Mohon tunggu...
sucahyo adiswasono@PTS_team
sucahyo adiswasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hanya Seorang Bakul Es, Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang. Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bias Samudra Kehidupan

12 Maret 2024   01:03 Diperbarui: 15 Maret 2024   18:43 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar: dokpri.com

"Ya, itulah ketimpangan yang nyata di segenap sendi kehidupan kita ," kata Anggoro memyimpulkan.

Kedua sahabat itu, Anggoro dan Alex sedang bercengkerama dalam suasana khitmad, dalam adab kesantunan bertutur, tanpa harus bernada dan bertempo tinggi, serta berkosa kata yang tertata apik nan manis. Boleh jadi, keduanya bersahabat atas dasar budi pekerti, jauh dari sikap basa-basi yang justru akan mencedarai arti sebuah persahabatan sejati dan sejatinya sahabat.

"Memang kian menggejala, Kawan, kekaburan antara yang bijaksana dan picik, hitam dan putih, dan ... yang nampak serba abu-abu," timpal Alex sembari menyeruput kopi kental manis pahitnya.

"Ya, begitulah fenomena yang ada, kian silang sengkarut dari hari demi hari, seterusnya hingga tahun demi tahun. Apakah yang demikian itu yang kata sebagian orang tua menamakan sebagai jaman edan, apabila tak turut edan bakal tak kebagian, atau yen ora melu edan bakal ora keduman itu, ya Al?" kata Anggoro yang berujung tanya kepada Alex.

"Entahlah, Ang ... Bila kucermati tadi, saat aku mengantar ibu belanja ke pasar, terbersit tanya bergayut di alam pikiranku. Suasana pasar begitu ramai dan padat pengunjungnya, arus lalu lintas di sekitar area pasar begitu padat setengah macet total, pengunjung benar-benar berjubel tak seperti biasanya dari sebelumnya, saat aku mengantar ibu ke pasar. Ada apa, ya?" ungkap Alex mengisahkan hasil pengamatannya tentang situasi tadi pagi di pasar yang lokasinya tak jauh dari kampungnya.

"Lho, kamu belum tahu ya jawabnya, mengapa? Saat ini masyarakat kita kan jelang menyambut datangnya bulan puasa Ramadhan? Dan, selalu begitu kan situasi yang mewarnai saat menyambut datangnya puasa? Apa kamu lupa, Al?" jawab Anggoro mengingatkan Alex yang boleh  jadi agak kurang menyadari bahwa puasa Ramadhan sudah kurang sehari lagi. 

"Oh, iya, makanya ... Tapi, bukankah kita sempat mendapat masukan dari hasil studi komperhensif dan universal, bahwa esensi substansi dari puasa itu adalah saat manusia dan alam menjalani  pemulihan guna mencapai keseimbangan atas eksistensinya? Bukannya begitu, ya Ang?" tanya Alex mencoba menggali dan mengeluarkan memorinya untuk diungkapkan kepada Anggoro, sahabat bercengkerama bernuansakan diskusi kecil-kecilan.

"Sebenarnya, sih ya itu Al. Bahkan kalau boleh aku tambahkan dari apa yang sudah kau sentil, bahwa hakikat puasa itu adalah saat yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan alam agar tercipta satu harmonisasi antara manusia dengan alam semesta dalam timing yang sama. Di samping itu, pada prinsipnya, puasa adalah kegiatan pembinaan untuk pengendalian pelbagai hawa nafsu. Maka dengan puasa, gerak kita akan terkontrol untuk selalu menjaga keseimbangan diri agar menjadi insan kamil yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa," ulas detil Anggoro menambahkan, guna mendapatkan pemahaman yang sama dalam satu getar frekuensi.

"Lanjutkan, Ang, please ..." pinta Alex kepada Anggoro dengan rileks agar Anggoro berkenan melanjutkan ulasannya.

"OK, dengan senang hati, Kawan, kulanjutkan ... Sedangkan taqwa itu sendiri sudah seharusnya dimaknai sebagai patuh kepada ketentuan-ketentuan hukum Tuhan. Dimana hukum Tuhan sebagaimana dalam kitab suci, semuanya menjunjung tinggi prinsip-prinsip keseimbangan atau keadilan, menjunjung tinggi ahlaqul karimah atau nilai-nilai kebajikan universal. Sehingga, bertaqwa itu sama dan sebangun dengan hidup berperilaku seimbang atau adil. Baik terhadap Tuhan, terhadap diri sendiri, terhadap orang lain, terhadap alam, banggsa hingga terhadap dunia tempat kita berpijak. Dunia tempat kita dilahirkan, dihidupkan, dimatikan, dan dibangkitkan," kupas Anggoro sembari sesekali menyeruput kopi encer yang tak  manis-pahit dan bertaburkan sedikit garam selera kesukaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun