Saya sempat mengalami sakit yang bisa dikatakan cukup serius, tetapi bersyukurlah hal itu sudah berhasil saya lewati. Gejalanya barangkali bisa juga dibilang memang dahsyat. Indikasinya, jalan 10 meter saja sudah tak kuat, dada nyeri; mengerjakan salat sampai 2 rakaat saja dada sudah terasa sakit nyeri banget. Usia saya 60 tahun (kelahiran 1957).
Saya menolak dibawa ke rumahsakit oleh keluarga. Saya khawatir akan mengalami ketidaknyamanan. Bukan tidak nyaman karena misalnya harus menjalani rawat-inap. Saya khawatir akan mengalami ketidaknyamanan bila umpama "bertemu" dokter lalu disampaikannya bahwa yang saya alami itu sebagai problem jantung. Saya berprinsip, oleh karena punya pandangan, bahwa yang saya alami tersebut merupakan problem pembuluh darah secara holistik.
Memang belum tentu kekhawatiran saya itu terjadi, namun apa pun yang namanya kekhawatiran sebaiknya diupayakan untuk dihindari. Kesimpulan, saya tidak pergi ke dokter, tidak ke rumahsakit, melainkan tetap di rumah. Juga tidak minum obat, tidak minum jamu atau racikan herbal, tidak juga menjalani terapi bekam dan lainnya, dalam berupaya melakukan penghusadaan "penyakit" yang saya derita itu tadi. Â Â
Saya, bila berjalan (di dalam rumah) lalu mengalami serangan nyeri pada bagian dada, saya pun segera duduk dan menghayati serangan nyeri tersebut. Kejadiannya, selalu dan selalu hilang lagi. Hitung punya hitung, tak lebih 15 atau 20 menit rasa nyeri dada itu sudah hilang lagi. Berarti apa? Berarti organ jantung saya enggak apa-apa, sehat-sehat adanya. Kalau memang organ jantung mengalami kerusakan, pasti rasa nyerinya akan menerus.
Hal yang pertama kali saya tanyakan kepada diri saya sendiri adalah, kenapa harus nyeri di bagian dada? Kalau hanya kekurangan oksigen, umpamanya, enggak usah nyeri, dong... Kalau memang terjadi penyumbatan pembuluh darah, misalnya, kalau penyumbatannya bukan pada bagian jantung, pasti tidak terasa nyeri di bagian dada.
Berarti ada gesekan di dalam pembuluh darah di tempat yang ringkih. Tetapi kenapa harus terjadi gesekan yang sebegitu rupa, sehingga timbul rasa nyeri? Berarti telah terjadi gesekan antara dua materi yang relatif kenyal, di organ yang ringkih, sehingga timbul rasa nyeri itu. Kalau begitu pasti darahnya kental. Oke, berarti darah harus diencerkan. Dengan apa? Jangan dengan tiner, karena itu khusus untuk mengencerkan cat yang berbasis minyak. Mengencerkan darah tentu dengan air.
Berlangsung monolog yang seru dalam situasi yang relatif bersifat darurat. Maka muncul rumus yang pertama, yaitu kurangi makan sebanyak-banyaknya minum air putih sebanyak-banyaknya, itu dulu. Setelah rumus tersebut saya jalankan, ternyata serangan-serangan yang sering datang jadi berkurang secara sangat berarti.
Saya percaya pada para ahli yang menyatakan, bila terjadi penyumbatan pembuluh darah, faktor makanan menjadi penyebab yang cukup besar. Maka lalu muncul rumus kedua, yang lebih sebagai aksioma atau dalil yang tak perlu dibuktikan kebenarannya. Yaitu, oleh karena ada material penyumbatan pembuluh darah berasal dari makanan, pasti Tuhan juga menciptakan makanan yang berfungsi meluruhkan material penyumbatan pembuluh darah yang berasal dari makanan.
Pertanyaan selanjutnya adalah, makanan apa sajakah yang berfungsi meluruhkan material penyumbatan pembuluh darah yang diakibatkan oleh makanan? Saya percaya pada para ahli yang menyampaikan manfaat macam-macam makanan, dan dapat dibaca melalui tulisan-tulisan di berbagai mediamassa. Ternyata banyak makanan yang berfungsi meluruhkan kolesterol, zat yang memang saya asumsikan merupakan unsur utama material penyumbatan pembuluh darah yang saya derita. Banyak, bahkan sangat banyak macam-ragamnya. Macam-macam jenis makanan yang sering disampaikan oleh banyak orang berkhasiat sesuai hal yang dimaksud, dalam obrolan sehari-hari, pun pada dasarnya tidak keliru.
Bagaimana menyangkut pilihan makanan? Saya mengharuskan diri memilih yang mudah didapatkan, ada di mana-mana, baik di kota maupun di desa. Maka pilihan pun jatuh pada TIMUN. Saya pada waktu itu memang sekaligus berpikir, apabila "percobaan" serta "pembuktian pandangan" ini membuahkan hasil positif, dan sekiranya ada yang bermaksud menerapkannya juga, segala sesuatunya serba mudah dilakukan.
Tentu bukan hanya timun, karena banyak sekali, dan saya pun memilih makanan-makanan lain sebagai pendukung timun. Saya terbiasa tiap pagi minum teh. Ternyata teh juga berfungsi meluruhkan kolesterol. E, ternyata jeruk nipis pun begitu. Ya sudah, tambah nikmatlah minuman pagi saya, teh dengan jeruk nipis, kadang-kadang juga dengan lemon. Makanan pendukung lain yang juga saya pilih adalah kacang.