Mohon tunggu...
Subarkah
Subarkah Mohon Tunggu... Buruh - Freelance

Suka nulis, suka nonton film, suka baca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menemukan Makna dalam Kesederhanaan

31 Juli 2024   15:00 Diperbarui: 31 Juli 2024   15:07 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Langit senja menyelimuti desa kecil tempat Kayla lahir dan dibesarkan. Ia duduk di hamparan rumput hijau, merenungi perjalanan hidupnya. Di balik senyum ramah dan sifat bicaranya yang banyak, Kayla menyimpan segudang pertanyaan tentang pendidikan agama yang ia pelajari. Hari ini, setelah bertahun-tahun mengembara di kota mencari jawaban dan arah baru, ia kembali ke desa.

Kayla, seorang gadis desa yang bersemangat, memutuskan pergi ke kota setelah menyelesaikan pendidikan agamanya. Dia ingin menerapkan semua ilmu yang telah dipelajarinya ke dalam kehidupan sehari-hari. Namun, kenyataan tidak selalu seindah harapan. Kehidupan kota penuh dengan rintangan dan godaan yang membuat Kayla merasa sulit mengamalkan ajaran agamanya.

"Kenapa semua ini begitu sulit?" batinnya. "Bukankah seharusnya ajaran agama memudahkan hidup kita? Apa yang salah dengan cara aku memahaminya?"

Di kota, Kayla bekerja sebagai asisten di toko buku milik Pak Ganda, seorang guru agama yang bijaksana. Pak Ganda memperhatikan kegelisahan di wajah Kayla dan sering mendapati Kayla mengeluh tentang betapa sulitnya menerapkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

"Saya sudah mencoba berbagai cara, tetapi kenapa semua ini tetap terasa berat?" batinnya. "Apakah ini memang jalan hidupku, selalu bertentangan dengan ajaran yang seharusnya menjadi panduan hidupku?"

Suatu hari, ketika mereka sedang menyusun buku-buku di rak, Kayla tak tahan lagi dan akhirnya bercerita tentang konflik batinnya kepada Pak Ganda. "Pak, saya merasa sangat kesulitan menerapkan ajaran agama yang saya pelajari. Semua terasa sangat rumit dan tidak praktis dalam kehidupan sehari-hari. Saya merasa kesal, marah, dan terkadang putus asa," curhat Kayla dengan suara bergetar.

Pak Ganda tersenyum bijak dan mengajaknya duduk di pojok ruangan yang tenang. "Kayla, pendidikan agama memang tidak selalu mudah diterapkan. Namun, cobalah melihatnya dari sudut pandang yang berbeda. Ajaran agama bukan hanya soal pengetahuan, tapi tentang bagaimana kita mengintegrasikannya ke dalam hati dan tindakan sehari-hari."

Kayla mengernyitkan dahi, masih bingung. "Tapi, bagaimana caranya, Pak? Saya sudah berusaha, tapi tetap saja sulit."

Pak Ganda mengangguk perlahan. "Kayla, terkadang kita terlalu fokus pada kompleksitas ajaran dan lupa pada esensinya. Cobalah mulai dari hal-hal kecil. Misalnya, dengan menyapa orang lain dengan senyum, membantu yang membutuhkan, dan menjaga tutur kata. Hal-hal sederhana ini sebenarnya adalah implementasi dari ajaran agama kita."

"Pak, saya merasa semakin jauh dari ajaran agama karena merasa tidak mampu mengamalkannya dengan baik. Kadang saya merasa gagal," ungkap Kayla dengan nada penuh kegelisahan.

Pak Ganda tersenyum hangat. "Kayla, setiap perjalanan spiritual memang penuh dengan tantangan. Jangan merasa gagal hanya karena tidak sempurna. Tuhan melihat usaha dan niat kita. Mulailah dari hal kecil dan biarkan perubahan itu tumbuh perlahan dalam dirimu."

"Apakah mungkin seumur hidup ini aku telah salah memahami?" batinnya. "Mungkin aku terlalu memaksakan diri untuk memahami hal-hal yang rumit, padahal bisa dimulai dari yang sederhana."

Pak Ganda melanjutkan, "Ajaran agama sebenarnya ada di setiap tindakan kita, Kayla. Misalnya, ketika kamu mendengarkan seseorang dengan penuh perhatian, kamu sudah melaksanakan ajaran agama tentang kasih sayang. Ketika kamu jujur dan adil dalam setiap tindakan, itu adalah wujud dari imanmu. Ketika kamu menahan amarah dan memilih untuk memaafkan, kamu sedang mengamalkan kesabaran yang diajarkan dalam agama."

Kayla terdiam, merenungi kata-kata Pak Ganda. "Jadi, ajaran agama bisa diterapkan dalam hal-hal kecil seperti itu, Pak?"

"Betul, Kayla. Hal-hal kecil yang kamu lakukan setiap hari itulah yang membentuk keseluruhan dirimu. Ajaran agama bukan hanya tentang ritual besar atau pengetahuan mendalam, tapi tentang bagaimana kita hidup setiap hari. Integritas, kesederhanaan, dan ketulusan dalam setiap tindakan adalah inti dari ajaran agama."

Mendengar penjelasan Pak Ganda yang sederhana namun mendalam, Kayla merasa ada cahaya baru dalam hatinya. Ia mulai mencoba menerapkan apa yang diajarkan oleh Pak Ganda. Setiap hari, ia berusaha untuk lebih ramah, lebih sabar, dan lebih peduli terhadap orang lain.

"Apakah mungkin aku telah menyulitkan diriku sendiri selama ini?" pikir Kayla. "Mengapa aku tidak bisa melihat semua ini dari awal?"

Lambat laun, Kayla merasakan perubahan dalam dirinya. Ajaran agama yang dulu terasa rumit kini menjadi bagian dari kehidupannya yang alami. Dia menyadari bahwa penjelasan yang rumit terkadang lebih diingat dan dihargai setelah dipelajari dengan susah payah, sedangkan penjelasan yang sederhana bisa saja diabaikan jika tidak dipahami dengan hati.

"Kenapa dulu aku tidak bisa melihat semua ini?" renungnya. "Mungkin memang benar, aku terlalu sibuk memikirkan betapa sulitnya ajaran agama, sampai lupa untuk menghidupinya dalam hal-hal kecil sehari-hari."

Setelah beberapa tahun, Kayla memutuskan untuk kembali ke desa. Dia ingin berbagi pengalaman dan pengetahuannya dengan masyarakat desa yang telah membesarkannya. Kehidupan di kota telah memberikan Kayla perspektif baru dan keyakinan bahwa ajaran agama bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak peduli seberapa sulitnya.

"Perjalanan ini memang penuh liku," pikir Kayla sambil tersenyum. "Tetapi setiap tantangan yang kuhadapi membentuk diriku menjadi lebih kuat dan lebih memahami arti sesungguhnya dari ajaran agama."

Di desa, Kayla menjadi panutan bagi banyak orang. Ia mendirikan kelompok belajar dan sering berbicara tentang pentingnya memahami esensi ajaran agama dengan hati. Pengalamannya di kota dan bimbingan dari Pak Ganda membentuknya menjadi pribadi yang lebih bijaksana dan reflektif.

Kayla menyadari bahwa perjalanan hidupnya adalah bagian dari rencana Tuhan. Setiap tantangan dan kesulitan yang dihadapinya mengajarkan satu hal penting: bahwa pendidikan agama adalah tentang perjalanan hati, bukan sekadar pengetahuan. Dengan begitu, Kayla berhasil mengubah jalan hidupnya dan memberi makna baru dalam penerapan ajaran agama dalam keseharian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun