[caption id="attachment_76936" align="alignleft" width="300" caption="Imam Feisal Abdul Rauf (sumber : pibillwarner.wordpress.com)"][/caption] Mengikuti perkembangan Islam di Amerika Serikat, rasanya kurang lengkap tanpa menyebut nama Feisal Abdul Rauf, Imam Masjid Al-Farah di New York. Selain dikenal banyak menulis tentang bentuk masyarakat muslim ideal, Feisal juga gigih mengaktualisasikan Islam yang dipahaminya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai pemeluk Islam, dia terus berupaya memberi contoh mengaktualisasikan ajaran Islam yang cinta damai. Di belahan dunia manapun ia tinggal, umat Islam harus bisa hidup berdampingan dan memiliki hubungan harmonis dengan pemeluk agama lain. Meski memiliki latar belakang pendidikan lulusan Master fisika plasma Stevens University Hoboken, New Jersey, pria kelahiran Kuwait 1948 ini, lebih banyak memfokuskan hidupnya untuk aspirasi agama. Feisal bekerja untuk membangun jembatan antara masyarakat Amerika, masyarakat Muslim Amerika dan dunia Muslim pada umumnya. “Dalam Imam Feisal Abdul Rauf, kami memiliki seorang Muslim yang dapat berbicara kepada orang-orang Barat dengan cara yang bisa mereka pahami,” kata penulis Inggris Karen Amstrong. Untuk memperkuat pejuangannya, pada tahun 1997, Feisal mendirikan American Society for Muslim Advancement,sebuah organisasi masyarakat sipil yang bertujuan mempromosikan keterlibatan positif antara masyarakat Amerika dan Muslim Amerika. Organisasi ini sekarang dipimpin oleh istrinya., Daisy Khan, arsitek interior professional asal Kashmir India. Feisal adalah anggota Dewan 100 Pemimpin Dialog Barat – Dunia Islam di World Economic Forum (WEF). Pada tahun 2003, Feisal mendirikan Cordoba Initiative , sebuah organisasi nirlaba yang terdaftar dengan kantor di New York dan Kuala Lumpur , Malaysia . Sebagai CEO Cordoba Initiative, Feisal mengkordinasikan proyek yang memiliki andil dalam menghubungkan dunia Muslim dan Barat. Sebagai sosok Muslim moderat yang kiprahnya bertujuan meningkatkan hubungan dunia Muslim dan Barat, sudah lebih puluhan tahun, kiprah Feisal mendapat dukungan masyarakat Amerika, baik Muslim maupun non Muslim. Namun belum lama ini, Feisal menuai hujan kritik di media Amerika, terkait rencananya membangun proyek Cordoba House. Pembangunan pusat kebudayaan Islam itu, berlokasi di bekas Burlington Coat Factory yang hanya berjarak dua blok dari Ground Zero, lokasi pengeboman World Trade Center (9/11) yang menewaskan lebih 2.700 orang. Sejumlah media Amerika bahkan menyebutnya dengan Proyek Masjid Titik Nol. Penentang proyek paling menghebohkan, adalah Pendeta Terry Jones, yang pernah mengancam akan membakar Quran. Bagaimana Feisal merespon kritik yang bertubi-tubi itu? Bagaimana kelangsungan proyek bangunan gedung 15 [caption id="attachment_76938" align="alignright" width="300" caption="Ground Zero di New York (sumber : nymag.com)"]
[/caption] lantai yang diperkirakan akan menghabiskan dana US$ 100 juta (Rp 900 miliar) itu? Menurut Feisal , para penentang rencana pembangunan proyak itu berasal dari kelompok anti Islam yang menggunakan media massa dan menakuti masyarakat tanpa menjelaskan maksud sesungguhnya pembangunan proyek itu. Sebagian diantara penentang, adalah politisi yang ingin menang dalam pemilihan umum sela di AS beberapa waktu lalu. “Tak banyak, sedikit saja yang berbuat begini. Mereka merasa tak nyaman dengan Islam,” ujar Feisal dalam wawancara khusus dengan Tempo di Jakarta pekan lalu. Sebagai warga AS, Feisal mengaku punya hak untuk mewujudkan proyek itu. Apalagi, berdasar empat kali survey, proyek itu mendapat dukungan masyarakat. Walikota New York City, Michael Bloomberg yang Yahudi juga mendukung. Proyek ini juga mendapat dukungan hampir semua lapisan masyarakat berbagai agama. Ada orang Kristen, Yahudi, Buddha, Hindu, bahkan dari orang atheis sekalipun. Mereka umumnya ingin ada pemahaman dan harmoni di tengah masyarakat yang memiliki beragam agama dan keyakinan. Feisal Abdul Rauf sudah 25 tahun bergaul dengan masyarakat New York City dan menjadi Imam Masji Al Farah yang berjarak sekitar dua kilometre dari lokasi Ground Zero. Selama bergaul dengan lingkungan sosialnya, Feisal mengaku mampu menjalin hubungan dengan baik, harmonis dan tidak pernah ada masalah. Menurut Feisal, Cordoba House bukan Islamic Center. Memang ada beberapa lantai yang direncanakan untuk tempat ibadah, tapi bukan hanya untuk umat Islam tapi juga ada tempat ibadah untuk penganut agama lain. Intinya, Cordoba House bukan cuma tempat ibadah, tapi tempat sosialisasi antara pemeluk Islam, Hindu, Buddha, Kristen dan sebagainya, agar mereka dapat terikat secara emosional. Dengan kedekatan emosional, masyarakat yang beragam agama dan keyakinan akan memiliki hubungan yang erat satu sama lain. Mereka dapat saling percaya, saling memahami dan dapat membangun persahabatan. “Inilah cara membangun saling pengertian yang diajarkan oleh Al-Qur’an,” katanya. Dengan misi tersebut, Feisal yakin pembangunan Cordoba House akan segera terwujud. Oleh karenanya, Feisal mengaku heran, mengapa ada orang yang menyalah artikan niat baiknya membangun proyek tersebut. Lucunya, sebagian orang yang mengkritik keras niat baiknya itu ( agamawan maupun politisi) justru datang dari orang-orang yang selama ini telah bekerjasama baik dengan dirinya. Oalah.. Hingga saat ini, Tim Feisal sudah berhasil mengumpulkan dana sampai US$ 50 juta dari total US$.100 yang direncanakan. Pembangunan Cordoba House sekarang dalam tahap menyelesaikan rancangan arsitekturnya. Seluruh desainnya sedang diselesaikan dan diperkiarakan memakan waktu satu setengah tahun. Setelah itu, pembangunan gedung diperkirakan akan memerlukan waktu selama dua tahun. Akhirnya, setelah menelisik sekilas sosok, pemikiran dan kiprah Imam Feisal Adul Rauf, saya baru sadar bahwa selama ini saya menjadi salah satu korban provokasi kelompok anti Islam melalui media Barat (juga dikutip berbagai media arus utama tanah air), yang membiaskan informasi pembangunan Cordoba House menjadi bangunan masjid Titik Nol. Setelah menelisik sekilas sosok Imam Feisal, saya sangat yakin pemikiran dan kiprahnya, akan mampu mewujudkan indahnya keberagaman di AS sekaligus meningkatkan hubungan harmonis antara dunia Islam dan Barat. Semoga, pemikiran dan kiprah Ustadz Feisal bisa dipahami para pemimpin AS khususnya presiden Barack Obama sehingga bisa menjadi inspirasi dan landasan mewujudkan perdamaian Palestina-Israel, sebuah konflik yang menjadi symbol inkonsistensi AS dalam ikut mewujudkan perdamaian di Timur Tengah. Dengan menelisik sekilas pemikiran, sosok dan kiprahnya seperti di atas, apakah Imam Feisal Abdul Rauf layak dinilai sebagai sosok pemicu rencana aksi pembakaran Al-Qur’an beberapa waktu lalu? Jawabnya terserah anda! Salam Kompasiana Imam Subari Sumber :
Tempo dan
Wikipidea Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Humaniora Selengkapnya