Mohon tunggu...
Subarkah
Subarkah Mohon Tunggu... Buruh - Freelance

Suka nulis, suka nonton film, suka baca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kenangan Manis di Pasar Kue yang Menggoda

29 Oktober 2024   01:00 Diperbarui: 29 Oktober 2024   01:13 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hawa pagi yang segar menyapa sekujur tubuhku saat memasuki pasar kue yang ramai. Gemuruh suara pedagang dan tawar-menawar pembeli mengisi udara, bersaing dengan aroma manis yang menggoda dari berbagai jajanan. Di sinilah, di tengah keramaian dan keceriaan, saya menemukan kembali kenangan yang telah lama tersimpan dalam relung hati. Namaku Ani, dan hari ini saya kembali ke tempat yang selalu membuatku merasa hidup.

Di balik tenda berwarna cerah, berjejeran kue tradisional yang menggoda selera. Ada kue lapis yang berwarna-warni, terbuat dari tepung beras dan santan yang lembut, serta kue cubir yang berisikan gula merah yang meleleh di dalamnya. Makanan ini, meski sederhana, mengingatkanku pada masa kecil ketika ibuku membawaku ke pasar kue setiap minggu. Saat itu, pasar kue adalah tempat pelarian dari kesibukan dunia luar,  sebuah dunia penuh warna dan rasa.

“Bunda, saya mau yang itu!” seruku, menunjukkan kue keranjang yang dihias dengan cantik. Senyuman ibu tak pernah pudar saat melihat antusiasme anaknya. Ia pun membelikan kue tersebut, dan kami duduk bersama di tepi pasar, menikmati setiap gigitan sambil berbagi cerita. Kenangan ini, meski sederhana, seolah terukir kuat dalam ingatan, menjadi pengingat akan kehangatan keluarga.

Sekarang, saya melihat sekeliling, bertanya-tanya apakah ada kue baru yang dapat menggugah seleraku. Tiba-tiba, seorang penjual dengan senyum ramah menarik perhatianku. “Mau coba kue jadul khas daerah saya?” tanyanya, menawarkan sebuah kue yang berbentuk bulat kecil, berwarna hijau dan diisi dengan kacang hijau manis. Tanpa ragu, saya mengangguk dan merasakan kue itu meledak di mulutku dengan rasa manis dan gurih yang seimbang.

“Ada banyak variasi di sini,” saya berbisik pada diri sendiri. “Kue tradisional selalu berhasil menghangatkan hati, tapi terkadang kue modern juga memiliki daya tariknya tersendiri.” Setiap sudut pasar menyimpan keunikan, dari kue tart yang dihias cantik hingga cupcakes yang menggemaskan. Namun, bagi hatiku, kue tradisional tetap menjadi yang terdepan.

Menjelajahi lebih jauh, saya teringat akan kue khas daerahku, kue putu. Kue yang terbuat dari tepung beras yang dikukus dengan isian gula merah ini menjadi identitas rasa dari tempat asalku. Setiap kali mencium aroma kukusan kue putu, nostalgia langsung datang menghampiri, mengingatkanku pada momen-momen indah saat bersantai dengan teman-teman sambil berbagi kue.

“Jangan lupakan kue talam!” seru seorang pengunjung di sebelahku, menunjukkan deretan kue talam yang berwarna hijau dan putih. “Ini kue favorit di sini. Rasa santannya yang creamy bikin nagih!” Dia kemudian menjelaskan bahwa kue ini terbuat dari tepung ketan dan santan, dengan tekstur yang lembut dan kenyal.

Dengan penuh semangat, saya mencoba kue talam yang ditawarkan. Rasanya benar-benar luar biasa! Sensasi lembutnya seolah menyatu dengan kehangatan pagi yang damai. “Di setiap daerah, pasti ada kue khas yang wajib dicoba. Di sinilah, setiap rasa menyimpan cerita,” gumamku dalam hati, teringat akan betapa beragamnya kekayaan kuliner di tanah air kita.

Bicara tentang pengalaman di pasar kue, saya teringat suatu hari yang berkesan saat mengunjungi pasar ini bersama sahabatku, Aril. Hari itu, kami berdua baru saja lulus dari sekolah dan merayakan momen tersebut dengan berburu jajanan. Dengan sepenuh hati, kami mencicipi hampir semua kue yang ada, tertawa, dan berbagi cerita seakan waktu tidak berjalan. Keceriaan itu seakan mengikat kami lebih kuat, meneguhkan persahabatan yang telah terjalin.

Tak lama kemudian, saya melihat seorang anak kecil dengan wajah ceria berlari-lari sambil memegang sepotong kue donat. Melihatnya, kenangan masa kecilku kembali hadir. Dulu, saat saya memegang kue donat yang sama, rasanya seperti memiliki dunia di dalam genggaman. Kue sederhana itu, seakan mampu menghadirkan kebahagiaan yang tak terhingga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun