Mohon tunggu...
Subagiyo Rachmat
Subagiyo Rachmat Mohon Tunggu... Freelancer - ◇ Menulis untuk kebaikan (titik!)

(SR Ways) - Kita mesti peduli dengan sekeliling kita dan bisa berbagi sesuai kapasitas, kadar dan kemampuan masing-masing sebagai bagian dari masyarakat beradab.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dunia Pendidikan Kita dan Penantian Akan Lahirnya Pemimpin Hebat Abad 21

22 Juli 2020   17:05 Diperbarui: 22 Juli 2020   17:09 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kini kita telah berada di ujung akhir dekade ke 2 abad 21- Milenium ke 3 dengan segala tantangan dan harapannya terhadap dunia pendidikan dan perpolitikan nasional, selalu kita nantikan akan lahirnya para pemimpin bangsa yang hebat, otentik dengan ketulusan kebangsaan sesuai konteks jamannya.

Habibie mengakhiri kepemimpinan nasional akhir abad 20 dalam transisi memasuki abad 21- mengawali era reformasi, sebuah transisi peralihan dari masa otoritarianisme orde baru menuju demokrasi pasca lengsernya Pak Harto Mei 1999. Gus Dur kemudian menggantikan Habibie dalam pergantian abad 20-21 untuk mengawali kepemimpinan nasional abad 21 memasuki era demokratisasi perpolitikan nasional melalui pemilu legislative yang diakhiri dengan pemilihan presiden dan wakil Presiden melalui MPR ( Majelis Permusyawatan Rakyat).

Dua dekade awal abad 21 ini kita telah mempunyai 4 presiden- Gus Dur, mbak Mega, SBY (2 periode), dan Jokowi sedang berjalan periode ke 2 insyaallah sampai dengan 2024.

Hikmah dan Pembelajaran Apa selama Dua Dekade awal Abad 21?

Era politik yang disebut era reformasi dan demokratisasi ini, telah begitu banyak memunculkan tokoh politik dan partai politik namun belum melahirkan pertarungan ide-ide yang mencerahkan tentang pembangunan dan politik kebangsaan, yang terjadi justru bagaikan perkelahian politik untuk perebutan pengaruh dan kekuasaan.

Gaya hidup hedonis dan politik biaya tinggi telah menghancur luluhkan tokoh-tokoh muda potensial dalam perpolitikan nasional yang berujung korupsi dan penjara. Politik Biaya tinggi menjadikan para pemodal mempunyai bargaining kuat dalam berbagai proses pengambilan kebijakan publik, termasuk dalam permainan politik yang banyak disebut sebagai politik kartel. Disinyalir banyak penumpang gelap dalam perpolitikan nasional.

Kepemimpinan nasional pada 2(dua) dekade awal abad 21 ini sepertinya belum mampu mengajak dan menggerakkan seluruh komponen bangsa dalam membangun kesadaran bersama untuk mencapai berbagai tujuan Nasional. Sementara tujuan nasional itu sendiri apa, mayoritas masyarakat saya kira selalu gagap ketika ditanyakan hal itu.

Perpolitikan nasional sepertinya masih saja gaduh dengan berbagai perkelahian dan perebutan pengaruh antar golongan dan partai politik, belum menghasilkan sebuah gerakan penyadaran bersama untuk membangun kesadaran bersama dalam pencapaian tujuan-tujuan nasional tertentu. Belum muncul adanya pemimpin dalam sebuah paket karakter kepemimpinan dan kenegarawanan grade-A, sehingga masyarakat menjadi gagap dalam melihat arah bangsanya sendiri. Negara dan Partai- partai politik rasanya juga mesti lebih bertanggung-jawab dalam menyiapkan kader para calon pemimpin.     

Bagaimana Peran Dunia Pendidikan?

Negara punya tanggung jawab besar untuk membuat stimulasi-stimulasi agar lahir calon-calon pemimpin masyarakat dan bangsa masa depan yang berkualitas. Kurikulum pendidikan untuk itu utamanya pendidikan dasar dan menengah harus berperan dalam menyiapkan generasi muda bangsa ini agar siap terjun di masyarakat dalam berbagai kapasitas, bakat dan minatnya- tak bisa disederhanakan hanya dalam sebuah konsep link & match.

Kurikulum pendidikan bukanlah sebuah konsep yang equal dengan sebuah konsep e-commerce yang sedang marak dalam dunia bisnis. Kurikulum pendidikan mesti didesain dan disiapkan secara terintegrasi dengan berbagai aspek kehidupan karena menyangkut manusia sebagai mahluk sosial yang kompleks dan kesesuaian dengan perkembangan peradaban masyarakat.

Kurikulum mesti dedesain secara komprehensif agar mampu memadukan secara baik antara kebutuhan pengembangan soft skill dan hard skill anak-anak didik. Hard skill lebih untuk melatih ketrampilan teknis agar bisa melakukan suatu pekerjaan (Kompetensi kerja), ini mungkin yang dikatakan agar nyambung dengan kebutuhan dunia kerja (link & match). Hard skill merupakan kemampuan spesifik yang dibutuhkan ketika harus melakukan pekerjaan tertentu, misalnya kemampuan program-program komputer, pembukuan, Bahasa asing, dan sebagainya.

Soft skill adalah kepribadian atau atribut bawaan masing-masing individu, seperti bakat kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, team work, attitude, etos kerja, kemampuan berpikir kritis dan kreatif- hal ini walau bisa dipelajari tapi tidak sebagaimana hard skill, pengembangannya mesti dengan terjun di masyarakat melalui kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler yang banyak berinteraksi dengan orang-orang lain dan lingkungan.

Di era kemajuan dan perkembangan teknologi yang begitu cepat dewasa ini, pengembangan hard skill anak-anak didik sudah barang tentu sangat penting guna menyesuaikan dengan perkembangan teknologi dan jaman, namun pengembangan soft skill anak-anak didik sungguh penting juga karena itu yang akan membangun kemampuan daya tahan dan daya juang untuk terus  hidup ( survival skill). Kemampuan inilah yang akan membangkitkan jiwa kepemimpian anak-anak didik di sekolah-sekolah.

Bagaimana Kepemimpinan Abad Ke 20 ?

Abad ke 20 bangsa Indonesia dalam konteks jamannya, telah melahirkan begitu banyak tokoh dan pemimpin hebat. Mereka lahir ketika “Nasionalisme Indonesia” belum matang bahkan mungkin malah relative belum terbentuk- mereka berkembang dalam tekanan era kolonialisme Belanda yang telah berabad bertindak represif dan exploitative terhadap bangsa, kekayaan alam dan masyarakat Nusantara.

Dalam situasi dengan segala keterbatasan sebagai bangsa terjajah, mereka tumbuh- berkembang dan melahirkan gagasan-gagasan besar tentang Nasionalisme dan Kemerdekaan. Mereka mampu membuat gerakan penyadaran bagi masyarakat sehingga mampu tercipta sebuah musuh bersama yaitu kebodohan, ketertindasan yang kemudian mengkrital menjadi sebuah ide nasionalisme dan gerakan kemerdekaan Indonesia. Dalam perjuangan panjang, berat dan berliku akhirnya atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa, tampilah Sang Dwitunggal Soekarno-Hatta atas nama rakyat Indonesia memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.    

Jika kita erujuk pada berbagai bacaan sejarah pergerakan kebangsaan kita, mungkin benar bahwa kesadaran “Nasional” kita baru muncul pada awal abad 20 ketika gerakan Boedi Oetomo yang diinisiasi dan didirikan oleh Dr Wahidin Soedirohoesodo, Dr Soetomo, dan kawan-kawan pada 20 Mei 1908 menjadi sebuah organisasi modern, kemudian DR Soetomo terpilih sebagai ketua, dan Bahasa Melayu dijadikan bahasa resmi organisasi.

Ketika itu mulailah gerakan pembebasan dan keinginan untuk mewujudkan Kemerdekaan Indonesia mulai muncul, sebuah gerakan nasional, gerakan kebangkitan kebangsaan dan munculnya kesadaran bersama bahwa kita mumpunyai tujuan bersama (common goal) yaitu Indonesia Merdeka dan kesadaran adanya musuh bersama (common enemy) yaitu Penjajahan yang sudah berabad-abad menguasai Bumi Nusantara.

Di sinilah kemudian dikatakan sebagai era lahirnya “Nasionalisme”, sebuah gerakan awal penyadaran terbentuknya sebuah kesadaran baru-kesadaran bersama dan cita-cita kemerdekaan. Sebuah model kepemimpinan awal abad 20 yang otentik dan penuh ketulusan perjuangan kebangsaan.

Berdirinya Boedi Oetomo dinilai sebagai tonggak sejarah kebangkitan pribumi untuk melawan kolonialisme, sehingga pada 1948 Presiden Soekarno menetapkan 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Selanjutnya bangsa ini bak air bah terus menerus melahirkan banyak tokoh dan pemimpin hebat dalam politik kebangsaan, pendidikan, sosial dan keagamaan. Sebagian diantara mereka adalah  HOS Tjokroaminoto yang sering disebut sebagai Bapaknya para bapak-bapak Bangsa, KH A. Dahlan pelopor pendidikan modern dan pendiri Muhammadiyah gerakan sosial dan keagamaan, Ki Hajar Dewantara bapak Pendidikan Nasional, Mohammad Hatta dan Soekarno, KH Hasyim Asy’ari Pendiri NU dan tokoh perintis kemerdekaan, Para Tokoh Soempah Pemoeda 1928 (Prof. Mr. Sunario Sastrowardoyo, Johannes Leimena, Soegondo Djojopoespito, Djoko Marsaid, M.Yamin, Amir Syarifuddin Harahap, WR Soepratman, Sarmidi Mangoensarkoro, Kartosoewirjo, Kasman Singodimedjo, Mohammad Roem, A.K. Gani,bernama, Sie Kong Liong dan Theodora Athia Salim), H. Agus Salim, Radjiman Wedyodiningrat, Soetan Sjahrir, Mohammad Natsir, Sjafruddin Prawiranegara, Sri Sultan Hamengkubuwana IX, Jendral Soedirman, Soeharto dan Habibie mengakhiri tokoh-tokoh Hebat Indonesia Abad 20.

Dunia Pendidikan Abad 21, Tantangan dan Harapan Pada Generasi Y, Z dan Alpha ?

Generasi Y (Generasi lahir 1981-1994) adalah generasi milenial pertama- mereka sudah sangat melek teknologi. Generasi Z yaitu anak-anak yang lahir 1995-2010 mereka adalah generasi yang dikatakan sangat tergantung pada teknologi, gadget dan media sosial. Kini sudah muncul lagi Generasi Alpha yaitu anak-anak yang lahir 2011- sekarang, dimana mereka sudah sangat familiar dengan gadget sejak dini.

Tantangan Dunia Pendidikan masa depan adalah bagaimana menyiapkan generasi yang sudah sedemikian akrab dan tinggi ketergantungannya pada teknologi sejak dini dengan kurikulum pendidikan yang bobot pengembangan soft skillnya, budi pekerti dan wawasan kebangsaan memadai agar mereka bisa berkembang dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai bakat kepemimpinan, empati, kreatifitas dan aspek-aspek sosial lain dalam dirinya agar mereka punya daya juang, daya tahan dan adaptasi terhadap lingkungan sosialnya. 

Kepemimpinan Nasional mendatang ada pada generasi Y, Z, dan Alpha. Kita membutuhkan kepemimpinan nasional mendatang yang hebat dan otentik, dengan sikap kenegarawanan grade A.

Wallahu A’lam Bishawab ( SR-Swasta, Tinggal Di Jakarta)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun