Mohon tunggu...
Subhan Kamil Alansyah
Subhan Kamil Alansyah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Saya mahasiswa dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Hobi menulis, membaca dan bermain Futsal. Dengan menulis singkat ini yang ingin di baca dan di terapkan oleh dirinya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Limbah Biofuel: Ancaman Lingkungan di Balik Energi Terbarukan

18 Desember 2024   23:03 Diperbarui: 18 Desember 2024   23:15 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bioenergi untuk rumah tangga, di beberapa negara, limbah biomassa seperti kayu atau sekam padi digunakan untuk menghasilkan panas melalui pembakaran langsung

4. Pertanian : bahan bakar untuk mesin pertanian seperti bahan bakar untuk traktor yang menggunakan biodiesel sebagai alternatif solar. hal ini membantu mengurangi biaya dan emisi gas rumah kaca.

5. Pengelolaan Limbah : Pembuatan biogas dari limbah pembuangan akhir melalui fermentasi anaerob. Gas ini digunakan untuk pemanas atau pembangkit listrik.

6.Kelautan : Biodiesel mulai digunakan sebagai bahan bakar alternatif di kapal untuk mengurangi emisi sulfur dan karbon dioksida.

Dampak Lingkungan yang Mengkhawatirkan

Limbah biofuel yang dibuang sembarangan tanpa melalui proses pengolahan yang tepat dapat menciptakan berbagai masalah lingkungan, khususnya pada ekosistem perairan. Kandungan bahan organik dalam limbah ini berpotensi mencemari sumber air, sehingga mengganggu kualitas air yang digunakan untuk keperluan manusia seperti konsumsi, pertanian, dan industri. Pencemaran tersebut dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut (DO), yang sangat penting bagi kehidupan organisme air, sehingga memicu kondisi hipoksia atau bahkan anoksia di ekosistem perairan. Akibatnya, populasi ikan dan makhluk air lainnya dapat mengalami penurunan drastis.

Selain itu, limbah biofuel juga dapat mempercepat proses eutrofikasi, yaitu peningkatan kadar nutrien, seperti nitrogen dan fosfor, di perairan. Hal ini memicu ledakan populasi alga (algal bloom), yang pada akhirnya menyebabkan matinya tumbuhan dan hewan air akibat kompetisi oksigen yang intensif. Ketika alga mati dan terurai, proses dekomposisi semakin meningkatkan nilai Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD), sehingga semakin membebani ekosistem perairan.

Dampaknya tidak hanya terbatas pada lingkungan biologis, tetapi juga dapat menyebabkan air menjadi berbau tidak sedap, berwarna keruh, dan tidak layak untuk dikonsumsi. Kandungan senyawa organik dan bahan kimia dalam limbah biofuel juga dapat mencemari air tanah, yang sulit untuk dipulihkan dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, hal ini berpotensi memengaruhi kesehatan manusia melalui bioakumulasi racun di rantai makanan.

Selain merusak keseimbangan ekosistem, limbah biofuel yang tidak dikelola dengan baik juga dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca seperti metana dan karbon dioksida, terutama ketika limbah ini terurai di lingkungan tanpa kontrol. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah mitigasi seperti pengolahan limbah yang lebih efisien, penerapan teknologi ramah lingkungan, serta edukasi masyarakat untuk mencegah dampak negatif yang lebih luas terhadap lingkungan dan kehidupan manusia.

Dampak Sosial-Ekonomi

Produksi biofuel kerap bersaing dengan kebutuhan pangan karena bahan bakunya, seperti jagung, tebu, dan tanaman penghasil minyak, digunakan baik untuk energi maupun konsumsi manusia. Persaingan ini menciptakan konflik penggunaan lahan yang berujung pada peningkatan harga komoditas pangan secara global. Akibatnya, negara-negara berkembang yang bergantung pada impor pangan menjadi lebih rentan terhadap kerawanan pangan, memperburuk masalah kelaparan dan kemiskinan. Selain itu, permintaan yang terus meningkat untuk bahan baku biofuel telah mendorong alih fungsi lahan, seperti konversi hutan alami menjadi perkebunan skala besar. Proses ini tidak hanya mempercepat laju deforestasi, tetapi juga mengancam keberlanjutan lingkungan. Hilangnya hutan tropis yang menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati menyebabkan penurunan populasi spesies, baik flora maupun fauna, banyak di antaranya sudah terancam punah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun