Membuka tulisan pertama pemula yang sederhana ini saya hanya berusaha sedikit mengusik mata pembaca. Dari judul yang ada mungkin bagi pembaca sudah akan dapat menebak apa yang akan tertulis pada paragraf selanjutnya dari artikel kecil ini, oleh karena itu maaf seandainya ketikan ini akan membuat mata jadi sedikit lelah tapi semoga jadi berkah, aamiin.
Ilmu didefinisikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang pengetahuan. (KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia).
maka memiliki ilmu itu diartikan orang berilmu
lalu bagaimana dengan uang ?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan pengertian uang adalah alat tukar atau standar pengukur nilai (kesatuan hitungan) yang sah.
Sedangkan orang yang memiliki uang itu adalah orang beruang (heheehe, maaf bukan beruang hewan) entah apa penulisannya seperti itu atau terpisah, saya cari-cari referensi lain untuk penulisan nya tidak ada selain "beruang". Kita tidak menyinggung makna lain selain memiliki uang .
Dan kalau kita meneruskan mencari makna "hormat" sesuai urutan judul di atas, saya yakin kita semua sudah dapat mengartikan dari bahasa yang ada di dalam kepala kita yaitu Takzim, sopan dan hikmat serta kagum.
Kenapa saya mengambil judul sederhana yang sudah lumrah dan selalu kita dengar setiap saat di masyarakat ? alasannya karena kita selalu berada di lingkaran ini dan sudah jadi bagian dari sendi kehidupan.
Sejak kita melek (membuka mata) saat bangun tidur sampe kita merem (memejamkan mata) tidur lagi, 3 kata awal tersebut selalu jadi bagian suara dari yang masuk kelubang telinga kita.
Kemudian kalau di tanya hubungan ketiga nya? jelas sangat berkaitan erat ibarat pasangan sejoli yang tak ingin terpisahkan tapi terkadang kata hormat jadi pihak ke tiga ( hehehhhe monggo artikan sendiri) yang mengganggu keharmonisan.
Dalam pandangan saya pribadi, menghubungkan ketiga nya adalah modal dasar bagi saya untuk memberikan wejangan ke anak-anak kami pada pilihan posisi dimanakah akan berdiri dalam menjalani hidup yang sementara (menurut ajaran kami Muslim).
Bagi saya ada 3 kondisi penting yang harus difahami untuk dapat bertahan hidup (dalam arti luas ya) dan menyandang kata dasar hormat dengan imbuhan di~i.
1. Berilmu.
Orang yang berilmu akan diihormati oleh orang lain karena banyak orang yang ekonominya terbatas (maaf) tapi tetap mendapat penghormatan contohnya guru (bukan merendahkan profesi guru) atau mungkin guru-guru ngaji di desa-desa yang masih harus mencukupi kebutuhannya selain mengajarkan mengaji kepada santri dan santriwatinya (sekali lagi maaf bukan merendahkan profesinya) tapi melihat dari sisi dihormati nya mereka karena memiliki ilmu yang lebih di tengah lingkungannya dan saat berada di tengah-tengah masyarakat dan masih di dudukkan di barisan depan saat ada acara di lingkungannya. Jadi mereka masih begitu dihormati.
2. Beruang
Orang yang beruang lazim dan sudah umum akan berada di barisan depan saat acara seremonial tertentu walaupun mungkin dari keilmuan biasa-biasa saja (berkali mohon maaf tidak memojokkan suatu keadaan walau tidak tahu ada kemampuan lain), contoh banyak orang beruang yang didapat mendadak karena dapat warisan, dapat ganti untung pembebasan lahan, kompensasi bencana dan lain-lain.
3. Berilmu serta beruang
Kalau yang ini tanpa di bahas mendalaam juga sudah bisa di fahami dan paling diinginkan setiap orang.
Artinya bila kata hormat berada di belakang kata berilmu dan beruang maka kemungkinan akan baik adanya. Kepada mereka (anak-anak ) kami sampaikan pedoman tersebut dan silahkan memilih (pasti memilih nomor 3 heheheh).
Akan tetapi terkadang ilmu dan uang tidak akan ada apa-apanya takkala kata hormat berada di depan yang lain, Untuk dapat dihormati orang sampai-sampai berbohong pada orang lain (karena berbohong ada ilmunya agar bohongnya tidak diketahui.. hehe).
Demikian juga demi kehormatan dengan uang dihambur-hamburkan mubazir (bagi yang masih sangat membutuhkan) takkala kehormatan yang cari. Demi Jabatan Sogok sana sogok sini dan masih banyak lagi.
Namun pada akhirnya Imanlah yang dapat membatasi diri dari hal-hal tersebut. Dengan keimanan yang baik dan benar dan diperoleh dari ilmu yang benar pula akan membawa kita pada tuntunan pencapaian yang baik di dunia dan akhirat.
Menutup tulisan yang sederhana dan kurang nyambung ini, maklum pemula saya coba mengutip hadist Nabi Junjungan Kami Nabi Muhammad Shallallahu'Alaihi wa sallam
“Barangsiapa menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya, maka Allah akan cerai beraikan urusannya, lalu Allah akan jadikan kefakiran selalu menghantuinya, dan rezeki duniawi tak akan datang kepadanya kecuali hanya sesuai yang telah ditakdirkan saja. Sedangkan, barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai puncak cita-citanya, maka Allah akan ringankan urusannya, lalu Allah isi hatinya dengan kecukupan, dan rezeki duniawi mendatanginya padahal ia tak minta”. (HR Baihaqi dan Ibnu Hibban).
Semoga tulisan ini tidak menyinggung siapapun, seandainya ada ketersinggungan pembaca saya mohon di maafkan dan kepada Allah saya mohon ampun terima kasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H