Mohon tunggu...
sucahyo adiswasono@PTS_team
sucahyo adiswasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hanya Seorang Bakul Es, Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang. Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bias Samudra Kehidupan

12 Maret 2024   01:03 Diperbarui: 15 Maret 2024   18:43 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar: dokpri.com

"Dari sudut pandang medis, puasa itu bagaimana, Ang? Boleh kan aku pingin tahu penjelasan yang logis rasional?" tanya Alex dengan harapan agar mendapatkan kedalaman jawaban dari Anggoro.

"Dari sudut pandang medis, hasil penelitian kalangan medis menyatakan bahwa puasa adalah proses detoksifikasi, yakni penggelontoran racun-racun dari dalam tubuh manusia guna memperbaiki metabolisme dan sistem keseimbangan dalam tubuh manusia. Itu simpelnya, Al," jawab Anggoro.

"Kembali, lanjutkan, Angg ..." harap pinta Alex bersemangat.

"Jadi, simpulannya adalah bahwa tujuan dari puasa manusia adalah sejalan dengan puasa alam. Hewan pun berpuasa lho? Ingat dalam mata pelajaran Biologi pada sub bahasan Zoologi di SMP/SMA kita dulu dengan istilah 'hibernasi'. Masih ingat, kan? Itulah puasanya hewan, Al ... Dan, antara puasa manusia dan puasa alam adalah sama-sama memperbaiki keseimbangan, yakni terjadinya perbaikan secara menyeluruh, baik keseimbangan alam maupun keseimbangan fisik dan perilaku manusia" kata Anggoro sambil mengingatkan kembali materi zoologi kepada Alex.

"Kalau begitu, sebagaimana ulasanmu, Ang, maka idealnya, timing puasa manusia dengan puasa alam itu seharusnya sejalan ya? Seperti halnya kita yang hidup di negeri beriklim tropis, dimana bagi tumbuhan dan hewan tropis maka puasanya adalah pada saat puncak kemarau yang kering. Sebab, pada kondisi tersebut sangat tidak kondusif dan tidak produktif bagi tanaman maupun hewan. Sehingga pun demikian semustinya terhadap jadwal puasanya kita manusia yang hidup di iklim tropis, sehingga akan terjadi harmonisasi antara manusia dengan alam. Dengan kata lain, tak perlu ada perselisihan lho dalam menetapkan jadwal kapan kita berpuasa, tak seperti yang selama ini terjadi di masyarakat kita yang acapkali menimbulkan kegaduhan dan kubu-kubuan, ya? Padahal simpel lho ya tolok ukurnya dalam menetapkan kapan seharusnya dimulai berpuasa bagi kita yang hidup di alam tropis? Benar tidak, Ang?" tanya Alex lugas.

"Ya, itu benar. Dan, bukan hanya itu pula, Al. Seharusnya ketika manusia berpuasa akan terjadi penghematan ekonomi yang signifikan. Namun, yang terjadi pada kenyataannya adalah sebaliknya. Di bulan puasa Ramadhan justru menjadi puncak decision economics, kebutuhan konsumsi meningkat tajam bila dibandingkan dengan hari-hari dan bulan-bulan di luar Ramadhan. Jadi, praktik puasa saat ini sudah tak sesuai dengan kehendak Tuhan, karena ada kesalahan fatal dalam menjalankan ketentuan puasa. Puasa yang seharusnya menjadikan tubuh semakin sehat, ekonomi semakin tahan dan kokoh, justru fakta berbicara sebaliknya. Puasa yang seharusnya menciptakan penghematan nasional, justru membikin pemborosan ekonomi yang luar biasa. Proses perbaikan keseimbangan tidak berjalan. Baik keseimbangan alam, keseimbangan fisik maupun keseimbangan perilaku manusia. Begitu kan fakta realitanya, Al?" jelas Anggoro menambahkan.

"Berangkat dari kenyataan yang terjadi di lapangan, maka sudah saatnya ya dilakukan perbaikan ketentuan dalam pelaksanaan puasa, baik dari sisi teknis pelaksanaan maupun penentuan jadwal puasa yang tepat. Sehinggan tujuan puasa untuk perbaikan keseimbangan dan melatih ketahanan akan tercapai. Begitukah, Ang?" timpal Alex melengkapi penjelasan dari Anggoro.

"Ya, dan hal itu dibutuhkan keberanian untuk merevisi tradisi maupun kebiasaan yang membelenggu akibat dari indoktrinasi yang kurang pas, yang ditengarai sebagai upaya memisahkan antara ajaran Tuhan dengan ilmu pengetahuan. Padahal kalau kita mau jujur, dengan ilmu pengetahuanlah sebenarnya ajaran Tuhan dapat disinkronkan sebagai upaya pembuktian terhadap valid tidaknya ajaran Tuhan sebagai pedoman hiup bagi manusia secara univeral," kata Anggoro mengakhiri cengkeramanya dengan Alex, sahabat karib yang terjalin mulai sejak SD.

Kedua sahabat itu mengakhiri becengkeramanya, begitu terdengar azan Dhuhur, saat untuk break, rehat, sembahyang dan makan siang di rumahnya masing-masing yang masih dalam satu kampung, dan hanya beda RT.

"Salam Seimbang Universal Indonesia Nusantara, Kawan ..." ucap Anggoro kepada Alex. 

"Selalu Seimbang, Kawan ..." kata Alex menjawab ucap salam dari  Anggoro.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun