Tanpa sengaja, saya mulai jatuh hati dan menekuni penulisan Biografi sejak tahun 2010. Ketika itu, Bapak Ir H.Novizar Zen, Ketua Yayasan Ibrahim Musa yang menaungi Sumatera Thawalib Parabek, meminta saya menulis biografi pendiri pesantren terkenal di Sumatera Barat, Syekh Ibrahim Musa. Setelah buku itu benar-benar terbit dan dilaunching oleh Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno, saat peringatan 100 tahun lembaga Islam itu di Bukittinggi, ada rasa dan asa yang membuncah dalam hati. Bahwa, menulis biografi akan saya jadikan sebagai salah satu jalan untuk berkarya. Berbagi inspirasi, untuk kehidupan yang abadi, tentu saja. Buku biografi pertama yang saya tulis itu rupanya menarik perhatian Ibu Dra Nani Arifah, seorang aktivis sosial di Jakarta, yang tak lain isteri Bapak Novizar Zen. Menurutnya perjalanan hidup suami tercintanya juga menarik untuk menjadi inspirasi bagi orang lain. "Minimal untuk anak-anak kami,"katanya. Novizar Zen adalah seorang profesional teknik kimia yang berkecimpung di dunia perminyakan, tetapi juga aktif dalam dunia sosial dan dakwah Islam. Menggerakkan pendidikan Islam berkualitas melalui Yayasan As-Shofa di Pekanbaru dan Madrasah Thawalib Parabek di tanah kelahirannya, Bukittinggi, adalah contoh sumbangsihnya. Menurut Ibu Nani, jejak hidup sosok suaminya itu unik dan menarik, sejak masa kecil di Bukittinggi, kuliah di Teknik Kimia UGM, hingga berkarir di dunia perminyakan, dan berjibaku dalam aktivitas sosial. "Saya ingin memberikan kejutan pada ulang tahunnya yang ke 50 dengan sebuah buku yang berkisah tentang perjalanan hidupnya," kata Bu Nani suatu ketika di tahun 2010 kepada saya. Diam-diam ia mengumpulkan berbagai bahan tentang suaminya itu sejak kecil, termasuk meminta saya mewawancarai para kolega dan kerabat suaminya itu. Draft buku biografi dalam bentuk sample jadi 2 eksemplar ini akhirnya sampai ke tangan Bapak Novizar Zen. Ia surprise dengan buku itu. Ia pun setuju, ketika isterinya meminta izin untuk menerbitkan buku itu, dengan tujuan berbagi inspirasi kepada siapa saja, secara lebih luas. Maka terbitlah buku itu, "Novizar Zen : Jejak Cinta Menggapai Kebahagiaan Sejati", tahun 2011.
Terbitnya buku biografi yang ke-2 itu, kembali membuka jalan bagi saya untuk menulis buku berikutnya. Bapak Novizar Zen berfikir untuk menulis profil dan sejarah sekolah Islam As-Shofa yang diasuhnya. Sekolah Islam As-Shofa, dari tingkat TK,SD, SMP dan SMA, adalah salah satu institusi pendidikan terkemuka di Pekanbaru. Kisah perjalanan As-Shofa dari sebuah ruang pinjaman di lantai 2 sebuah masjid, dan gedung sekolah darurat yang disebut pengelolanya sebagai mirip "kandang kambing" hingga kini menjadi sekolah unggulan dengan kampus megah dan representatif dengan sederet prestasi, ingin ditulis dalam sebuah buku yang enak dibaca dan perlu. Saya pun diminta ke Pekanbaru, mengumpulkan bahan-bahan, mewawancarai banyak tokoh dan narasumber, hingga akhirnya buku itu benar-benar terbit pada bulan Mei 2011. Buku berjudul "As-Shofa : the School for the Future Winners, Kisah Perjalanan Sekolah yang Mendidik dengan Keunggulan untuk Memenangkan Masa Depan", dilaunching 2 Mei 2011, dalam sebuah acara semarak di Pekanbaru, menandai 20 tahun perjalanan sekolah itu.
Pengalaman menulis 3 buku biografi dan profil lembaga itu semakin memantapkan saya untuk terus belajar tentang penulisan biografi dan InsyaAllah akan menekuninya secara profesional. Sebagai pekerjaan selingan, selain mengajar di program studi Ilmu Komunikasi UPN "Veteran" Yogyakarta, saya merasakan asyiknya menulis biografi. Berjumpa dan berbincang dengan beragam tokoh yang menginsipirasi, mengunjungi berbagai tempat yang belum terinjak sebelumnya, menelusuri jejak sejarah, hingga mendapatkan tambahan penghasilan yang lumayan... Hehehe. (Biasanya orang yang memesan atau ingin dituliskan biografinya telah menyediakan dana yang relatif besar, sehingga penulis biografi akan dihargai secara pantas. Biasanya juga dibayar di depan, atau setelah buku selesai. hehe.) Di tahun 2012, seorang kawan menghubungi saya untuk menuliskan perjalanan hidupnya. "Saya ingin buku itu dibagikan saat saya ujian terbuka Doktor," begitu kira-kira katanya kepada saya ketika itu. Sukamta, seorang anak desa miskin dari Bayat Klaten, memang dikenal berkemauan keras. Tidak menyerah pada keadaan, dengan dendam positif pada kemiskinan, membuatnya berjuang keras menembus batas. Dari seorang buruh pabrik konveksi di Jakarta, ia berjuang menggapai gelar dokor di UGM. Alhamdulillah, buku itu benar-benar terbit saat Sukamta dinyatakan lulus sebagai doktor bidang Teknik Mesin di UGM, Senin, 27 Februari 2012. "Sukamta : dari Buruh Pabrik ke Doktor Mesin," judul buku itu. Dari proses menulis buku dalam waktu yang relatif singkat itu, saya juga belajar banyak dari Pak Kamto, begitu ia akrab dipanggil. Bahwa aneka ragam keterbatasan tidak seharusnya menjadi alasan untuk gagal meraih hak menjadi orang sukses.
Kini, di paruh waktu 2012, beberapa agenda penulisan biografi sudah tercatat dan ingin segera dituntaskan. Dari menulis biografi seorang politisi yang jadi anggota DPD RI, hingga berinisiatif untuk menulis biografi tokoh-tokoh ulama besar dunia Islam. Termasuk mengembangkan "Biograf Media". Wadah untuk sharing, mengembangkan ilmu penulisan biografi, hingga menerbitkan buku biografi. "Biograf Media", saya gagas dengan seorang sahabat, Bastian Yunariono, M.Si, dosen di jurusan Hubungan Internasional UPN "Veteran" Yogyakarta. Ada yang mau gabung, bareng-bareng belajar nulis biografi? Monggo, kita bisa berbagi makna dan inspirasi ! (**Subhan Afifi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya