Mohon tunggu...
AR. Sholikul HaDI
AR. Sholikul HaDI Mohon Tunggu... Editor - adalah sebuah abnalisa ekspresi Billie ekfish - poengamat sosial kemasyarakatan , tinggal di Pasti jawa Tengah

Aquarius

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dasar Buku-buku, Sarana Vital Pembentukan Karakter

13 Juli 2021   16:01 Diperbarui: 13 Juli 2021   16:35 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BrantasMedia.ID _ Opini_ Sastra _ Terkadang saya berpikir buku-buku yang saya baca selama ini apakah berkembang atau begini-begini saja. Dalam artian apakah saya hanya penikmat realis, surealis dan sejarah, atau bacaan saya berkembang ke genre lainnya. 

Jika kalian bertanya apakah bacaan saya sejak SD sampai sekarang berubah genrenya, tentu iya. Tapi beberapa kawan seumuran saya masih ada saja yang membaca novel remaja, malah adik saya yang masih SMA kelas dua, sudah khatam "Dunia Sophie" karangan Gaarder yang notabennya buku tersebut lebih dikenal dikalangan para Mahasiswa Filsafat. Tentu contoh ini bukan berarti mengkerdilkan para pembaca yang saya maksut, tapi dua contoh yang saya sebutkan adalah contoh nyata sehingga muncul inisiatif tulisan sederhana ini.

Dari pengalaman saya pribadi dan contoh di atas, timbul  beberapa kejanggalan dan pertanyaan , apakah kita ini stag dan tidak berkembang dalam mengakses bahan bacaan. Ada yang tidak tumbuh, ada yang tidak berkembang, ada yang terlambat sehingga kita membonsai dalam bahan bacaan itu-itu saja. 

Apakah salah jika seseorang yang berumur tiga puluh an membaca novel remaja, pun anak yang berumur delapan belas tahunan salah jika membaca Das Kapital nya Marx? Tentu ini pertanyaan menarik, tapi jika kita pikir lebih mendalam lagi ada beberapa hal yang (Mungkin) melatar belakangi masalah ini semua. Lingkungan dan pendidikan formal kita menjadi sumber yang menjadikan kita tidak berkembang dalam hal bacaan.

 Pengamatan saya pribadi (Tentu ini tidak ilmiah sekali), sangat jarang saya temukan para anak-anak yang sekolahnya sampai SMA atau para Santri di sebuah pondok pesantren Tradisonal maupun Modern  (Contohnya anaknya Mas labib : Gus Nabil  di Lerespati Red.) yang hidupnya terus  di dalam pondok pesantren salaf , masih dapat membaca buku-buku semacam Metamorfosis dari  Kafka, Arus Balik nya Pram, bumi manusia  Haji Murat nya Tolstoy, Politik Kuasa Media karangan Noam Chomsky bahkan buku-buku karangan Francis Fukuyama dan Samuel Huntington.

 Tentu saja dari  alasan-alasan  di atas saya tidak mengada-ada, banyak dari mereka yang bahkan tidak tahu siapa penulis yang namanya sedang hangat di perbicangkan di jagad sastra, adik saya hanya mengenal para pengarang-pengarang besar dari kalangan arab, sedangkan kawan-kawan di desa saya hanya mengenal judul bukunya saja, penulisnya ? Kamu tentu dapat menebak jawabannya.  

Sekali lagi, contoh yang saya sebutkan bukan berarti mendiskreditkan beberapa pihak. Saya hanya bicara contoh bahwa lingkungan dapat membentuk pola bacaan kita apakah berkembang atau tidak. Alasan kedua adalah pendidikan formal, menjadi seorang pelajar yang setiap disiplin ilmu dan pendapatnya harus berdasar ilmiah ( Buletin ,Blog, Domain, Buku, Jurnal, Hasil Seminar dll) menjadikan kualitas dan akses bacaan pelajar menjadi sangat beragam, belum lagi jika para pelajar tersebut tergabung dalam kelompok diskusi, karya ilmiah remaja atau teater yang mengharuskan mereka semua kudu banyak rujukan dan studi kasus. Oke, sampai disini saya harap pembaca dapat membedakan dengan jelas apa yang saya maksud.
Selesai dengan faktor yang mempengaruhi akses bacaan, muncul lagi pertanyaan "Buku apa yang cocok dibaca oleh anak dewasa dan anak-anak?". Lha yo, pertanyaan yang bagiku membingungkan, bahkan jawabannya akan sama membingungkannya.
Sampai saat saya menuliskan ini, belum ada literatur ilmiah atau pendapat dari beberapa tokoh yang saya sepakati perihal bacaan yang cocok untuk orang dewasa dan anak-anak. 

Mengapa begitu sulit mengklasifikasikannya? Bagiku sederhana, ini bukan seperti kita sekolah  di  Madrasah Imbtidaiyyah atau MI setingkat SD ,di mana "Jika seorang anak tidur dan mimpi basah ,lantas kita sepakati bahwa anak tersebut sudahakil  baliq " atau " Jika ada Seorang perempuan haid dan dia sudah diwajibkan shalat lima waktu", tentu tidak sesederhana itu. Belum saya temukan ukuran baku anak di bawah dua puluh tahun harus membaca buku ini dan itu, pun sebaliknya.


Seperti  tulisan-tulisan saya sebelumnya, masalah bahan bacaan itu bukan  masalah sepele menurut  selera, Tapi harus bagaimana dan menyediakan bacaan seperti apa untuk pembentukan Karakter " juling' G" " eh berkualitas itu , sehingga dari fabel sampai dongeng semua sangat penting dalam poembentukan karakter dan jati diri . Saya akan berkata akan sangat Buruk  jelek ke buku yang kalian baca meski kalian mendaku buku tersebut fenomenal. Karena ukuran bacaan bagus dan tidak itu masalah personal, masalah selera. 

Saya bahkan penulis besar tidak dapat membuat penyamarataan, buku mana yang seharusnya dibaca anak dua puluh tahun ke bawah: Gaarder , dunia Sopy atau Tere Liye.   Semua Bahan bacaan yang adalah katanya ada pembatasan untuk orang dewasa tidak hanya ditentukan tebal dan berat bahasan pada buku tersebut,sebenarnya juga sangat efektif jika kita sajikan Kepada  anak  "ANAK Zaman KITA" sekalipun di satu sisi   kita sendiri yang menentukan, ke arah mana kita dan mereka  ingin berkembang bersama beriringan menuntut pemahaman mendalam dari sudut pandang mereka dan kita , namun dari sumur sumber yang sama yitu Buku dan tumbuh dalam hal bacaan. 

Jika sudah tahu, kita dapat menyusun semacam daftar , list buku-buku apa- apa yang akan kita sajikan kepada mereka menurut perkembangan  Zama dan dibaca selanjutnya. Mungkin sebagai Sedikit contoh, saya memiliki seorang kawan yang getol , katakan  Listya dan Hasti nahdiana yang dulunya ketika Sebangku kuliah sangat getol , rajin membaca dan bersowan di  Kuliah Kuliah diluar dan perpustakaan  di  kota Pelajar tempat kami mengkaji diri dari buku buku , terkadang saya sekali ingin mendalami peradaban-peradaban dunia,bersama mereka  cara yang dia-dia  lakukan ternyata sangat efektif  yaitu mepersilakan perkembangan fikiran Bebas sebebas bebasnya dan engan banyaknya kawan  bertanya ke Mereka  yang di anggap menguasai bidang tersebut, sehingga mereka dituntut semakin gigih membaca , ya atas dasar persepsi yang kita ciptakan seorang dua orang iti  Pakarnya Pakar   dengan membuat list Kegiatan mengkaji  buku apa saja yang harus dan sudah dia baca, kita saling bercerita , mengulas dan mengapresiasi pemahaman tentangnya . 

Artinya, kawan saya tahu Kawan saya ini seperti apa Pemahamannya terhadap apa yang mestinya dia baca. dia kunyah dan dia olah terus mana yang  dimuntahkan dan mana yang ditelan , dia tahu bagaimana mengembangkan Pengetahuan melalui bacaannya secara sadar dan pengetahuan itu terakomodir dengan sendirinya dalam alam bawah sadar ya ingat aku dengan kedua  temen di filsafat itu , sangat efektif mereka  belajar dan mengkaji buku , sehingga saya dibilangnya Repot repot amat mencatat , dateng saja di perpustakaan dan kunyah semua . karena saya terlalu suka menulis , ya apa saja . ditambah lagi dengan didirikanya Forum Journal Dinamika di fakultas Kami waktu itu sangat membantu .


Terlepasjenis  bukuapa dan  mana yang harus di baca orang dewasa dan anak-anak, ada hal penting yang (Mungkin) sering kita lupakan. Yakni berwatak kanak-kanak saat membaca buku. Anak-anak yang selalu penasaran, berusaha menemukan hal baru sehingga kita dibuat terkejut dengan rahasia  dunia.


Karena, pembaca yang tumbuh dan berkembang adalah tipikal pembaca yang memelihara roh anak-anak di dalam kepalanya. Yaitu roh ingin tahu yang sangat tinggi. Persis dengan apa yang disampaikan oleh Gaarder dalam buku   "Dunia Sophie",  filsuf abadi adalah anak-anak.

Sholikul Hadi , Alumni IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta , 1991

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun