Sejarah perkembangan design thingking dimulai pada awal tahun 2000 an. Saat itu istilah design thinking menjadi sangat popular dikalangan praktisi maupun akademisi. Namun, design thinking sebagai metode pemecahan permasalahan kreatif mulai diperkenalkan pada tahun 1980 an, dimana saat itu nama design thinking muncul dari akademisi Bryan Lawson (1980) dan Nigel Gross (1982) yang mengamati bagaimana para desainer seperti arsitek dalam memecahkan masalah dengan pendekatan dan pola pikir yang berbeda dari saintis dan imajiner. Mereka melihat bahwa para designer dalam memecahkan masalah berfokus pada masa depan dan selalu mencoba menciptakan sesuatu yang baru dibandingkan sekedar mencari solusi yang sudah ada sebelumnya. Â Kemudian, mereka juga mengamati bahwa ternyata designer lebih cenderung mengembangkan solusi dengan cara iterative (berulang) dibandingkan terlalu lama membuat solusi sempurna secara linear, dimana setiap iterasinya, designer selalu melibatkan masukan dan feedback dari pengguna. Berdasarkan pengamatan tersebut para akademisi mulai beranggapan bahwa pola piker designer sangat bagus dan cocok diterapkan dizaman modern karena sifatnya yang lebih kompleks, ambigu dan lebih dinamis yang disebut dengan istilah wicked problem. Hal ini dalam memecahkan masalah, kita tidak dapat bergantung pada proses pemecahan masalah yang linear atau solusi yang sudah ada. Kita harus mengembangkan pendekatan yang berbeda untuk menemukan solusi terbaru, mengembangkan pemahaman mandalam mengenai pengguna dan secara berulang mencari solusi yang tepat.
Pada tahun 1990 an, design thinking mulai memasuki dunia bisnis. Banyak perusahaan sudah mulai mengadopsi pendekatan tersebut. Perusahaan yang pertama kali melakukan adopsi design thinking adalah IDEO. IDEO adalah perusahaan desain dan konsultan dengan kantor di AS, Inggris, Jerman, Jepang, dan Cina. Didirikan di Palo Alto, California, pada tahun 1991. 700 staf perusahaan menggunakan pendekatan pemikiran desain untuk merancang produk, layanan, lingkungan, dan pengalaman digital. Perusahaan ini sukses mengadopsi design thinking untuk memecahkan masalah kompleks dalam konteks bisnis. Apa yang dilakukan mereka? Ideo menggunakan design thinking untuk membingkati ulang wicked problem  menjadi masalah yang berfokus pada manusia dan focus kepada apa yang paling penting bagi konsumen, sehingga mereka menciptakan berbagai produk yang sukses di pasaran.
Kemudian, pada awal tahun 2000 an, mulailah diterbitkan proses-proses design thinking yang dibakukan oleh civitas akademika. Misalkan IDEO mulai mempekenalkan design thinking dengan 3 proses yaitu Inspiration, Ideation, Implementation, selain itu universitas Stanford mempekenalkan design thinking dengan 5 tahapan yakni di mulai dari proses empathy, define, ideate, protptype, test, yang mana saat ini menjadi rujukan terpopuler dan paling sering digunakan.
Pada tahun 2010an, design thinking sudah menjadi  trend dalam dunia inovasi perusahaan. Banyak perusahaan mulai menggunakan pendekatan pola piker desaigner untuk menciptakan inovasi. Ditahun yang sama, design thinking mulai menjadi mainstream dan banyak bemunculan variasi- variasi baru, seperti yang dikembangkan oleh professor leanne liedtka dari university of Virginia's Darden School of Business  yaitu what it, what if, what wows dan what works. Semua perkembangan dan variasi design thinking yang muncul secara umum memiliki esensi yang sama namun hanya berbeda penyebutan.  Semua proses design thinking akan terus berevolusi untuk mengatasi wicked problem yang mana semakin hari permasalahan yang muncul semakin kompleks dan menantang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H