Kurikulum mesti dedesain secara komprehensif agar mampu memadukan secara baik antara kebutuhan pengembangan soft skill dan hard skill anak-anak didik. Hard skill lebih untuk melatih ketrampilan teknis agar bisa melakukan suatu pekerjaan (Kompetensi kerja), ini mungkin yang dikatakan agar nyambung dengan kebutuhan dunia kerja (link & match). Hard skill merupakan kemampuan spesifik yang dibutuhkan ketika harus melakukan pekerjaan tertentu, misalnya kemampuan program-program komputer, pembukuan, Bahasa asing, dan sebagainya.
Soft skill adalah kepribadian atau atribut bawaan masing-masing individu, seperti bakat kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, team work, attitude, etos kerja, kemampuan berpikir kritis dan kreatif- hal ini walau bisa dipelajari tapi tidak sebagaimana hard skill, pengembangannya mesti dengan terjun di masyarakat melalui kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler yang banyak berinteraksi dengan orang-orang lain dan lingkungan.
Di era kemajuan dan perkembangan teknologi yang begitu cepat dewasa ini, pengembangan hard skill anak-anak didik sudah barang tentu sangat penting guna menyesuaikan dengan perkembangan teknologi dan jaman, namun pengembangan soft skill anak-anak didik sungguh penting juga karena itu yang akan membangun kemampuan daya tahan dan daya juang untuk terus hidup ( survival skill). Kemampuan inilah yang akan membangkitkan jiwa kepemimpian anak-anak didik di sekolah-sekolah.
Bagaimana Kepemimpinan Abad Ke 20 ?
Abad ke 20 bangsa Indonesia dalam konteks jamannya, telah melahirkan begitu banyak tokoh dan pemimpin hebat. Mereka lahir ketika “Nasionalisme Indonesia” belum matang bahkan mungkin malah relative belum terbentuk- mereka berkembang dalam tekanan era kolonialisme Belanda yang telah berabad bertindak represif dan exploitative terhadap bangsa, kekayaan alam dan masyarakat Nusantara.
Dalam situasi dengan segala keterbatasan sebagai bangsa terjajah, mereka tumbuh- berkembang dan melahirkan gagasan-gagasan besar tentang Nasionalisme dan Kemerdekaan. Mereka mampu membuat gerakan penyadaran bagi masyarakat sehingga mampu tercipta sebuah musuh bersama yaitu kebodohan, ketertindasan yang kemudian mengkrital menjadi sebuah ide nasionalisme dan gerakan kemerdekaan Indonesia. Dalam perjuangan panjang, berat dan berliku akhirnya atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa, tampilah Sang Dwitunggal Soekarno-Hatta atas nama rakyat Indonesia memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Jika kita erujuk pada berbagai bacaan sejarah pergerakan kebangsaan kita, mungkin benar bahwa kesadaran “Nasional” kita baru muncul pada awal abad 20 ketika gerakan Boedi Oetomo yang diinisiasi dan didirikan oleh Dr Wahidin Soedirohoesodo, Dr Soetomo, dan kawan-kawan pada 20 Mei 1908 menjadi sebuah organisasi modern, kemudian DR Soetomo terpilih sebagai ketua, dan Bahasa Melayu dijadikan bahasa resmi organisasi.
Ketika itu mulailah gerakan pembebasan dan keinginan untuk mewujudkan Kemerdekaan Indonesia mulai muncul, sebuah gerakan nasional, gerakan kebangkitan kebangsaan dan munculnya kesadaran bersama bahwa kita mumpunyai tujuan bersama (common goal) yaitu Indonesia Merdeka dan kesadaran adanya musuh bersama (common enemy) yaitu Penjajahan yang sudah berabad-abad menguasai Bumi Nusantara.
Di sinilah kemudian dikatakan sebagai era lahirnya “Nasionalisme”, sebuah gerakan awal penyadaran terbentuknya sebuah kesadaran baru-kesadaran bersama dan cita-cita kemerdekaan. Sebuah model kepemimpinan awal abad 20 yang otentik dan penuh ketulusan perjuangan kebangsaan.
Berdirinya Boedi Oetomo dinilai sebagai tonggak sejarah kebangkitan pribumi untuk melawan kolonialisme, sehingga pada 1948 Presiden Soekarno menetapkan 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Selanjutnya bangsa ini bak air bah terus menerus melahirkan banyak tokoh dan pemimpin hebat dalam politik kebangsaan, pendidikan, sosial dan keagamaan. Sebagian diantara mereka adalah HOS Tjokroaminoto yang sering disebut sebagai Bapaknya para bapak-bapak Bangsa, KH A. Dahlan pelopor pendidikan modern dan pendiri Muhammadiyah gerakan sosial dan keagamaan, Ki Hajar Dewantara bapak Pendidikan Nasional, Mohammad Hatta dan Soekarno, KH Hasyim Asy’ari Pendiri NU dan tokoh perintis kemerdekaan, Para Tokoh Soempah Pemoeda 1928 (Prof. Mr. Sunario Sastrowardoyo, Johannes Leimena, Soegondo Djojopoespito, Djoko Marsaid, M.Yamin, Amir Syarifuddin Harahap, WR Soepratman, Sarmidi Mangoensarkoro, Kartosoewirjo, Kasman Singodimedjo, Mohammad Roem, A.K. Gani,bernama, Sie Kong Liong dan Theodora Athia Salim), H. Agus Salim, Radjiman Wedyodiningrat, Soetan Sjahrir, Mohammad Natsir, Sjafruddin Prawiranegara, Sri Sultan Hamengkubuwana IX, Jendral Soedirman, Soeharto dan Habibie mengakhiri tokoh-tokoh Hebat Indonesia Abad 20.