Mohon tunggu...
Money Pilihan

Dunia Menyambut Jalur Sutera Milenium Ketiga

11 November 2017   21:47 Diperbarui: 13 November 2017   20:37 1409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Nabi Muhammad SAW di masa remaja dan mudanya dapat dipastikan pernah menjadi bagian dari para pelaku perdagangan Jalur Sutera zaman dulu. Hal itu pula niscaya sebagai bagian sangat penting dalam proses pengembangan diri, sehingga Muhammad menjadi sosok berwawasan global yang paripurna. Oleh karena juga beliau sangat bersungguh-sungguh dan cermat. Pernah suatu ketika serombongan orang dari Oman menghadap Nabi, dan Nabi menanyakan tentang keadaan di sana sambil menyebut nama-nama tempat secara detil, dan orang-orang Oman tersebut pun sangat senang.

Sebenarnya ibarat semua orang sudah tahu, Jalur atau Jalan Sutera merupakan perhubungan perdagangan global dari ujung timur Asia hingga ujung barat Eropa. Spesifiknya, ketika Jalur Sutera dibuka secara resmi oleh Dinasti Han di Tiongkok sebagai yang paling ujung timur pada abad ke-3 SM, otoritas penguasa yang paling barat adalah Romawi. Kekaisaran Tiongkok (Han) dan Kekaisaran Romawi merupakan potensi pasar separuh penduduk bumi (49%) pada masa-masa tersebut.

Kekaisaran Han (206 SM -- 220 M) melaksanakan sensus penduduk di abad ke-2 SM dengan hasil jumlah penduduknya sebanyak 59.600.000 jiwa terdiri 12.360.000 kepala keluarga. Jumlah tersebut setara dengan 28% jumlah penduduk bumi saat itu. Sementara di Kekaisaran Romawi pada masa Kaisar Trajanus (abad ke-2 M) terdiri 70 juta penduduk, yang merupakan 21% dari penduduk bumi pada masa itu. Trajanus mulai berkuasa tahun 98 M pada usia 45 tahun sampai dengan meninggal dunia di tahun 117 M dalam usia 63 tahun.

Kekaisaran Romawi tidak identik dengan Eropa semata-mata, melainkan juga meliputi sebagian Asia dan Afrika. Wilayah Eropa mencakup yang sekarang menjadi bagian dari negara-negara: 1. Albania, 2. Andorra, 3.Austria, 4. Belanda, 5. Belgia, 6. Bosnia-Herzegovina, 7. Britania Raya, 8. Bulgaria, 9. Ceko, 10. Georgia, 11. Gibraltar, 12. Hongaria, 13. Italia, 14. Jerman, 15. Kroasia, 16. Liechtenstein, 17. Luksenberg, 18. Makedonia, 19. Malta, 20. Monaco, 21. Montenegro, 22. Prancis, 23. Polandia, 24. Portugal, 25. Rumania, 26. San Marino, 27. Serbia, 28. Siprus, 29. Slovenia, 30. Slowakia, 31. Spanyol, 32. Swiss, 33. Ukraina, 34. Vatikan, 35. Yunani.

Kekaisaran Romawi yang berpusat di Roma, juga mencakup wilayah Afrika yang sekarang menjadi bagian dari negara-negara: 36. Aljazair, 37. Lybia, 38. Maroko, 39. Mesir, 40. Tunisia. Sedangkan yang wilayah Asia, sekarang menjadi bagian negara-negara: 41. Arab Saudi, 42. Armenia (Asia-Eropa), 43. Azerbaijan (di persimpangan Eropa-Asia), 44. Irak, 45. Iran, 46. Israel, 47. Kuwait, 48. Lebanon, 49. Palestina, 50. Suriah, 51. Turki, 52. Yordania.

Kekaisaran Romawi berdiri tahun 27 SM, setelah era Republik yang berlangsung selama 500 tahun. Namun kemudian muncul pula Kekaisaran Romawi Timur pada 330 M, berpusat di Bizantium. Romawi Barat lenyap pada 476 M, sementara Romawi Timur berlangsung hingga lebih seribu tahun dan bubar pada 1453 M setelah Konstantinopel diduduki oleh Turki. Kota Konstantinopel sebelumnya bernama Bizantium, dan akhirnya Istanbul.

Pada masa Muhammad berniaga hingga ke Busra di utara, berarti pada masa Kekaisaran Bizantium atau Romawi Timur. Muhammad berdagang ke Suriah di utara ketika musim panas, dan ke Oman serta Yaman di selatan saat musim dingin. Di Busra tentu bersinggungan dengan para pedagang dari timur seperti Cina, India, Mongol, dan lain-lain, yang menempuh Jalur Sutera Utara. Demikian pula bersinggungan dengan pedagang-pedagang dari barat yang akan melanjutkan jalur sutera hingga ke Eropa Barat melalui Laut Tengah.

Banyak pasar internasional di selatan yang dikunjunginya, termasuk yang di ujung tenggara Oman pada tepian Teluk Oman dan Laut Arab. Juga di ujung barat daya Yaman di tepian Laut Merah. Di Pasar internasional Yaman itu tentu berhubungan dengan pedagang-pedagang dari Afrika. Sedangkan di pasar internasional Oman bersinggungan dengan pedagang-pedagang dari timur yang menempuh jalur sutera Tengah dan Selatan, seperti orang-orang India, Cina, Persia.

Sebenarnya pun dapat dipastikan beliau bersinggungan pula dengan -- atau setidak-tidaknya mengetahui adanya -- pedagang-pedagang di pasar-pasar internasional di selatan tersebut yang bukan orang-orang Persia, Cina, India. Tetapi karena saya, paling tidak menduga, bila mengatakan hal itu akan ada yang tertawa, lebih baik saya tak jadi mengatakannya, demi siapa pun yang mungkin menertawakan hal tersebut. Mengapa? Karena orang-orang yang dimaksud adalah para pedagang dari wilayah Nusantara Indonesia. Maka biarlah suara dalam diri ini menggelegak untuk diri saya sendiri saja.

Pada masa Nabi belum ada Jalur Sutera Laut. Tetapi sudah ada perdagangan via laut dari Nusantara Indonesia mengarungi samudera luas. Bahkan pelayaran itu hingga Accra, Ghana, di pantai barat Afrika melalui "Tanjung Harapan Baik", Afrika Selatan (Afsel). Dari Cape Town di Afsel hingga Accra di Ghana, jaraknya lebih kurang 7.500 km. Sebenarnya dari Ghana ke Maroko tinggal sekitar 5.150 km lagi, dan menyeberang selat Gibraltar sedikit lagi yang lebar sisi sempitnya hanya 14 km, sudah sampai di semenanjung Iberia (Spanyol/Partugal), tetapi pasarnya memang di Ghana.

Jalur perdagangan itulah yang kemudian dikenal sebagai Jalur Kayumanis. Jalur pelayaran untuk perdagangan yang spektakuler, mengangkut komoditas kayumanis dan rempah-rempah lain, oleh para pelopor dunia bagi penjelajahan samudera, yaitu pelaut-pelaut Nusantara Indonesia.

Ingat pendeta I-Tsing dari Cina yang bermaksud menimba ilmu ke Nalanda, India, dan bertahun-tahun tinggal di Sriwijaya pada abad ke-7? Bukannya pergi membawa kapal sendiri, dia itu, tidak seperti yang dilakukan Cheng Ho pada abad ke-15. Waktu itu I-Tsing menumpang kapal Sriwijaya.

Jalur Kayumanis sudah ada jauh sebelum Jalur Sutera Laut yang baru dicanangkan di Tiongkok pada abad ke-10 Masehi, pada masa Dinasti Song (960 -- 1279). Sementara penjelajahan samudera oleh bangsa-bangsa Eropa baru mulai pada akhir abad ke-15 atau awal abad ke-16.

Dalam tulisan "Perdagangan pada Masa Majapahit" oleh Drs. Slamet Pinardi dan Drs. Winston S.D. Mambo (dalam bunga rampai 700 Tahun Majapahit) diungkapkan, catatan sejarah menunjukkan, jalur laut Cina -- Indonesia -- India dikenal sejak abad I Masehi. Menurut P.Y. Manguin, kapal-kapal yang menghubungkan India dan Cina kala itu adalah kapal-kapal India dan Indonesia.

Saya menyampaikan ini terutama untuk mengingatkan diri saya sendiri, karena saya tahu, tak sedikit orang Indonesia yang serba mengecilkan hal-hal terkait adat-budaya-teknologi orang Indonesia. Mengenai hal-hal seperti itu, apakah akan mempercayainya? Belum tentu. Lebih-lebih lagi mengenai cengkih dan pala sangat mahal harganya di zaman Romawi, misalnya. Meskipun sebagai pihak dari golongan orang "pintar" atau kaum cerdik-pandai, niscaya mereka tahu, pada masa itu dipastikan tanaman cengkih dan pala di muka bumi ini hanya dapat ditemukan di Kepulauan Maluku.

Cengkih diidentifikasi sudah populer di kalangan bangsa Sumeria pada 2400 SM. Namun temuan arkeologis di Efrat Barat yang mendapati sebuah wadah berisi cengkih dan berkalender 1.700 tahun sebelum Masehi, jangan-jangan dipandangnya sekedar sebagai bualan pula. Kalau memang begitu, ya sudah, biarkan saja.

Nah, memang mumi Firaun Mesir diawetkannya dengan apa? Dengan rempah-rempah. Termasuk kamper atau kapur barus dan damar atau gaharu. Kamper dan damar yang juga hanya ada di Indonesia, diangkut ke Mesir menggunakan apa? Pasti dengan kapal laut.

Sebenarnya, dengan menyempatkan diri membuka-buka arsip ataupun berbagai data kesejarahan, pasti akan tidak inferior mentalnya. Ya, mudah-mudahan "mereka" makin ada kemauan untuk itu. Hal-hal yang disampaikan dalam tulisan ini pun sesungguhnya sudah menjadi pengetahuan umum.


Sejarah pun mencatat, diduga akibat kebijakan Ottoman yang menyebabkan terjadi penjajahan Eropa di mana-mana. Gara-gara larangan memperdagangkan rempah-rempah melalui Selat Bosporus melainkan harus melalui Mesir yang jadi wilayah kekuasaannya, dan Mesir memungut pajak sangat tinggi, membuat Spanyol dan Portugis serta kemudian negara-negara Eropa lain, mengorbankan apa pun demi bisa menemukan sumber rempah-rempah, dan mereka berhasil sampai di Indonesia.

Portugis lebih dulu sampai. Orang Portugis membawa sangat banyak cengkih ke Eropa, yang diperolehnya dari Maluku, dan mendapat keuntungan berlimpah dari perdagangan itu. Harganya tinggi sekali, 1 kg cengkih setara dengan 7 gram emas. Lalu Spanyol datang, Inggeris, Belanda, juga. Peperangan-peperangan diantara mereka benar-benar terjadi di Maluku, yang pada akhirnya Belanda unggul.

Bangsa Indonesia lebih dulu jadi pengarung samudera. Ingatlah pembuktian yang terjadi tahun 2003/2004, ketika kapal bercadik ganda pada relief Candi Borobudur diadakan wujudnya, digunakan untuk napak tilas pelayaran yang diperkirakan pernah terjadi di abad ke-8, betul-betul sampai di Ghana, Afrika Barat. Pembuktian itu dilakukan oleh orang Inggeris, namun tentu dengan para pembuat kapal dan awak kapal orang-orang Indonesia.

 Philip Beale, seorang mantan anggota Angkatan Laut Britania Raya, pada 1982 mengunjungi Borobudur. Melihat relief kapal yang ada pada beberapa bagian candi, terpikir olehnya untuk napak tilas perjalanan perdagangan laut zaman dulu, sebagaimana tergambarkan pada relief candi Borobudur tersebut.

Kapal pun dibuat di galangan kapal tradisional di pulau Kangean, sebelah utara Bali. Kapal Borobudur tadi lalu diberi nama Samudra Raksa, diresmikan di pelabuhan Benoa, Bali, pada 15 Juli 2003. Peresmian oleh Menteri Pariwisata dan Kebudayaan pada waktu itu, I Gde Ardika, bersama spesialis budaya kantor UNESCO perwakilan Jakarta, Philippe Delanghe.

Ekspedisi diberangkatkan oleh Presiden Megawati Soekarnoputeri dari Jakarta, 30 Agustus 2003. Enam bulan kemudian tiba di Accra, Ghana, pada 23 Februari 2004. Ini jalur perdagangan komoditas kayumanis dan rempah-rempah pada umumnya di zaman dulu banget. Melintasi Samudera Hindia melewati Maladewa, Madagaskar, Cape Town di Afrika Selatan, dan berakhir di Accra, Ghana.

Itu termasuk kapal kecil, sebenarnya, hanya berbobot 30 gros ton berkapasitas 15 orang. Ekspedisi dipimpin oleh Beale dengan nakhoda Kapten Laut I Gusti Putu Ngurah Sadana. Benar-benar sampai di Ghana, pesisir barat Afrika, dan di sana kapal Samudra Raksa dibongkar, lalu dibangun kembali untuk disimpan di Museum Samudra Raksa, tak jauh dari Candi Borobudur.

Masih perlu bukti lagi? Rupanya, pengalaman orang-orang Indonesia bila bertemu dengan orang-orang Madagaskar di luar negeri selalu menimbulkan kesenangan pada diri orang Madagaskar itu, karena dipandangnya sebagai saudara tua, ternyata memang begitulah adanya. Selama ini seolah-olah hanya karena bahasa Malagasi, bahasa nasional Madagaskar,  diidentifikasi sangat dekat dengan bahasa Maanyan, bahasa daerah suku Dayak di Kalimantan (yang sebenarnya banyak juga kesamaannya dengan bahasa Jawa), ternyata orang Madagaskar memang keturunan orang Indonesia.

Mengenai bahasa tadi, sebagai contoh, Bahasa Indonesia satu,bahasa Malagasi isa, bahasa Maanyan isa (bahasa Jawa lama: sa, ada juga: esa, bahasa Jawa baru: siji). Bahasa Indonesia dua, bahasa Malagasi roa, bahasa Maanyan rueh, (bahasa Jawa kuno: rwa, bahasa Jawa baru: loro atau ro seperti dalam ro-las = dua belas). Bahasa Indonesia tiga, bahasa Malagasi telo, bahasa Maanyan telu (Jawa: telu). Bahasa Indonesia empat, bahasa Malagasi efatra, bahasa Maanyan epat (Jawa: papat). Indonesia lima, Malagasi dimy, Maanyan dime(Jawa: lima). Indonesia enam, Malagasi enina, Maanyan enem (Jawa: enem). Indonesia tujuh, Malagasi fito, Maanyan fitu(Jawa: pitu). Indonesia delapan, Malagasi valo, Maanyan walu (Jawa: wolu). Indonesia sepuluh, Malagasi folo, Maanyan sepuluh(Jawa: sepuluh). Bahasa Indonesia seratus, bahasa Malagasi zato, bahasa Maanyan jatuh (Jawa: satus).

Bahasa Indonesia batu, bahasa Banjar batu, bahasa Malagasi vato, bahasa Maanyan watu(Jawa: watu). Indonesia bubu, Banjar lukak, Malagasi vuvu, Maanyan wuwu (Jawa: wuwu). Indonesia nama, Banjar ngaran, Malagasi anarana (Jawa: aran). Indonesia padi, Banjar nasi, Malagasi vary, Maanyan parei(Jawa: pari). Dan lain-lain.

Ternyata bukan hanya kemiripan bahasa saja yang menunjukkan ada hubungan orang Madagaskar dengan orang Indonesia. Sebuah sumber menyebutkan, orang Madagaskar berasal dari "induk" 28 wanita Indonesia dan dua orang wanita Afrika.

Pada Rabu, 11 Maret 2015, Prof. Herawati Sudoyo dari Eijkman Institute for Biology Moleculer menyampaikan kepada media, mengenai 28 perempuan Indonesia yang menjadi nenek-moyang orang asli Madagaskar. Dirinya bersama tiga orang peneliti lain asal Prancis, New Zealand dan Arizona, telah melakukan penelitian asal-usul orang Madagaskar sejak 2005 dan hasilnya sudah dirilis tahun 2012.

Penelitian melalui pencocokan DNA 2.745 penduduk Indonesia dengan DNA 266 penduduk Madagaskar. Hasilnya, memang orang Madagaskar keturunan orang Indonesia, dari 28 wanita Indonesia yang tiba di Madagaskar pada 1.200 tahun lalu.

Dengan fakta tersebut apakah masih ada yang suka meremehkan bangsa sendiri, masih ada yang tak percaya kalau bangsa Indonesia adalah pelopor kemaritiman dunia di zaman dulu?

Kedatangan 28 wanita Indonesia ke Madagaskar 1.200 tahun yang lalu itu ketika candi Borobudur sedang dibangun. Mungkin relief Kapal Borobudur sedang dipahat-pahat pula. Kapal tersebut terbilang kecil, sebenarnya, seperti telah disinggung di muka; hanya berbobot 30 ton dengan kapasitas 15 orang. Ada kapal yang lebih besar, dan lebih tua, kira-kira 200 tahun sebelum candi Borobudur dibangun.

Itulah kapal purba yang ditemukan di Punjulharjo, daerah Rembang, Jawa Tengah. Kondisinya masih utuh, ditemukan hari Sabtu tanggal 26 Juli 2008, oleh warga yang sedang membuat tambak garam. Diperkirakan berbobot 60 ton dengan kapasitas bisa sampai 24 orang. Sesuai hasil tes penanggalan carbon yang dilakukan di Amerika, kapal kuno tersebut berasal dari abad ke-7, atau kira-kira 1.400 tahun yang lalu.

BAIKLAH. Mengapa hal-hal tersebut harus dipaparkan secara panjang-lebar? Tidak lain untuk mengingatkan sekaligus menegaskan, bahwa bangsa Indonesia bukan bangsa ecek-ecek. Rakyat jelata Bangsa Indonesia adalah "pasukan" yang hebat. Kenapa mesti takut dengan Jalur Sutera? Disikapi saja keterkaitannya dengan berpikir besar, dalam pemikiran yang besar.

Dunia pun menyambutnya, yaitu menyambut kebangkitan Jalur Sutera, yang lebih tepat bukan dengan sebutan jalur sutera abad 21, melainkan Jalur Sutera Milenium Ketiga. Mesir membuat Terusan Suez Baru sebagai penambahan jalur terusan yang sudah ada, tak bisa dinafikan memang ada kaitan dengan hal tersebut. Terusan baru dimaksud mulai dibangun tahun 2014 dan selesai pada 2015. Tahun 2014 itu satu tahun setelah Presiden RRT Xi Jinping mengumumkan proyek jalur sutera abad 21 pada 2013, dan mengajak negara-negara lain ikut berperan.

Apalagi proyek memperbesar terusan yang menghubungkan Laut Merah dan Laut Tengah itu juga dibangun bersmaan dengan pembangunan enam terowongan di bawah terusan tersebut, serta 76.000 km persegi pusat industri, komersial dan logistik internasional di kedua tepi terusan. Proyek yang dimulai 5 Agustus 2014, selesai 23 Juli 2015, dan Terusan Suez Baru mulai beroperasi tanggal 6 Agustus 2015.

Arab Saudi pun sudah memulai proyek megacitybernama NEOM yang luar biasa. Proyek akan menelan biaya 500 miliar dolar AS atau Rp 6.800 triliun. Proyek mengubah 26.500 kilometer persegi gurun gersang menjadi kota raksasa ini, bakal mengembangkan investasi global dari Asia, Eropa, Afrika, dan Amerika. Arab Saudi juga akan membangun jembatan ke Mesir, menembuskan jalur distribusi menjelajahi benua Afrika.

Jalur Sutera darat yang sekarang dengan kereta api langsung, telah terjadi. Pada Januari 2017 kereta langsung pertama dari Cina tiba di Inggeris. Berangkat dari kota Yiwu menempuh 12.000 km, melintasi 7 negara, selama 18 hari perjalanan tiba di London. Pengiriman barang ke Eropa dinilai lebih mudah dibandingkan via udara ataupun laut.

ASEAN sebagai masyarakat ekonomi memiliki potensi pasar besar, dengan 625 juta jiwa penduduk, atau 8,8 persen penduduk dunia. Kalau tidak juga mengambil peran dalam kebangkitan Jalur Sutera Milenium Ketiga, mau jadi apa? (sbr, 10 November 2017)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun