Pagi yang Cerah di Auditorium UII
Pagi hari 10 November Auditorium Abdul Kahar Muzakkir mendatangkan pembicara legend, istimewa. Salim H. Said nama beliau, beliau berkesempatan mengisi kuliah umum dengan mengangkat tema “Mungkinkah Menjadi Intelektual di Indonesia?” UII Berkolaborasi dengan Prof Salim saling bersepakat untuk mendirikan SALIMSAID CORNER, pojok baca yang berisikan buku-buku yang menemani perjalanan intelektual Prof Salim, jumlahnya ribuan buku, jelas beliau. SALIMSAID CORNER nantinya dengan ada tambahan ribuan buku diharapkan dapat lebih menambah minat baca para mahasiswa, terletak di perpustakaan universitas Gedung Mohammad Hatta UII.
“Mungkinkah Menjadi Intelektual di Indonesia?” UII Berkolaborasi dengan Prof Salim saling bersepakat untuk mendirikan SALIMSAID CORNER, pojok baca yang berisikan buku-buku yang menemani perjalanan intelektual Prof Salim, jumlahnya ribuan buku, jelas beliau.
Diawali dengan sambutan rektor, Prof Fathul Wahid beliau mengatakan sangat bersyukur sekali bahwasanya Prof Salim bersedia menyumbangkan buku perjalanan akademisi beliau, dari yang beliau buat sendiri maupun bacaan pribadinya. Beliau rektor berjanji akan merawat hadiah sumbangsih yang diberikan Prof Salim pada UII yaitu SALIMSAID CORNER. Prof Fathul Wahid menggarisbawahi 2 poin menjadi intelektual di Indonesia tidak selalu mudah, beliau menyebutkan yang pertama merupakan matinya kepakaran, dan yang kedua karena menurunnya kualitas demokrasi di Indonesia.
Jalannya acara dipandu dengan kelakar dari Dosen Prodi Hubungan Internasional, Fakultas Psikologi Sosial dan Ilmu Budaya. Beliau adalah bapak Geradi Yudhistira, beliau menyambut ingin memandu acara dengan khas yang dibawakan oleh Karni Ilyas. Dalam berjalanya acara diperlihatkan video profil Prof Salim H. Said, “Bersiaplah Terinspirasi” kata Bapak Geradi ketika mengundang Prof Salim untuk maju ke depan.
Gudang Ilmu
Gudang Ilmu kata yang cocok untuk disematkan pada Prof Salim, maju atau tidaknya bangsa sangat dipengaruhi dengan majunya literasi masyarakat. Maka dari itu Prof Salim menyumbangkan sebanyak 4189 buku yang nanti akan bertambah secara bertahap untuk ditempatkan di SALIMSAID CORNER.
Mungkin saja untuk menjadi Intelektual di Indonesia, karena menjadi lulusan universitas sama halnya dengan menjadi intelektual begitulah jawaban dari Prof Salim ketika menjawab tema kuliah umum, tambah beliau tetapi Prof Salim selalu mengingatkan bahwa Doktor, Profesor belum tentu menjadi intelektual, karena yang dimaksud intelektual bagi Prof Salim adalah dia yang konsisten memberikan concern pada masyarakat.
Perjalanan Prof Salim, beliau merupakan anak kampung dari desa Amperita, nama desa yang juga diberikan pada nama anak pertama beliau. Sekolah awal beliau banyak beliau lalui di Parepare, kemudian melanjutkan fokus pendidikan di Solo untuk lebih mendalami bakat keseniannya. Setelah menjalani beberapa waktu beliau menyadari antara bakat akademisi dan bakat kesenian, bakat Prof Salim lebih mengarah pada akademik.
Prof Salim memiliki ketertarikan pada dunia perfilman, hal tersebut dijadikan Prof Salim di bahasan skripsinya, mempelajari perfilman lebih jauh, dalam dunia karirnya Beliau juga pernah didapuk sebagai anggota Dewan Film Nasional dan Dewan Kesenian Jakarta.
Selain memiliki perhatian pada dunia perfilman, Prof Salim juga mendalami dunia jurnalistik. Aktif sebagai wartawan dan juga menjadi penulis di media masa Tempo, Prof bercerita dapat keliling dunia melalui wartawan yang beliau lakukan, dengan modal kerja keras dan dana, beliau sudah banyak menyambangi berbagai dunia. Banyak pesan yang bisa kita ambil dari sosok Prof Salim, salah satunya menjadi seorang wartawan atau memiliki pengalaman sebagai wartawan sama halnya dengan membuka ilmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H