Mohon tunggu...
Subarkah
Subarkah Mohon Tunggu... Buruh - Freelance

Suka nulis, suka nonton film, suka baca

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tagar #Desperate, Strategi Baru Atau Tanda Putus Asa

12 Oktober 2024   05:09 Diperbarui: 12 Oktober 2024   07:13 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah ketidakpastian ekonomi dan tingginya tuntutan kompetensi, masuk ke pasar kerja menjadi tantangan yang berat. Salah satu fenomena baru yang muncul di kalangan pencari kerja adalah penggunaan tagar #Desperate di profil LinkedIn mereka---langkah yang mencerminkan keputusasaan sekaligus usaha terakhir untuk menarik perhatian perekrut.

Fenomena ini memunculkan sejumlah pertanyaan: apakah sulitnya mendapatkan pekerjaan kini semakin nyata? Apa yang melatarbelakangi penggunaan tagar ini? Dan yang lebih penting, apakah langkah ini efektif? Mari kita telaah lebih lanjut untuk mencari jawaban dan solusi.

Tidak dapat dipungkiri bahwa mendapatkan pekerjaan saat ini lebih menantang dibandingkan beberapa dekade lalu. Banyak faktor yang memengaruhi hal ini, mulai dari kemajuan teknologi yang menggantikan banyak pekerjaan manusia hingga kondisi ekonomi global yang tidak stabil. Bagi pekerja muda, persaingan sangat ketat, bahkan untuk posisi entry-level.

Pandemi juga memperburuk situasi, menyebabkan banyak perusahaan mengurangi tenaga kerja atau membatasi perekrutan. Hal ini membuat peluang semakin terbatas, dan para pencari kerja bersaing dengan kandidat yang lebih berpengalaman. Namun, ada faktor lain yang juga menjadi penghambat: ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki pencari kerja dan yang dibutuhkan perusahaan. Sementara pendidikan formal masih dianggap penting, dunia kerja saat ini lebih mengutamakan keterampilan praktis dan kemampuan adaptasi yang cepat.

Dalam menghadapi situasi yang semakin sulit, beberapa pencari kerja muda merasa perlu melakukan sesuatu yang berbeda untuk menonjol. Salah satu cara yang mereka pilih adalah dengan menambahkan tagar #Desperate di profil LinkedIn. Mereka berharap langkah ini dapat menunjukkan kejujuran mengenai situasi mereka, dan mungkin akan memicu simpati atau menarik perhatian perekrut.

Namun, apakah langkah ini benar-benar efektif? Di satu sisi, tagar tersebut mungkin mengundang perhatian perekrut yang menghargai keterbukaan dan keberanian. Dalam lingkungan yang kompetitif, di mana banyak profil LinkedIn terlihat penuh prestasi tanpa memperlihatkan sisi manusiawi, transparansi bisa menjadi daya tarik tersendiri. Perekrut mungkin melihat bahwa seseorang yang berjuang keras memiliki etos kerja yang kuat dan komitmen tinggi.

Namun, di sisi lain, ada potensi risiko. Dunia kerja yang kompetitif lebih mengapresiasi sikap percaya diri, ketangguhan, dan optimisme. Menunjukkan keputusasaan di ruang profesional bisa menimbulkan persepsi negatif---bahwa si pencari kerja kurang percaya diri atau tidak mampu menemukan solusi dalam situasi sulit. Hal ini dapat menurunkan daya tarik mereka di mata perekrut.

Bahkan, dalam budaya profesional, keputusasaan seringkali dianggap sebagai tanda kelemahan. Daripada memotivasi perekrut untuk membantu, tagar ini bisa membuat mereka mempertanyakan kompetensi atau stabilitas emosional si pencari kerja. Oleh karena itu, penggunaan tagar #Desperate harus dipikirkan matang-matang, terutama jika kita ingin menjaga citra profesional yang solid dan menarik di mata perusahaan.

Alih-alih menunjukkan keputusasaan, pendekatan yang lebih efektif untuk menarik perhatian perekrut adalah dengan menonjolkan nilai yang kita tawarkan. Perekrut cenderung tertarik pada kandidat yang mampu memberikan solusi, berinovasi, atau memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan perusahaan. Oleh karena itu, lebih baik fokus pada memperkuat profil secara positif daripada menekankan kesulitan yang sedang dihadapi.

Memperbarui profil LinkedIn secara proaktif dan strategis bisa menjadi salah satu langkah yang lebih efektif. Menambahkan kursus online yang baru diselesaikan, portofolio proyek terbaru, atau tulisan yang relevan dengan industri dapat menunjukkan bahwa kita tetap berusaha berkembang di tengah kesulitan. Langkah ini tidak hanya mencerminkan ketangguhan, tetapi juga inisiatif dan adaptabilitas, yang merupakan kualitas yang sangat dicari perusahaan.

Selain itu, menjaga jaringan profesional tetap aktif sangat penting. Terlibat dalam diskusi, mengikuti webinar, atau memberikan komentar yang relevan di LinkedIn dapat membangun citra sebagai seseorang yang bersemangat dan up-to-date dengan perkembangan industri. Semakin kita terlihat proaktif, semakin besar kemungkinan kita dilirik oleh perekrut yang mencari talenta potensial.

Pertanyaan yang sering muncul adalah, "Apa sebenarnya yang dibutuhkan perusahaan saat ini?" Dunia kerja telah banyak berubah. Dulu, gelar pendidikan dianggap sebagai syarat utama, namun kini keterampilan praktis dan soft skills menjadi lebih penting. Perusahaan tidak hanya mencari kandidat yang cerdas secara akademis, tetapi juga yang mampu berpikir kritis, bekerja dalam tim, dan beradaptasi dengan cepat.

Selain itu, dalam era digital, kemampuan untuk menguasai keterampilan seperti analisis data, pemrograman, atau desain grafis menjadi nilai tambah. Tren bekerja jarak jauh juga membuat kemampuan komunikasi, manajemen waktu, dan kemandirian menjadi sangat penting.

Sembari menunggu peluang kerja, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk tetap produktif:

  1. Mengasah Keterampilan Baru: Ikuti kursus atau pelatihan online di platform seperti Coursera atau Udemy.
  2. Mengembangkan Jaringan: Aktif di LinkedIn, terlibat dalam diskusi, dan bangun koneksi baru.
  3. Proyek Freelance atau Volunteer: Pengalaman freelance atau sukarela bisa menambah nilai dan memperluas portofolio.
  4. Membuat Konten atau Blog: Menulis artikel atau blog tentang topik yang relevan dapat menunjukkan keahlian dan passion.

Bagi banyak orang, perjalanan mencari pekerjaan penuh dengan tantangan. Penolakan bisa menurunkan semangat, namun setiap kegagalan memberikan pelajaran berharga. Pepatah mengatakan, "Kegagalan adalah guru terbaik." Ketika kita terus berusaha, setiap langkah kecil membawa kita lebih dekat ke tujuan.

Dalam kondisi sulit, sikap mental positif adalah kunci. Fokuslah pada perbaikan diri, terus belajar, dan jangan ragu meminta bantuan dari orang-orang sekitar. Dengan ketekunan dan kreativitas, kita bisa mengubah tantangan menjadi peluang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun