"Ketahanan tubuh, itu berbanding lurus dengan kekuatan pikiran", begitulah filosofinya. Dan, itu bagi saya, tak terkecuali dalam hal menjaga kesehatan gigi yang rata-rata hanya berjumlah 32 yang dimiliki manusia seumumnya.
Menjaga kesehatan memang mahal, itupun apabila kita masih kurang pengetahuan, bahkan buta pengetahuan terhadap seluk beluk menjaga dan memelihara kesehatan diri kita sendiri. Akan menjadi simpel dan murah apabila kita menyadari makna keseimbangan dalam memperlakukan jasad diri, include dengan bagian-bagian dari tubuh kita sebagai sebuah sistem yang telah dirancang bangun oleh Sang Maha Pencipta Segala dengan penuh keseimbangan yang maha sempurna, maha canggih pada awalnya.
Namun, karena terjadi ketidakseimbangan dalam memperlakukan jasad diri kita sendiri, maka terjadilah ketimpangan sehingga berujung pada sakit, sakit apa saja. Salah satunya adalah sakit gigi ataupun sakit gusi, yang sebenarnya adalah 'alarm'untuk mawas diri bahwa terjadi ketidakseimbangan dalam memperlakukan bagian dari gigi kita sendiri. Misalnya, terlalu berlebihan mengonsumsi makanan yang serba manis, atau setelah mengonsumsi makanan yang serba panas, langsung ditimpali dengan mengonsumsi minuman yang serba dingin (es), pasti berakibat, cepat ataupun lambat pada gigi, yakni sakit dengan segala varian sakitnya. Mulai dari sering-sering ngilu gigi, gigi keropos, gigi berlobang, dan sebagainya.
Bila demikian itu yang  terjadi (sakit gigi/gusi), maka larinya pasti merujuk ke yang berkompeten terhadap urusan gigi secara medical. Biasanya begitu, kan? Dan, hampir dipastikan selalu begitu merujuknya.
Lalu, cukupkah dengan berbekal Rp 20.ooo buat ongkos periksa dan sekaligus obatnya? Belum lagi, yang harus di-plombir atau mungkin harus cabut gigi? Tentunya, tak cukup ya?Â
Itulah yang dipersepsikan bahwa betapa sehat itu mahal, setelah mengalami sakit yang lebih disebabkan oleh diri kita sendiri yang telah memperlakukan jasad diri kita dengan cara dan gaya hidup yang timpang atau tidak seimbang.
Nah, bagaimana solusinya terhadap 'lebih baik sakit gigi daripada sakit hati' ini? Hehehe ... Artinya,bagaimana agar menjadi simpel, menjadi murah, dan tak menjadi mahal?
Kata kuncinya, 'tindakan preventif adalah lebih baik daripada tindak kuratif', itu prinsip utamanya.
Cobalah, langsung dipraktikkan sebagaimana yang telah saya praktikkan, dan telah berjalan kurang lebih 5 tahunan, dan konsisten.
- Buang jauh-jauh kebiasaan perlakuan timpang terhadap gigi kita sendiri, sebagaimana yang disinggung di atas tentang apa itu perlakuan timpang yang berakibat pada sakit dan berpenyakit pada gigi maupun gusi.
- Biasakan gosok gigi tanpa odol, hanya dengan sikat gigi saja. Bukankah prinsip gosok gigi adalah hanya untuk membersihkan sisa makanan atau minuman yang tersangkut di sela-sela gigi agar tidak terjadi pembusukan yang rentan akan munculnya bakteri, kuman ataupun baksil yang bisa merusak gigi maupun gusi. Begitu, bukan?
Sampai di sini, mungkin muncul pertanyaan, "Bagaimana gigi bisa jadi putih-cling bila setiap kali gosok gigi selalu tanpa odol?"