Mohon tunggu...
Subagiyo Rachmat
Subagiyo Rachmat Mohon Tunggu... Freelancer - â—‡ Menulis untuk kebaikan (titik!)

(SR Ways) - Kita mesti peduli dengan sekeliling kita dan bisa berbagi sesuai kapasitas, kadar dan kemampuan masing-masing sebagai bagian dari masyarakat beradab.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan featured

Saatnya Kita Jadikan Bulu Tangkis sebagai "Sport Icon" Indonesia

7 Juni 2020   07:30 Diperbarui: 1 Agustus 2021   07:30 1455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Ganda putri Indonesia Greysia Polii/Apriyani Rahayu pada semifinal badminton Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Plaza, Sabtu (31/7/2021). (Dok. NOC Indonesia via kompas.com)

Barangkali sudah banyak kita baca tulisan atau artikel tentang sejarah, kebesaran dan pasang surut prestasi bulutangkis Indonesia. Namun kali ini, saya ingin lebih melihat dari sisi bahwa Indonesia adalah Bulutangkis, itulah pesan awal yang ingin saya sampaikan. 

Ulasan sejarah panjang prestasi tentu sangat penting walau tidak begitu mendetail, karena hal itulah yang menjadi salah satu pertimbangan penting dan pantasnya bulutangkis menjadi Sport Icon Indonesia.

Di samping popularitasnya dan kesukaan masyarakat secara luas terhadap olahraga tepok bulu ini yang luar biasa. Juga demikian banyaknya tokoh hebat yang lahir dalam sejarah panjang perbulutangkisan kita, utamanya adalah pemain tapi ada juga yang bukan dari pemain.

Bulutangkis Indonesia itu bak Julius Caesar, seorang jendral Romawi ketika menang perang melawan Pharnaces dari Pontus dalam perang Zela abad 47 SM, dia mengatakan Veni Vidi Vici ( saya datang,saya melihat,saya menaklukkan). 

Apa hubungannya dengan Bulutangkis Indonesia? Bolehlah kita flash back ke tahun 1958, di mana untuk pertama kalinya Indonesia ikut dalam kejuaraan bulutangkis beregu dunia Thomas Cup.

Menjadi negara debutan yang sama sekali tak dilirik apalagi diunggulkan kemudian justru membuat kejutan dengan mengalahkan negara-negara tradisional bulutangkis yang telah mendunia kala itu Denmark, Amerika Serikat, Thailand, dan akhirnya Indonesia juara dengan mengalahkan Malaya (kini Malaysia) sebagai juara bertahan di final yang berlangsung di Singapura. 

Veni Vidi Vici! Ucapan Selamat kepada Indonesia, kabarnya juga datang langsung dari Sir George Alan Thomas seorang Legenda bulutangkis Inggris, 21 kali menjuarai All England pada 3 (tiga) nomor yg berbeda yaitu tunggal, ganda putra dan campuran.

Juga salah satu pendiri IBF (International Badminton Federation) 1934 dan penggagas kejuaraan bulutangkis dunia beregu putra yang kemudian namanya diabadikan sebagai nama resmi kejuaraan bulutangkis dunia beregu putra tersebut-Thomas Cup, mulai digulirkan pada tahun 1949. 

Malaya mencatat sejarah telah menjuarai piala Thomas 3 (tiga) kali berturut sejak pertama kali diselenggarakan tahun 1949,  sebelum akhirnya direbut Indonesia pada 1958. 

Indonesia kembali juara 1961, 1964,1970, 1973, 1976, 1979, th 1967 (Malaysia), kemudian 1982 (China masuk setelah ada penyatuan IBF dan WBF 1981-langsung juara), 1984 Indonesia kembali juara, kemudian 1986-1992 Indonesia absen juara, dan kembali juara pada 5 (lima) kali perhehelatan berikutnya secara beruntun 1994, 1996, 1998, 2000 dan 2002 terakhir Indonesia juara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun