Mohon tunggu...
Subarkah
Subarkah Mohon Tunggu... Buruh - Freelance

Suka nulis, suka nonton film, suka baca

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menemukan Keseimbangan Hidup Sehat dengan Real Food

4 Oktober 2024   05:50 Diperbarui: 4 Oktober 2024   08:41 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalah ini sangat umum dihadapi banyak keluarga, terutama yang memiliki jadwal harian yang padat dan terbiasa dengan solusi makanan cepat saji. Mengubah kebiasaan makan yang telah tertanam bertahun-tahun bukan hanya soal menyediakan makanan sehat di meja, melainkan juga soal mengatasi resistensi terhadap perubahan.

Solusi terbaik untuk mengatasi tantangan ini adalah dengan mengenalkan real food secara perlahan dan kreatif. Anak-anak, misalnya, cenderung lebih tertarik pada makanan yang menarik secara visual. Kamu bisa memulai dengan memperkenalkan makanan sehat yang berwarna-warni dan menarik. 

Salad dengan potongan buah segar, sayuran berwarna cerah, atau roti gandum dengan bentuk lucu bisa menjadi cara yang efektif untuk menarik perhatian mereka. Dengan tampilan yang menggugah selera, anak-anak akan lebih mudah menerima perubahan pada makanannya.

Untuk lansia, penting untuk memperhatikan tekstur dan rasa makanan. Makanan real food yang lembut, seperti sup sayuran, ikan kukus, atau daging yang dimasak perlahan, bisa menjadi pilihan yang tepat. Tidak hanya menyesuaikan dengan preferensi mereka, namun juga memperhatikan kebutuhan gizi yang lebih tinggi pada lansia, seperti kalsium dan serat.

Salah satu cara kreatif lain untuk mengenalkan real food adalah dengan memasukkan unsur "kesenangan" dalam proses memasak. Libatkan anak-anak dan lansia dalam memasak atau menyiapkan makanan. Misalnya, ajak mereka memilih bahan makanan segar di pasar atau biarkan anak-anak membantu menyiapkan salad. Dengan melibatkan mereka dalam proses ini, mereka akan merasa memiliki keterlibatan dan rasa penasaran yang lebih tinggi terhadap makanan sehat yang disajikan.

Mengubah kebiasaan makan di keluarga memang membutuhkan waktu, namun dengan kesabaran dan pendekatan yang kreatif, hasilnya akan terasa dalam jangka panjang. Kunci dari kesuksesan ini adalah mengenalkan real food secara bertahap, sambil tetap memperhatikan preferensi rasa dan kenyamanan setiap anggota keluarga.

Di tengah semua upaya untuk memperbaiki pola makan, salah satu hambatan terbesar yang sering dihadapi adalah keterbatasan waktu. Kehidupan modern yang padat membuat kita merasa selalu dikejar-kejar oleh tenggat waktu. 

Bekerja dari pagi hingga sore, ditambah dengan berbagai tugas rumah tangga lainnya, membuat banyak orang merasa kesulitan meluangkan waktu untuk memasak makanan yang sehat. Makanan cepat saji atau olahan pun akhirnya dipilih lagi karena bisa disajikan dalam hitungan menit.

Kesibukan harian sering kali menjadi alasan untuk tidak memasak real food. Banyak yang merasa bahwa untuk menyiapkan makanan sehat dibutuhkan waktu yang panjang, tenaga yang lebih, dan bahan-bahan yang sulit didapat. Namun, sebenarnya ada cara untuk mengatasi masalah ini tanpa harus mengorbankan kesehatan keluarga.

Solusi atas masalah ini sebenarnya terletak pada perencanaan yang baik dan pilihan menu yang cerdas. Meskipun waktu terasa terbatas, dengan persiapan yang tepat, memasak real food tidak akan memakan waktu sebanyak yang dibayangkan. 

Salah satu strategi yang sangat membantu adalah meal prepping. Pada hari libur atau akhir pekan, kamu bisa mempersiapkan bahan-bahan makanan dalam jumlah besar, seperti mencuci dan memotong sayuran, merendam dan membumbui daging, atau membuat kaldu sayuran. Simpan dalam wadah kedap udara di kulkas atau freezer. Ketika hari kerja datang, kamu hanya perlu memasaknya tanpa harus memulai dari nol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun