Mohon tunggu...
Subulu salam
Subulu salam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional - Universitas Islam Indonesia

Ibadah, Menulis, Bercerita, Foto

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Fenomena Politik Instan, Mengukur Popularitas dan Elektabilitas Sesaat

26 Desember 2023   21:41 Diperbarui: 26 Desember 2023   21:46 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satrio Lelono Tapa Ngrame, ramalan Jayabaya yang ditafsirkan melekat pada sosok Gus Dur, pemimpin yang suka mengembara atau keliling dunia, lelono, cocok dengan Gus Dur yang juga acapkali lawatan dinas ke luar negeri, akan tetapi dia juga seseorang yang mempunyai tingkat kejiwaan religius yang cukup tinggi atau rohaniawan, tapa ngrame.

Tak lama menjadi Presiden Gus Dur dimakzulkan oleh DPR dan MPR, kemudian diangkatnya Megawati yang saat itu menjadi wakil presiden Gus Dur. Presiden Perempuan Pertama Indonesia, Megawati mengawali karir politiknya menjadi anggota DPR di tahun 1987, dan kemudian menjabat ketua sekaligus pendiri dari PDI, kemudian beralih menjadi PDIP. 

Pada masa Megawati, Megawati merubah pemilu yang awalnya melalui sidang umum MPR kemudian berganti menjadi pemilu secara langsung dengan mekanisme perhitungan suara seluruh masyarakat, dan sukses terjadi di pemilu selanjutnya. Satrio Piningit Hamong Tuwuh yang ditafsirkan sebagai Megawati, pemimpin yang muncul membawa kharisma keturunan dari moyangnya hamong tuwuh, yaitu Soekarno.

Pemilu selanjutnya, dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono yang dikenal dengan SBY, Megawati harus merelakan sistem pemilihan yang berhasil ia canangkan yang justru menghilangkan jabatannya, SBY menang bersama dengan Jusuf Kalla yang saat itu bersaing dengan 24 partai dengan mekanisme Presidential Threshold, partai atau gabungan partai yang ingin mengajukan calon presiden harus mendapatkan minimal 15% Kursi di DPR atau 20% suara nasional pada pemilihan legislatif. Kemenangan SBY berlanjut pada pemilu selanjutnya yang menandakan 2 periode SBY, yang hanya berbeda di pemilu 2009 kenaikan Presidential Threshold yang mengalami kenaikan menjadi 20% kursi DPR dan 25% suara nasional dalam Pemilihan Legislatif. 

Karir militer SBY tak perlu ditanya lagi, banyak menempuh pendidikan militer dengan segudang prestasinya, juga memulai karir politiknya dengan menjadi Menteri Pertambangan dan Energi di era pemerintahan Gus Dur dan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan di era pemerintahan Megawati. Sama halnya dengan presiden sebelumnya Satrio Boyong Pambukaning Gapuro ramalan Jayabaya yang cocok jika ditafsirkan sebagai SBY, pemimpin yang berpindah tempat, boyong atau dari menteri menjadi presiden dan akan menjadi peletak dasar sebagai pembuka gerbang menuju tercapainya zaman keemasan, pambukaning gapuro.

Tiba pada presidensi Jokowi, presiden dengan gaya khas sederhananya. Julukan bagi Jokowi mulai banyak yang menyandangkan, satu dua tokoh berusaha memberikan julukan bagi Jokowi, yang sebentar lagi akan menutup lembaran pemerintahan setelah menjalankan dua periode. Jokowi terpilih setelah menang dari perhitungan suara, pemilu tahun 2014, dan pemilu tahun 2019, dengan calon kandidat yang sama, Jokowi dan Prabowo. Jokowi memulai karir politiknya ketika menjabat Walikota Surakarta dari 2005 hingga 2012, jika bisa diibaratkan karir Jokowi mulus, meroket, cepat berhasil menarik simpatisan masyarakat, belum genap 2 tahun menjabat di periode kedua menjadi Walikota Surakarta, Jokowi diminta untuk menjadi kandidat Gubernur DKI, dan terpilih, belum selesai menyelesaikan jabatannya sebagai Gubernur, Jokowi diminta kembali oleh partai pengusungnya menjadi Presiden, puncak pemerintahan dan terpilih di pemilu 2014.

Masyarakat menyukai Popularitas dan Elektabilitas

Popularitas yang diambil maknanya dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti populer dan kepopuleran, banyak disukai, ketenaran, dan terkenal. Sedangkan elektabilitas merupakan kata serapan dari bahasa inggris yaitu electability. Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, elektabilitas diartikan tingkat keterpilihan yang disesuaikan dengan kriteria pilihan. Elektabilitas bisa diterapkan untuk barang, jasa maupun seseorang, badan, partai. Kata elektabilitas dan popularitas, merupakan 2 kata yang santer terdengar jika akan memasuki pemilu, dapat dilihat di berbagai media, dari mulai tv, website, hingga media sosial juga tak akan asing.

Popularitas dan elektabilitas keduanya saling berkaitan dan beriringan tapi bukan hal yang sama, sesuatu yang populer, lebih tinggi tingkat elektabilitas dibanding yang tidak. Populer belum tentu layak dipilih jika tidak memiliki kriteria elektabilitas. Sebaliknya, meskipun memiliki elektabilitas, tapi tidak populer, persentase keterpilihannya juga rendah.

Hal tersebut menandakan popularitas seseorang sangat berpengaruh, yang nantinya popularitas akan mempengaruhi elektabilitas, seorang yang jeli akan politik seharusnya sudah paham akan demikian, tapi bagaimana dengan satu kasus jika popularitas tidak sama dengan kualitas? apakah masyarakat sekarang hanya menyenangi popularitas? sehingga pejabat berlomba untuk perbaiki citra, kesana-kesini meluas dimana-mana, memoles diri sebagai agenda rutinan mendekati tahun pemilu, persiapan hanya untuk menang ataupun kalah, yang jika agenda pemilu sudah selesai hilang kembali bak ditelan bumi.

Boomerang

Pemimpin yang baik, amanah, dan adil adalah dambaan kita semua, SBY sebagai mantan presiden menyoal kriteria seharusnya pemimpin, SBY menyebut hal yang setidaknya ada pada pemimpin, seorang pemimpin harus bersifat pamong ing jagad, yakni membimbing, mengayomi, dan mencintai rakyat yang dipimpin, adil melindungi semua serta tidak membeda-bedakan. Lain SBY, lain pula Hari Tanoe, pendiri perindo menyebut 5 hal yang layak dipilih untuk dijadikan pemimpin, pengetahuan tinggi, adil, tidak tamak, berani, dan sehat.

Memilih pemimpin bukan sekedar memilih kemudian selesai, sudah mulai saatnya kita rubah, melihat latar belakang, prestasi, pengalaman, dan apa ideologi seorang pemimpin. Presiden pasti akan bekerja untuk rakyat, kebijakanya pasti ada pada rakyat, menimbang, memikirkan jauh-jauh hari, visi-misinya harus tinggi, tidak pesimis. Memilih presiden adalah kesakralan yang dapat merubah pola arah suatu bangsa, Jangan sampai karena suatu hal kembali terulang popularitas yang tidak sebanding dengan kualitas. Selamat datang presiden dan wakil presiden selanjutnya, jika terpilih sudah pasti yang terbaik, dan jangan berharap puji, di depanmu menanti akan banyak hinaan, cacian dan kritikan yang membangun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun