Mohon tunggu...
Subulu salam
Subulu salam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional - Universitas Islam Indonesia

Ibadah, Menulis, Bercerita, Foto

Selanjutnya

Tutup

Pulih Bersama Pilihan

Menilai G20 antara Tersanjung dan Rugi

11 Oktober 2022   07:12 Diperbarui: 11 Oktober 2022   07:19 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan semuanya ini kita sebagai masyarakat harus terus mengawasi agar berjalanya G20 nanti agar tidak keluar jalan, manfaat-manfaat yang tadi disebutkan bukan hanya sebagai harapan melainkan kenyataan dan dapat dirasakan masyarakat secara langsung nantinya. 

Bukan hanya menyilaukan mata bagi dunia melainkan juga berfungsi mengangkat seluruh masyarakat ke kehidupan yang lebih baik bukan golongan tertentu ataupun menjadi keuntungan pihak swasta maupun pejabat saja.

Karena sebagai presidensi, Indonesia harus berani bersikap dan berpendapat layaknya pemimpin bukan sebagai boneka kacung dari Amerika maupun Tiongkok. 

Negara-negara maju melihat hal ini sebagai forum untuk menjangkau negara-negara berkembang, di mana negara maju membantu negara berkembang untuk memperbaiki standar finansial dan moneter mereka sesuai dengan standar di negara maju dengan kata investasi. 

Bukankah seolah negara maju mendikte negara miskin, atau bisa jadi menentukan takdir negara miskin? Jangan sampai seakan-akan terlihat banyak manfaat yang diambil tapi justru menjadi parasit yang merugikan Indonesia di mendatang dengan keputusan-keputusan yang ada, maka seyogianya Indonesia harus jeli dalam memutuskan. 

Meninjau Ulang!

Agenda yang bersifat mendukung perubahan pada dunia digital sekiranya perlu ditinjau ulang, karena bisa mengakibatkan Displacement Effect dan Deindustrilisasi Prematur dadakan, yang bisa mengakibatkan pelonjakan angka pengangguran karena beralihnya ke dunia digital yang tidak banyak menyerap dunia kerja. 

Hal ini lumrah terjadi jika pemerintah hanya fokus pada pembangunan tapi tidak diikuti dengan membangun sumber daya manusianya, mereka dituntut kerja dan kerja tapi tidak diikuti pelatihan soft skill yang berguna bagi mereka. 

Berlindung dengan kata Investasi, jangan sampai seolah memberi kemudahan tetapi mencekik kita dikemudian hari. Sangat naif jika kita menganggap 20 orang kepala pemerintahan yang bertemu nanti, murni dengan niat baik mereka ingin bergandengan tangan menuju agenda bersama agar persoalan dunia bisa terselesaikan, tanpa motif politik/ekonominya masing-masing. Sekali lagi kita harus jeli. 

Sumber

Evaristo Barrera-Algarin, et al. 2020. COVID-19, neoliberalism and health system in 30 european countries: relationship to deceases. Rev Esp Salud pblica. 94(28): p. 1-15 

Rodrik, Dani. 2015. "Premature Deindustrialization". Journal of Economic Growth. DOI 10.1007/s10887-015-9122-3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pulih Bersama Selengkapnya
Lihat Pulih Bersama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun