Dunia ...
Kian menggejala, kian mengarah
Pada kekacauan, pada ketidakpatutan
Di seluruh sendi kehidupan tanpa ruang tersisa
Krisis multidimensi nampak bakal tak terhindarkan
Mengapa?
Sebab, Â manusia 'tlah lalai kepada Tuhannya
Sang Pencipta Segala yang seharusnya dihamba
Mengapa terjadi krisis yang disulut oleh urusan perut?
Keserakahan membabi buta demi hegemoni
Adalah jawabnya
Dominasi kekuasaan tak terkendali
Mencengkeram setiap negeri
Berhulu berpijak pentaskan lakon yang mengharu biru
Hukum berkeadilan hanya nyanyian retorika
Dalam rangkaian kata tak bermakna
Bergaung dari ruang gulita tak berpelita
Krisis lantaran bawah perut pun menyeruak berasak-asak
Pencabulan tak lagi kenal adab yang kian biadab
Rasuah predatori menjadi-jadi, akut menuju bangkrut
Marak berarak satu demi satu jadi beribu-ribu
Hukum berkeadilan indah diucap, senyap di realita
Sebab, sang penegak 'tlah sempoyongan
Terbius dan mabuk opium, candu, marijuana kebiadaban
Mengubur dalam-dalam pikiran sikap arif bijaksana
Menjelmalah lelaku angkara murka bermahkota durjana
Bertopeng dan berjubah laksana sang cendekia aulia
Memadu palsu selalu
Jikalau sudah begitu, kemanakah bahtera ini hendak melaju?
Menuju pulau emaskah?
Atau hanya sekedar mimpi tak terbeli?
Sungguh tak disadari, betapa manusia 'tlah lepas diri
Dari kepatuhan pada ketentuan Sang Penentu sejarah
Berlaku timpang, menepis kikis lelaku seimbang ...
*****
Kota Malang, Februari di hari kedua puluh delapan, Dua Ribu Dua Puluh Empat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H