Mohon tunggu...
Subarkah
Subarkah Mohon Tunggu... Buruh - Freelance

Suka nulis, suka nonton film, suka baca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tabir Gelap di Langit Singapura

20 Januari 2025   00:51 Diperbarui: 20 Januari 2025   00:51 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Aidan, senang sekali kau bisa datang," kata Vincent sambil menyodorkan gelas anggur.

Aidan memaksakan senyum. "Terima kasih, Vincent. Tapi, ada sesuatu yang ingin kubicarakan."

Mereka bergerak ke sudut ruangan yang lebih sepi. "Aku mendengar tentang pekerja ilegal di proyek kita," kata Aidan, mencoba menjaga nada suaranya tetap tenang.

Wajah Vincent berubah dingin. "Aidan, dunia ini tidak pernah sesederhana itu. Kadang, untuk mencapai sesuatu yang besar, kita harus menutup mata pada hal-hal kecil."

Aidan tahu, di balik kata-kata itu, ada ancaman tersirat.

Ketegangan mencapai puncaknya ketika Hana menemukan bukti yang menghubungkan Lila dengan Vincent. Dalam sebuah pertemuan rahasia di sebuah kafe kecil, Hana menunjukkan rekaman video kepada Aidan. Dalam rekaman itu, terlihat Lila sedang berbicara dengan Vincent tentang pengiriman pekerja baru.

Air mata Hana mengalir. "Aku tidak percaya, Aidan. Kakakku sendiri..."

Aidan menggenggam tangan Hana, mencoba menyalurkan kekuatan. "Kita akan menghadapi ini bersama."

Hari itu juga, mereka memutuskan untuk berhadapan langsung dengan Lila. Mereka menemuinya di sebuah vila megah di pinggiran kota. Lila menyambut mereka dengan senyum dingin, tetapi matanya menyimpan luka yang dalam.

"Lila, kenapa?" Hana bertanya dengan suara bergetar. "Kenapa kau memilih jalan ini?"

Lila tertawa kecil, tetapi ada kepedihan dalam suaranya. "Kau tidak tahu apa yang telah kulalui, Hana. Ketika aku melarikan diri dari rumah, aku tidak punya apa-apa. Orang-orang seperti Vincent memberiku kekuatan, meskipun itu berarti aku harus mengorbankan orang lain."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun