Politik hijau merupakan buah pikiran yang di ucapkan oleh Cak Imin saat launching buku Visioning Indonesia beberapa bulan yang lalu. Ucapannya tak lepas dari isu global yang menghantui umat manusia. Terdapat tiga alasan yang kuat: Pertama, manusia dihadapkan pada masalah lingkungan global yang menghantui setiap orang dan hanya dapat dikelolah secara efektif dengan bekerjasama antara sesama, atau sebagian besar negara. Kedua, meningkatnya masalah regional dan lokal, seperti degradasi urban, deforestasi hutan, desertification, salination, denudation, atau kelangkaan air. Ketiga, hubungan yang kompleks antar permasalahan lingkungan dengan perekonomian dunia yang mengglobal.
Kelompok termarjinalkan seperti petani, nelayan, dan kelompok ekonomi domestik lainnya memiliki kontribusi lebih untuk menjawab perkara diatas yakni penekanan emisi karbon. Â
Realitasnya, kelompok ini hampir tidak mengenyam kesejahteraan. Seluruh kebijakan yang dirancang oleh negara masih amatlah rapuh. Mestinya  negara menjadikan kelompok ini sebagai agenda utama. Merekalah pokok monumental dan penyangga kemandirian suatu bangsa.
Ucapan Cak Imin sekurang-kurangnya memberikan prospek dan proyeksi Indonesia di masa depan. Indonesia sebagai negara bangsa dengan kekayaan SDM dan SDA harus menjadi sumber utama keadilan. Investasi di sektor hulu bukan tidak penting, namun harus diikut sertakan pula dengan dampak lingkungan yang sepadan. Politik hijau merupakan gagasan ekologi.
Politik hijau menawarkan suatu cara pandang holistik yang dapat melihat betapa eratnya hubungan antar manusia dengan ekosistem global. Pada intinya, menekankan tentang keharusan memelihara lingkungan untuk kelangsungan kehidupan semua makhluk hidup.
Asumsi yang dibangun oleh Cak Imin; Semakin menipis sumber daya alam maka akan berpengaruh terhadap ketidakstabilan negara dan melahirkan ketegangan antar pemerintah dan masyarakat. Cak Imin memiliki dua pandangan, disatu sisi Cak Imin sedang mengkritik pemerintah selaku yang mengeksekusi kebijakan yang tidak memperhatikan masalah lingkungan. Disisi lain, Cak Imin sedang mendesak pemerintah agar berperan aktif dalam distribusi sumber daya alam yang dikenal dengan Desentralisasi Power dan menegosiasikan masalah-masalah lingkungan hidup sampai pada tingkat regional ataupun global.
Sebetulnya, negara dalam perjalanannya telah serius membahas isu lingkungan sebagai pembahasan global.
Seluruhnya telah terdistribusi dalam kebijakan. UU Reforma Agraria hingga Perpes No 18 tahun 2021 merupakan bukti keseriusan negara.
Begitupun saat diselanggarakannya KTT G20 di Bali tahun lalu. Kontribusi Indonesia dalam menekan emisi karbon menjadi pambahasan dalam pertemuan tersebut.
Tak hanya itu, saat kunjungan Presiden dalam beberapa hari yang lalu di Hannover, Jerman, Presiden siap membangun kerjasama dengan Jerman. Terdapat tiga arus utama, orientasi ekspor, energi terbarukan, dan hilirisasi. Tujuannya, Â membangun iklim investasi yang inklusif.
Potret negara diatas merupakan bagian penting dalam menjalankan  agenda politik hijau. Kuncinya, pertanian dan perikanan harus menjadi perhatian khusus oleh negara.