Mohon tunggu...
sucahyo adiswasono@PTS_team
sucahyo adiswasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hanya Seorang Bakul Es, Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang. Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Yang Terlupakan dan Terabaikan

6 Juli 2024   17:07 Diperbarui: 6 Juli 2024   19:20 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar: pixabay.com

Kandas dan membekas, mungkin kata-kata itu yang mewakili
Kecamuknya pikiran dan perasaan
Idealitas yang selama ini tertanam semenjak dini
Pada akhirnya harus merasakan pil pahit nan getir
Manakala bertatapan dengan realitas yang terjadi
Maju kena mundur pun kena
Serba susah!

Betapa tidak?
Masih terngiang di benak yang paling dalam
Tentang butir-butir arah dan tujuan negeri ideal yang dicitakan
Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
Adalah salah satunya

Lalu berlanjut pada narasi indah
Bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan
Bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya
Bukankah semua itu seharusnya dimaknai sebagai tanggung jawab dari penjaga dan pemelihara negeri ini?

Namun, realitasnya?
Si Fulan dari keluarga buruh harian lepas
Enam tahun di lembaga pendidikan negara
Tak pernah bebas dari beban menggelontorkan rupiah
Begitu pula sesudahnya dan sesudahnya

Maka, dimanakah gerangan tentang upaya mencerdaskan kehidupan bangsa
Dan, tanggung jawab para penjaga dan pemelihara negeri ini?

Si Fulan lainnya, dari keluarga juru mudi motor online pastinya
Pun bernasib sama ketika bermimpi untuk bisa menjadi sarjana
Lolos seleksi masuk sebuah perguruan tinggi negeri ternama
Berbekal KIP-K, ya lewat jalur KIP-K!

Semula Si Fulan yang ini merasa senang dan bangga
Begitu pula bapak dan ibunya, riang gembira dan bangga tiada tara
Namun, mendadak bagai disambar petir di siang bolong
Rasa senang, riang gembira dan bangga tiada tara itu sirna tak berbekas!
Mengapa?

Di tahap selanjutnya, Si Fulan yang ini
Tak lolos sebagai penerima beasiswa, bebas biaya K, serta biaya hidup lainnya dari negara!
Begitulah realitasnya, itulah jawabnya mengapa semua jadi sirna tak berbekas ...

Dalam kesendirianku di tengah-tengah semesta alam yang tak lagi ramah
Akupun sedang bertanya untuk mendapatkan kepastian jawaban 
Bersungguh-sungguhkah negara-bangsa ini berupaya mencerdaskan kekhidupan bangsanya?
Bersungguh-sungguhkah negara-bangsa ini berupaya menyejahterakan bangsanya?
Bila memang bersungguh-sungguh, mengapa masih ada yang tercedera lantaran soal biaya?
Inikah yang bernama sebuah tanggung jawab dari para penjaga dan pemelihara negeri ini?

Mentari tak lagi pancarkan cahaya energi sekuat seperti dulu lagi
Dan, rembulan pun malah cemberut dengan sinarnya yang terhalang oleh awan kelabu ....

*****

Kota Malang, Juli di hari keenam, Dua Ribu Dua Puluh Empat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun