Hal ini sudah pernah diprediksi oleh Albert Einstein, jika terjadi Perang Dunia 3 maka perang-perang selanjutnya akan menggunakan kembali panah, pedang dan tombak. Kalaupun ada sebagian perangkat teknologi yang selamat, pertanyaannya, "Apakah masih bisa efektif untuk difungsikan?" Jika ada kendaraan yang selamat dari kehancuran, bagaimana bisa dijalankan bila semua SPBU-SPBU tidak berfungsi? Kilang-kilang minyak tidak beroperasi, mesin-mesin bor minyak tidak bisa digunakan, pembangkit-pembangkit listrik, pabrik-pabrik sparepart, dan sumber daya pendukung lainnya tidak bisa dijalankan? Ketika perangkat teknologi yang tersisa tidak bisa difungsikan, maka ujung-ujungnya akan mangkrak menjadi barang rongsokan dan lapuk, musnah ditelan oleh jamur.
Jadi, dahulu kala peradaban sudah maju, teknologi sudah canggih, namun karena bencana dan perang yang sangat dahsyat, peradaban terjungkir menjadi terbelakang. Kemudian akan lahir lagi, tumbuh dan berkembang sampai ke puncak, lalu hancur kembali, begitu seterusnya hingga sekarang.
Ini semua membuktikan bahwa perjalanan sejarah peradaban manusia mempunyai pola siklus, selalu berulang atas prinsip yang sama. Tidak berjalan secara linear seperti yang dikatakan oleh Charles Darwin yang mengatakan, bahwa peradaban Manusia berawal dari kehidupan yang primitif kemudian bergerak menuju peradaban yang modern seperti saat ini. Teori ini menguatkan pemahaman bahwa kehidupan para Rasul terdahulu sangat terbelakang. Semua kejadian-kejadian luar biasa yang mengiringinya selalu digambarkan sebagai keajaiban dan mukjizat, tidak pernah mengaitkan dengan kemajuan teknologi. Sehingga isi dari kitab-kitab suci bagai kisah dongeng para super hero, tidak lagi berfungsi sebagai pedoman hidup manusia.
Jadi, Tuhan telah merancang bahwa sejarah peradaban berjalan secara siklus, dan ketahuilah bahwa semua yang seimbang di Alam Semesta ini bergerak atau tumbuh secara siklus. Tuhan merancang benda-benda besar di luar angkasa bergerak secara rotasi maupun berevolusi.
Di dalam Tata Surya kita, Matahari berotasi mengeluarkan energi, mengerakkan Planet-Planet dan benda benda langit di sekitarnya mengelilingi Matahari. Pergerakan Planet dirancang secara teratur dan seimbang sehingga tidak terjadi benturan antara yang satu dengan yang lain. Revolusi Planet-Planet mengeluarkan energi daya dorong terhadap pusat atau Matahari. Di sinilah terjadi keseimbangan energi keluar dan energi masuk, tidak terjadi kebocoran atau kehilangan energi. Inilah kunci keseimbangan energi dalam Tata Surya sehingga bisa bergerak dan bertahan selama ribuan tahun.
Bukan itu saja, dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menghadapi siklus peredaran waktu, mulai peredaran hari siang dan malam, peredaran bulan dari tanggal 1 sampai dengan tanggal 30, peredaran tahun dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember untuk tahun Masehi, perederan Bulan dari Muharam sampai dengan Dzulhijjah untuk tahun Hijriyah. Dan, Siklus peredaran Tahun ini sejalan dengan siklus peredaran musim. Aktivitas kehidupan kita juga berulang-ulang dari hari ke hari, bulan ke bulan, dan tahun ke tahun.
Bahkan, di dalam tubuh kita juga terjadi siklus regenarasi sel. Semakin sempurna proses regenarasi sel, semakin sehat dan abadi di tubuh kita. Pergerakan Siklus ini juga terjadi pada perjalanan peradaban manusia, tumbuh berkembang hingga mencapai puncak kemudian hancur, terus lahir lagi, begitu seterusnya.
Di saat peradaban sampai di puncak kecanggihan, biasanya diikuti kerusakan keseimbangan yang sangat parah, baik keseimbangan alam, keseimbangan sosial dan keseimbangan-keseimbangan yang lain. Di saat itulah diutus para Nabi, para Rasul, pejuang-pejuang keseimbangan untuk mengingatkan umat manusia agar segera bertaubat memperbaiki keseimbangan sebelum datang kehancuran yang sangat dahsyat.
Perlu sekali untuk disadari bersama, bahwa kehancuran besar yang terjadi adalah proses pemulihan keseimbangan. Baik keseimbangan Alam, keseimbangan sosial dan keseimbangan-keseimbangan yang lain. Di atas puing-puing kehancuran peradaban yang timpang akan tampil kekuatan sosial baru yang dipimpin oleh para Rasul, para Nabi pada masanya.
Mereka menegakkan ajaran kebaikan, membangun tatanan kehidupan yang seimbang. Namun seiring dengan berjalannya waktu, sepeninggal para pejuang-pejuang keseimbangan, teknologi dan peradaban berkembang semakin maju, sistem keseimbangan mulai tercabik-cabik kembali, hingga pada akhirnya kembali terjadi kehancuran global. Begitu seterusnya berulang-ulang hingga saat ini.
Nah, bagaimana dengan kondisi saat ini? Yang jelas, teknologi mesin-mesin perang yang ada saat ini lebih dari cukup untuk meluluhlantakkan sebagian besar dari permukaan Bumi. Berbagai bencana Alam yang semakin marak di muka Bumi sudah menandakan bahwa kerusakan keseimbangan Alam berada pada fase yang sangat kritis. (Bersambung ke Bagian 2)