Mohon tunggu...
sucahyo adiswasono@PTS_team
sucahyo adiswasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hanya Seorang Bakul Es, Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang. Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kedaulatan Tuhan yang Dilupakan

19 Juli 2024   01:25 Diperbarui: 19 Juli 2024   13:57 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampailah kita pada pemimpin sebagai patron kehidupan negara-bangsa
Pemimpin bangsa yang ideal harus memenuhi syarat, demikian ...

Pemimpin negara-bangsa adalah pengemban amanah Tuhan Yang Maha Esa
Yang harus mampu mengawal praktik prinsip-prinsip keseimbangan
Menjadi tatanan pribadi, keluarga, masyarakat dan tatanan negara-bangsa

Pemimpin negara-bangsa adalah sosok yang beriman
Yang berposisi sebagai hamba yang patuh terhadap ajaran Tuhan Yang Maha Esa
Ajaran yang berlandaskan prinsip-prinsip keseimbangan
Ataupun ajaran yang berisi nilai-nilai kebaikan universal

Pemimpin bangsa adalah sosok yang berilmu
Yang berarti profesional dalam bidangnya
Dan mempunyai kompetensi yang memadai
Sebagai sang pemimpin yang tak hanya pandai bicara
Namun memberikan teladan dalam perbuatan, pengemban amanah Tuhan

Pemimpin negara-bangsa adalah sosok yang berjiwa pemberdayaan
Harus menjadi teladan yang baik, mengajarkan ilmu yang bermanfaat
Sekaligus melatih, mengarahkan, menuntun masyarakat
Menuju kehidupan yang lebih baik

Jadi, kedaulatan adalah di tangan Tuhan
Dan dilakukan sepenuhnya oleh warga negara
Menurut ajaran Tuhan yang universal

Maka seiring dan sejalanlah terhadap
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan

Begitulah bila hendak merevisi, memperbaiki dan mengamandir konstitusi
Demi keseimbangan yang sempurna bagi harmonisasi kehidupan di negeri ini ....

*****

Kota Malang, Juli di hari kesembilan belas, Dua Ribu Dua Puluh Empat.  

     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun