Momentum peringatan hari lahir Pancasila tahun ini tanggal  1 Juni 2019  yang sangat berdekatan dengan perayaan Idul Fitri tanggal  5-6 Juni 2019 menjadi hal yang istimewa. Kedua peringatan tersebut dapat menjadi refleksi dan langkah baru bagi  segenap komponen bangsa Indonesia untuk merevitalisasi  kembali spirit kemanusiaan, solidaritas sosial dan persatuan bangsa.
Revitalisasi spirit persatuan menjadi sangat penting dan relevan bagi bangsa Indonesia pasca hiruk pikuk pesta demokrasi pemilihan presiden dan pemilihan anggota legislatif yang baru saja berlangsung dalam rangkaian yang cukup panjang setahun terakhir dan  dalam batas tertentu masih menyisakan  dampak pertentangan, konflik dan polarisasi masyarakat pada berbagai level.
Kepentingan politik kelompok atau elit kadang dibawa ke ruang-ruang publik diresonansi dengan isu-isu sosial-ekonomi bahkan  dalam beberapa kasus dimanipulasi dengan narasi-narasi provokatif  yang telah menjungkirbalikan logika dan emosi tanpa dukungan fakta empiris yang memadai.
Berita-berita hoak tali temali dengan kepentingan politik-sosial-ekonomi dan isu keagamaan mewarnai jagad maya utamanya melalui berbagai platform media sosial berbagai lapisan masyarakat yang kadang menyebabkan konflik opini dan dalam beberapa kasus bahkan menjadi konflik fisik. Konflik sosial dan politik telah membuat kita semua lelah, pada sisi yang lain  sesungguhnya juga tidak mendapatakan  kemanfaatan yang lebih baik.
Polarisasi masyarakat
Era digitaliasi informasi dan post truth era telah meluluhlantakkan  nalar publik, sesuatu yang dianggap benar  dalam banyak hal adalah sesuatu yang terus menerus disebarluaskan secara masif dan kadang diendorse oleh individu tertentu yang mampu mempersuasi publik meskipun sesungguhnya tanpa dukungan fakta yang mamadai (hard evidence).
Masyakat sering terseret,  terhasut dan mempercayai  isu-isu tertentu sebagai tali temali interest politik yang sering disangkutpautkan dengan unsur SARA.  Kebenaran yang dipahami dan dipercayai seringkali lebih didasarkan pada faktor emosional kelompok dan pribadi tanpa pertimbangan akal sehat dan dukungan data atau fakta empiris.
Sungguh kondisi-kondisi pada beberapa waktu terakhir di Indonesia sangat memprihatinkan dan menjadi perhatian semua komponen bangsa untuk dapat segera diselesaikan bersama.
Momentum peringatan hari lahir Pancasila dan perayaan Idul Fitri merupakan kesempatan yang sangat baik bagi seluruh komponen bangsa untuk menanggalkan ego pribadi, ego kelompok dan ego elit. Kita sebagai sebuah bangsa perlu melakukan berbagai upaya konstruktif untuk merajut kembali  spirit kemanusiaan, solidaritas sosial dan persatuan bangsa dengan menempatkan kepentingan dan kemanfaatan bagi kehidupan bersama sebagai dasar.
Momentum Revitalisasi
Secara historis, bangsa Indonesia merupakan masyarakat komunitarian yang tercermin dalam berbagai aktivitas kehidupan berlandaskan nilai dan prinsip gotong royong dalam berbagai dimensinya. Selama ratusan tahun, spirit gotong royong telah bertumbuh dan terkapitalisasi menjadi modal sosial bangsa (Subejo, 2011). Prinsip dan semangat gotong royong secara empiris juga tercermin dalam nilai-nilai Pancasila sebagai kristalisasi nilai-nilai dasar masyarakat Indonesia yang dengan sungguh-sungguh telah diperdebatkan dan dirumuskan oleh para founding fathers.
Perayaan  Idul Fitri membawa pesan moral yang penting tentang perdamaian, keselarasan dan harmoni sosial dan selanjutnya akan menjadi titik tolak untuk saling maaf memaafkan dan membangun kehidupan sosial yang harmonis. Hal ini juga akan menjadi modal kehidupan masyarakat yang stabil dalam berbagai aspek sehingga dapat menjadi katalis proses percepatan dan efektivitas pembangunan bangsa pada masa-masa mendatang.Â
Problem-problem utama pembangunan yang masih kita hadapi seperti kemiskinan, akses pendidikan, marginalisasi perempuan, keruskaan lingkungan, demokratisasi, penanganan bencana alam dan lain sebagainya dapat diatasi secara bersama-sama dengan dukungan tidakan kolektif seluruh komponen bangsa berlandasakan spirit gotong royong dan solidaritas sosial.
Era media baru yang mempercepat proses pembentukan cyber society (Holmes, 2012) memungkinkan pemanfaatan bebagai aplikasi internet dan platform yang dapat digunakan untuk mengkampanyekan kepedulian sosial dan empati masyarakat sehingga dapat terlibat mendukung berbagai program pembangunan dengan inisiasi pemerintah, swasta, NGO, kelompok sosial maupun individu yang kompeten.
Pemanafaatan aplikasi dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi untuk membangun spirit solidaritas sosial dalam aksi nyata keterlibatan berbagai pihak baik dalam wujud  pengumpulan dan akumulasi gagasan, tenaga, material, dana dan  kesempatan untuk membantu menyelesaikan berbagai problematika masyarakat.
Kita perlu untuk terus menerus membangun optimisme, segala pernik-pernik konflik yang telah berjalan selama ini akan dapat kita eliminasi bersama-sama sepanjang kita semua dengan segala kerendahan hati  dan keterbukaan bersungguh-sungguh melakukan tindakan kolektif untuk merevitalisasi empati, menempatkan kepentingan bersama dan keutuhan bangsa sebagai landasan tindakan kolektif kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H