Mohon tunggu...
Subki RAZ
Subki RAZ Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Seorang Blogger yang sehari-hari ngajar anak bangsa menjadi anak yang cinta fisika dan teknologi . Teknologi yang membawa manfaat bukan mudarat. Cerita sekolahnya mirip Laskar Pelangi. Sekolah dari NOL hingga melek internet. Senang menyimak berita Politik, pendidikan, dan teknologi. \r\n\r\nblog: www.subkioke.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Selamat Jalan Muridku Sayang, Wujudkan Mimpi-Mimpimu

6 Mei 2012   12:14 Diperbarui: 4 April 2017   18:11 82506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_186551" align="aligncenter" width="514" caption="Pisah Kenang SMAN 1 Labuhan Haji"][/caption] Sabtu, 5 Mei 2012. Hari ini adalah hari pertama yang sangat berbahagia buat murid-muridku. Hari ini tepatnya sekolah kami SMAN 1 Labuhan Haji, Lombok Timur-NTB, mengadakan acara perpisahan atau PISAH KENANG untuk kelas XII yang akan lulus tahun ini. Sekalipun murid-murid kelas XII masih harus menunggu pengumuman Ujian Nasional (UN) tanggal 26 Mei nanti, sebagai hari bahagia kedua mereka, jika nanti mereka dinyatakan LULUS UN. Namun, acara Pisah Kenang ini setidaknya bisa meredam gejolak penasaran yang ada di dada mereka. Mereka bisa menghibur diri dan memuaskan diri mereka dengan berfoto bersama-sama guru mereka tercinta. Guru mereka yang telah menumpahkan ilmunya kepada setiap kepala-kepala polos yang laksana Hardisk yang baru terisi sebagian saja. Pisah Kenang ini juga sebagai tanda pelepasan siswa oleh sekolah -yang telah mendidik dan mengajar mereka selama 3 tahun- kepada Pihak Orang Tua/Wali Murid yang diwakili oleh Pengurus Komite Sekolah.

13363062201869355147
13363062201869355147
Kata Orang bijak, "ada pertemuan ada pula perpisahan". Begitulah dengan para siswaku tercinta, mereka mulai diterima di sekolah kami dalam keadaan penuh harapan. Mulai dari proses Penerimaan Siswa Baru (PSB) 3 tahun lalu, kemudian mereka dibina, diajarkan, dididik, dibimbing, diarahkan, diatur, hingga mungkin disayangi oleh guru mereka, laksana seorang ayah dan ibu yang menyayangi anak tercinta mereka. Hingga hari ini, mereka harus berpisah dengan kami para gurunya. Mudah-mudahan saja ilmu yang diberikan selama 3 tahun bisa menjadi anak tangga yang kokoh untuk menaiki tangga berikutnya. Untuk selanjutnya para murid ini harus pergi lagi menuntut ilmu untuk menggapai cita-cita dan mimpi-mimpi mereka. Saya pun jadi teringat lagu Laskar Pelangi dari Nidji. Semoga lagu yang pernah populer sebagai sound track Film Laskar Pelangi ini bisa menjadi peluru motivasi kepada seluruh siswa saya. Nidji berpesan dalam lagunya:

Mimpi adalah kunci Untuk kita menaklukkan dunia Berlarilah tanpa lelah Sampai engkau meraihnya

.... Bebaskan mimpimu di angkasa Warnai bintang di jiwa

Menarilah dan terus tertawa Walau dunia tak seindah surga Bersyukurlah pada Yang Kuasa Cinta kita di dunia selamanya

Cinta kepada hidup Memberikan senyuman abadi Walau hidup kadang tak adil Tapi cinta lengkapi kita

Laskar pelangi takkan terikat waktu Jangan berhenti mewarnai Jutaan mimpi di bumi Sebagai guru yang tugasnya mentransfer ilmu dan mendidik dengan hati, tentu saja banyak suka dan duka bersama murid-muridnya. Sebagai murid, tentu saja mereka kadang-kadang membuat senang dan bangga guru mereka. Tetapi tidak sedikit juga para murid yang kadang-kadang membuat jengkel dan marah gurunya. Tetapi guru tetaplah guru. Dia harus berlapang dada dan senang memberi maaf kepada kesalahan-kesalahan murid-muridnya. Toh juga para murid telah dibuatkan trafffic light berupa rambu-rambu dan Tata Tertib Sekolah di sekolah kami, agar mereka bisa dan terbiasa hidup disiplin. Karena itulah fungsi ganda dari sekolah, yaitu: sebagai tempat untuk Belajar-Mengajar dan Mendidik. Jika ada murid yang melanggar rambu-rambu itu, maka tugas sekolah lah yang harus terus membina dan mendidik mereka hingga mereka benar-benar seperti anak yang disayang ibu dan bapaknya.

13364505821161337307
13364505821161337307
Marahnya guru kepada murid bukanlah seperti marahnya Polisi kepada Penjahat. Tetapi marahnya guru adalah marah sayang. Itu ibarat marahnya Ayah dan Ibu kepada Anaknya. Begitu pula cinta-nya guru kepada muridnya, bukanlah cinta Romeo kepada Yuliet, atau seperti perangko di amplop, kendati banyak guru yang akhirnya berjodoh dengan muridnya. Memang seperti katanya dalang "cinta itu datangnya dari mata lalu turun ke hati".  Tak salah pula lah, jika guru (yang masih lajang) mau mempersunting muridnya sebagai istri. Toh itu juga sesuatu yang sah dan halal melalui jalur pernikahan. Acara dimulai pukul 09.30 wita, karena harus menunggu para tamu undangan berdatangan. Mulai dari Camat Labuhan Haji, Kapolsek Labuhan Haji, UPTD Dinas, Kepala Desa, dan beberapa perwakilan pejabat/pengawas dari Dinas Dikpora Lombok Timur, dan lain-lain. Beberapa rangkaian acara berhasil terlaksana dengan lancar hingga usai pukul 12.00 wita. Mulai dari pembukaan, sambutan-sambutan, dan acara hiburan. Satu pesan menarik yang disampaikan oleh Ketua Osisnya (Laila Ramdani) di akhir sambutannya kepada kakak kelas mereka kelas XII yang akan lulus adalah “Raihlah Baju Sarjana Sebelum Meraih Baju Pengantin”. Pesan ini saya anggap memiliki makna yang sangat mendalam dan tepat sekali, mengingat bahwa tingkat Drop Out (DO) yang cukup besar dan persentase siswa yang melanjutkan ke perguruan tinggi relatif kecil. Memang faktor ekonomi dan kondisi keluargalah yang menjadi faktor dominan di daerah kami di Kecamatan Labuhan Haji Lombok Timur. Suguhan acara yang tidak kalah bagusnya adalah pementasan Drama yang diperankan oleh anak-anak Kelas XI IPA. Di bawah bimbingan guru seni mereka, Sabahandi, S.Pd dan Heny Kurniawati, S.Pd, mereka berhasil membawakan sebuah drama yang sangat menyentuh perasaan para siswa kelas XII dan para tamu undangan. Tema dramanya adalah silang pendapat antara seorang ibu dari Suku Sasak Lombok yang tidak mengharapkan anak mereka untuk melanjutkan sekolah dengan sang anak yang sangat ingin melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi. Tetapi di akhir kisah anaknya berhasil menyelesaikan studinya di Perguruan Tinggi dan sukses membuat keluarga menjadi bahagia yang akhirnya mengubah pandangan awal sang Ibu.

13364507871314095444
13364507871314095444
Untuk diketahui para pembaca bahwa di adat sasak yang tradisional (suku utama di Pulau Lombok), masih banyak orang tua mereka yang tidak mau anaknya melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi. Mereka berpendapat bahwa sekolah hanya menghabiskan biaya saja. Lebih baik anak-anak mereka membantu orang tuanya bekerja di sawah, ladang, atau peternakan. Bahkan tidak sedikit juga selepas sekolah anak-anak mereka harus dikawinkan dini dengan saudara dekat mereka, kendatipun sebenarnya mereka belum matang untuk membina keluarga.
1336306343239210111
1336306343239210111
Selamat Jalan Murid-muridku tercinta. Di pundakmu harapan keluarga dan bangsamu berada. Janganlah kau patah semangat melihat jurang terjal menganga. Di seberang sana, kan kau temukan emas dan intan berlian nan mempesona. Kau ibarat burung camar yang pergi pagi dan pulang petang membawa berita gembira kepada anak-anaknya di sarang. Sang burung membawa bekal makanan yang cukup untuk esok hari. Wahai murid-muridku sayang, gurumu ibarat obor penerang. Cahaya yang diberikan oleh guru-gurumu harus kau bawa ke tempat kegelapan agar bisa menjadi penerang di tengah kegelapan itu. Habis Gelap Terbitlah Terang, demikian pesan ibunda pahlawan RA Kartini. Dari Kegelapan Menuju Terang Benderang (minaz zulumati ilannuur), demikian agama kita menjelaskan. Wujudkan mimpi-mimpi indahmu. Kelak kau kan tahu apa makna kehidupan. Tetapi berjalanlah di rel kehidupan yang benar. Patuhilah segala rambu dan aturan. Karena itu membawa kepada keselamatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun