrisi harus dari makanan yang halal, sehat, dan alami
- Input harus memenuhi nutrisi yang seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh
- Output (gerak) harus optimal dan produktif
- Gerak harus seiring dengan keterarutan sistem alam, jangan sampai merusak keteraturan sistem alam.
Bahkan, rumah sebagai bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal bagi manusia, dan lahan pekarangan yang ideal itu bisa ditarik kepada apa yang ada dan terjadi pada tubuh kita, demikian:
- Kepala, identik dengan rumah dan pekarangan
- Badan dan tangan, identik dengan lahan pertanian produktif
- Kaki, areal penyangga.
Membangun bentuk dan kualitas tubuh sudah seharusnya dilakukan melalui kerja fisik mengelola lahan usaha dalam rangka untuk mengukur bagaimana kemampuan kita dalam membentuk dan megelola lahan usaha di sekitar kita. Seperti itulah kondisi bentuk dan kondisi tubuh kita.
Berikutnya, bagaimanakah kita ini mampu membangun ketahanan dan kemandirian di lahan usaha, maka seperti itulah kemandirian dan ketangguhan fiisik kita.
Dan, bagaimana kita mampu membikin lahan usaha kita menjadi produktif, yang berarti seperti itulah kemampuan skill dalam bekerja pada tubuh kita.
Dengan demikian, maka kondisi fisik yang ideal -seimbang-produktif, adalah hasil dari pengolahan lahan yang produktif-seimbang.
Secara prinsip folosofis bahwa mengelola tubuh itu pararel dengan mengelola tatanan kehidupan yang idealnya adalah mengarah pada kehidupan seimbang. Sehingga apabila direfleksikan  terhadap prinsip dasar Olah Tubuh Ideal (OTB), adalah gerak yang produktif dalam mendayagunakan apa yang ada di sekitar kita yang bisa dijangkau agar tubuh kita ini benar-benar menjadi sehat-seimbang, dan ideal sebagaimana yang dimaui oleh Sang Pencipta atas ciptaan-Nya. Masalah mau atau tidak tentang gerak hidup yang idealnya seiring dengan sistem gerak alam, hal itu berpulang kepada pilihan kesadaran masing-masing pribadi. Yakni, pola hidup seimbang ataukah pola hidup timpang sebagai lawannya?
Tiada paksaan di dalam memilih suatu tatanan hidup. Mau dengan tatanan hidup seimbang silakan, mau dengan tatanan hidup timpang pun silakan.
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada tatanan hidup yang sesuai dengan fitrah Allah, sebab Dia lah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Itulah tatanan kehidupan yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui," Ar-Rum (30):30.
"Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan." Korintus 8:14.
Salam Seimbang Universal Indonesia Nusantara ...
*****
Kota Malang, Oktober di hari kedua puluh sembilan, Dua Ribu Dua Puluh Empat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H