Mohon tunggu...
Subarkah
Subarkah Mohon Tunggu... Buruh - Freelance

Suka nulis, suka nonton film, suka baca

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Bubur, Rasa, Cerita, dan Kenangan yang Tersaji dalam Semangkuk Tradisi

14 Oktober 2024   19:01 Diperbarui: 14 Oktober 2024   19:43 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain Bubur Cikini, Ayuning juga merekomendasikan tempat makan bubur di kawasan Dago yang menyajikan bubur dengan topping-topping tak biasa seperti keju dan daging asap. "Rasanya unik, sangat berbeda dari bubur yang biasanya kita temukan di tempat lain. Cocok untuk mereka yang suka mencoba sesuatu yang baru dan berbeda," jelas Ayuning, mengajak siapa pun untuk ikut merasakan petualangan kulinernya.

Bagi Ani, seorang ibu rumah tangga di Sukabumi, bubur adalah warisan keluarga. Setiap Minggu pagi, ia selalu membuat bubur ayam untuk keluarganya, melanjutkan tradisi yang diwariskan dari ibunya. "Setiap Minggu pagi, kami sekeluarga selalu sarapan bubur buatan sendiri. Resepnya dari ibu saya, tapi saya tambahkan sedikit modifikasi untuk menyesuaikan dengan selera keluarga," cerita Ani.

Resep bubur ayam Ani sederhana namun kaya rasa. Beras dimasak hingga lembut dengan kaldu ayam kampung yang dimasak bersama bumbu jahe dan serai, memberikan rasa harum dan segar. Ayam kampung disuwir halus, sementara kacang kedelai goreng dan kerupuk menjadi pelengkap yang wajib ada. "Rahasia bubur saya ada di kaldunya. Kaldu yang kaya akan rempah membuat buburnya lebih istimewa," jelasnya.

Bagi Ani, membuat bubur bukan hanya soal memasak. Lebih dari itu, ini adalah cara untuk merajut kebersamaan dan mempererat hubungan dalam keluarga. "Dulu ibu saya selalu membuat bubur setiap Minggu, dan sekarang saya melanjutkannya. Ini cara kami untuk tetap terhubung sebagai keluarga," ungkapnya penuh haru.

Dari Fahira yang merindukan kehangatan Tinutuan di Jakarta, hingga Taruna yang selalu menyempatkan diri sarapan bubur ayam di sudut jalan setiap pagi, kisah-kisah ini mengungkapkan bahwa bubur bukanlah makanan biasa. Setiap sendokan menyimpan cerita, baik tentang kenangan masa kecil, tradisi keluarga, hingga eksplorasi rasa di tempat-tempat baru.

Keberagaman bubur di Indonesia adalah cerminan kekayaan budaya kuliner kita. Bubur Manado yang menyehatkan, bubur ayam sederhana di Jakarta, hingga inovasi bubur dengan keju dan daging asap di Bandung, semuanya menunjukkan betapa beragamnya cara kita menikmati makanan yang sama. Dan di balik semua variasi ini, ada satu benang merah yang menyatukan semuanya: bubur adalah simbol kehangatan dan kebersamaan.

Pada akhirnya, bubur adalah lebih dari sekadar makanan. Di balik setiap mangkuk bubur, tersimpan cerita-cerita penuh makna. Bagi Fahira, bubur adalah penghubung ke kampung halaman; bagi Taruna, bubur adalah awal yang penuh kehangatan dalam setiap paginya. Ayuning menemukan petualangan rasa dalam semangkuk bubur, sementara Ani melanjutkan tradisi keluarga yang mengikat kebersamaan di meja makan.

Bubur mengingatkan kita bahwa makanan bisa menjadi medium yang menyentuh hati, menghubungkan kita dengan masa lalu, tradisi, dan orang-orang yang kita cintai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun