Pada suatu malam yang muram di Singapura tahun 1998, lampu-lampu kota berkilauan seperti bintang yang jatuh dari langit. Aidan berdiri di balkon apartemennya, memandangi cakrawala kota yang terus bertumbuh oleh hasil karyanya. Di balik keindahan itu, Aidan merasa kegelisahan yang sulit ia abaikan. Sebuah suara dalam hatinya berbisik, ada sesuatu yang tidak beres dengan proyek-proyek besar ini.
Kisah ini bermula saat ia bertemu dengan Hana, seorang aktivis lingkungan yang berapi-api. Dalam sebuah seminar tentang dampak pembangunan terhadap masyarakat lokal, Hana berbicara dengan penuh semangat. Ia menantang status quo, mengecam kebijakan pembangunan yang mengabaikan kemanusiaan. Aidan, yang awalnya hanya tertarik karena keberanian Hana, tak sadar bahwa pertemuan itu akan mengubah hidupnya.
"Aidan, tahukah kamu bahwa banyak proyek besar yang kita bangun ini berdiri di atas penderitaan manusia?" tanya Hana suatu malam di sebuah kedai kecil di kawasan Chinatown. Tatapannya penuh kepedihan, namun ada api yang membakar di baliknya.
Aidan mengerutkan kening. "Maksudmu?"
Hana mengeluarkan tumpukan dokumen dari tasnya. "Ini adalah bukti bahwa beberapa perusahaan konstruksi yang bekerja sama dengan perusahaanmu terlibat dalam perdagangan manusia. Mereka memanfaatkan pekerja ilegal, bahkan ada yang diperdagangkan untuk tujuan yang lebih gelap."
Ketika Aidan memeriksa dokumen-dokumen itu, darahnya membeku. Fakta-fakta itu jelas, tak terbantahkan. Namun, satu nama menarik perhatiannya: Lila.
"Siapa Lila?" tanyanya, mencoba menyembunyikan kegelisahan di suaranya.
Wajah Hana mengeras, dan ia menjawab lirih, "Lila adalah kakakku. Ia menghilang bertahun-tahun lalu. Aku mencarinya ke mana-mana, hanya untuk menemukan jejaknya di sini, di jaringan kejahatan yang sama yang aku lawan."
Dilema mulai menghantui Aidan. Sebagai arsitek, ia percaya pada pembangunan sebagai sarana untuk meningkatkan kehidupan manusia. Namun, kenyataan ini mencabik idealismenya. Bagaimana mungkin hasil karyanya menjadi alat bagi kejahatan yang menginjak-injak nilai kemanusiaan?
Sementara itu, Hana terus menggali lebih dalam. Penyelidikannya membawa mereka pada fakta mengerikan: Vincent, rekan bisnis Aidan yang dihormati, adalah tokoh utama di balik jaringan ini. Ia bekerja sama dengan Lila, yang kini menjadi salah satu pemimpin dalam jaringan tersebut.
Pada suatu malam, Aidan diundang ke pesta eksklusif di Marina Bay Sands, tempat Vincent sering menjamu tamu-tamu pentingnya. Suasana pesta dipenuhi musik klasik dan gelak tawa para pengusaha. Namun, Aidan merasa terasing. Ia sadar, di balik senyum ramah Vincent, ada jiwa yang gelap.