Sebagai salah satu kementerian yang konon paling kinclong hasil pekerjaannya dalam pemerintahan Kabinet Kerja, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di bawah komando Menteri Susi Pudjiastuti bersiap penuh menghadapi era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan dimulai pada akhir tahun 2015 ini. Era “pasar bebas” di mana produk-produk kita akan berhadapan secara langsung dengan produk-produk asing dalam lingkup regional Asia Tenggara.
Kita tahu bahwa kurang-lebih 5,8 juta km2 keluasan laut Indonesia adalah berkah alam yang penuh potensi untuk digarap benar-benar demi kesejahteraan bangsa. Dikenal sebagai Marine Mega-Biodiversity terbesar di dunia, Indonesia memiliki 8.500 spesies ikan yang merupakan 37% dari spesies ikan dunia, 555 spesies rumput laut, dan 950 spesies biota terumbu karang.
Potensi sumberdaya perikanan tangkap laut Indonesia adalah sekitar 6,5 juta ton/tahun, potensi perikanan budidaya payau mencapai 2,96 juta hektar, sedangkan potensi budidaya laut mencapai luasan hingga 12,55 juta hektar. Jika dihitung, perikanan kita memiliki potensi ekonomi hingga US$ 32 milyar.
Laju pertumbuhan PDB perikanan kita pun di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Di tahun 2014 tercatat pertumbuhan perikanan sebesar 7,66 %. Lebih besar daripada pertanian yang sebesar 4,18 % dan nasional yang berada di angka 5,02 %. Secara nilai, sampai pada 2014, PDB perikanan mencapai angka 189,64 trilyun rupiah (nilai PDB 2013 adalah 176,15 trilyun rupiah).
Dari potensi kelautan yang demikian bagus tersebut, KKP memiliki fungsi yang sangat strategis dalam penguatan peran Indonesia di kancah persaingan regional. Penguatan peran tersebut termasuk sinergitas antara SDA yang melimpah dan SDM yang terasah sehingga produk kita memiliki daya saing yang tinggi untuk pasar domestik dan luar negeri.
KKP juga gencar mengusahakan hal ini melalui Pusat Analisis Kerjasama Internasional dan Antar Lembaga ( Puskita). Menurut kepala Puskita, usaha-usaha tersebut antara lain pengembangan dan pengelolaan perikanan tangkap, pengembangan dan peningkatan produksi perikanan budidaya, serta pengembangan dan peningkatan daya saing produk perikanan.
Di sektor perikanan tangkap isu pencurian ikan oleh kapal-kapal asing menjadi isu penting, hal yang juga dibahas dalam Konferensi Asia-Afrika baru-baru ini. Inisiatif tegas penenggelaman pencuri-pencuri ikan tersebut dapat memberi kepercayaan diri bagi nelayan-nelayan lokal untuk lebih leluasa memanfaatkan hasil laut nusantara.
Di sektor peningkatan produksi budidaya, berbagai kerjasama dengan berbagai negara dijalin mulai dari keberhasilan alih teknologi pembibitan hingga persoalan pakan. Salah satu bentuk pengembangan budidaya yang cukup berhasil adalah dengan mulai meningkatnya permintaan ekspor yang pada kuartal I 2015 dinyatakan mengalami surplus.
Peningkatan mutu SDM terus diupayakan sampai kepada sektor UMKM yang juga banyak bergerak di bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Usaha pendampingan untuk meningkatkan daya saing di sektor ini selain dengan kerjasama bilateral seperti dengan Norwegia dan Kanada, serta negara lain yang memiliki potensi hasil laut dan perikanan, juga dengan lembaga-lembaga terkait di dalam negeri sendiri.
Visi kemaritiman pemerintahan Kabinet Kerja yang menyatakan “Laut sebagai Masa Depan Bangsa” dan “Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia” telah berangsur-angsur dijawab oleh segenap pelaku perikanan dan kelautan baik itu Kementerian Kelautan dan Perikanan, pembudidaya, nelayan, investor, dll. Kita tinggal menunggu MEA datang tak lama lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H