Mohon tunggu...
Subagio Waluyo
Subagio Waluyo Mohon Tunggu... Dosen - Taruna

Subagio S Waluyo, Lahir di Jakarta, 5 Maret 1958, sudah berkeluarga (1 istri, 5 anak, dan cucu), Pekerjaan sebagai dosen di FIA Unkris (1988 sampai sekarang), Pendidikan Terakhir S2 Administrasi Publik, Alamat Rumah Jalan wibawa Mukti IV/22, RT003/RW017, Jatiasih, Kota Bekasi 17422

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Merdeka! Merdeka! Merdeka?

15 Agustus 2017   08:32 Diperbarui: 15 Agustus 2017   13:42 2368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama kurun waktu cukup lama (sekitar hampir delapan belas tahun) setelah kemerdekaan negara kita sampai dengan pengambilalihan Irian Jaya pada 1 Mei 1963 begitu banyak  perjuangan melawan kegigihan penjajah Belanda baik melalui pertempuran maupun berbagai perjanjian karena memang masih ada keinginan Belanda untuk menjajah kembali negara ini. Di luar itu, tidak sedikit juga pemberontakan yang dilakukan justru oleh sebagian bangsa Indonesia sendiri yang tidak puas dengan kebijakan Pemerintah Indonesia pada waktu itu. 

Perjuangan menghadapi melawan bangsa sendiri benar kata Bung Karno lebih sulit daripada menghadapi penjajah. Soekarno sendiri selaku Presiden RI yang berkuasa selama 21 tahun dijatuhkan karena adanya peristiwa Pemberontakan G30S PKI pada 30 September 1965. Jumlah korban jiwa sampai dengan tahun 1966 mencapai 500.000 orang. Yang terbanyak menjadi korban pada peristiwa itu di Jawa dan Bali (sumber).    

chikaviiero.blogspot.com
chikaviiero.blogspot.com
Merdeka?

Tanpa terasa sudah 72 tahun negara ini merdeka. Selama  72 tahun negara ini sudah tujuh kali mengalami pergantian kepala negara (presiden). Selama 72 tahun negara ini dapat dipertahankan kemerdekaannya. Mereka yang lahir yang bertepatan dengan kemerdekaan Indonesia, sekarang ini telah menjadi kakek-kakek dan nenek-nenek. Sudah jadi tua renta. Tetapi, negara ini tidak menjadi tua renta. Boleh-boleh saja manusianya yang lahir 72 tahun yang lalu tua renta. Kondisi fisik sudah jauh berkurang. Negara ini semakin tua justru fisiknya (sarana dan prasarananya) semakin baik. Dengan kata lain, negara yang kita cintai ini infrastrukturnya semakin baik. 

Di samping itu, kondisi negara ini semakin baik bukan hanya tersedianya infrastruktur yang memadai, tetapi dalam kehidupan politik kita benar-benar telah mengecap alam demokrasi yang demikian kondusif yang sebelumnya kita tidak pernah merasakannya. Begitu juga di bidang pendidikan, banyak anak bangsa yang telah bisa mengecap pendidikan tinggi. Di bidang ekonomi, banyak kalangan pribumi yang sekarang juga bisa bersaing dalam dunia bisnis dengan kalangan pebisnis dari manapun. Yang jelas, di semua sektor kehidupan bangsa ini telah benar-benar mengecap kenikmatan yang namanya kemerdekaan.

Berbicara tentang kemerdekaan yang sekarang kita benar-benar bisa nikmati, coba kita renungkan: apakah kita saat ini benar-benar merdeka? Apa arti sebuah kemerdekaan kalau pada 11 April 1967 Suharto selaku Presiden RI melakukan penandatanganan Freeport (lengkapnya: Freeport Sulphur of Delaware, AS) untuk penambangan tembaga di Irian Barat. Bertahun-tahun bangsa ini ditipu oleh mereka yang terlibat dalam penandatanganan Freeport tersebut yang ternyata bukan hanya tembaga yang dikeruk oleh Freeport tetapi juga emas dan perak. Inilah untuk pertama kali kontrak pertambangan yang baru dibuat. Jika di zaman Soekarno kontrak-kontrak dengan perusahaan asing selalu menguntungkan Indonesia, sejak Suharto berkuasa, kontrak-kontrak seperti itu malah jutru merugikan Indonesia. 

Setelah itu juga ikut ditandatangani kontrak eksplorasi nikel di Irian Barat dan di area Waigee Sentani (Irian Barat) oleh PT Pacific Nickel Indonesia dan Kementerian Pertambangan Republik Indonesia (sumber). Sejak peristiwa pertama penandatangan Freeport sampai saat ini sekian banyak penandatanganan perjanjian pengerukan sumber daya alam (SDA) dan mineral yang dilakukan pihak Pemerintah Indonesia dengan pihak asing (sebagian besar dengan AS) yang sama sekali tidak meningkatkan kesejahteraan rakyat karena semua tambang itu menjadi tambang para pejabat dan petinggi militer untuk memperkaya diri sendiri. Apakah kita ini benar-benar merdeka?

infografis: andri
infografis: andri
Kita bangga di masa Suharto berkuasa bahwa di masa Repelita I (dimulai 1 April 1969) membawa pertumbuhan ekonomi naik dari rata-rata 3% menjadi 6,7% per tahun. Pendapatan perkapita meningkat dari 80 dolar AS menjadi 170 dolar AS. Inflasi dapat ditekan menjadi 47,8% pada akhir Repelita I pada tahun 1974. Diteruskan setiap Pelita selalu ada laporan tentang perbaikan ekonomi. Tetapi, ternyata pada pertengahan 1997 terjadi krisis moneter (krismon) yang berujung pada kemarahan massa. Karena peristiwa itu juga, yang mengakibatkan Suharto harus lengser dari singgasana keprisidenannya setelah berkuasa lebih dari 32 tahun (sumber). Apakah kita ini benar-benar merdeka?

Pascareformasi yang seharusnya memberikan banyak harapan bagi seluruh lapisan masyarakat ternyata `jauh panggang dari api`. Artinya, apa yang kita harapkan hanya sebatas angan-angan. Di bidang politik, misalnya, kita memang benar-benar harus bangga sebagai negara yang dikatakan orang luar paling demokratis setelah AS dan Eropa. Tapi, tolong dicatat bahwa yang akan menjadi pemimpin di negara ini adalah orang-orang yang direstui pihak asing. Terutama mereka-mereka yang punya kepentingan terhadap negara ini. Mereka-mereka yang memiliki keinginan mengeruk kekayaan SDA dan mineral negara ini. 

Hal ini yang menjadi salah satu sebab, siapapun yang akan menjadi presiden Indonesia ke depannya, tak akan pernah mampu untuk mengubah perjanjian dengan mereka-mereka, penguasa imprealis, yang mengeruk kekayaan kita. Karena, jika presiden Indonesia siapapun dia, mulai berani mengutak-atik tambang-tambang para elite dunia, mereka akan menggunakan seluruh kekuatan politik dengan media dan militernya yang sangat kuatnya di dunia. Caranya, menggoyang kekuasaan Presiden Indonesia. 

Kerusuhan, adu domba, agen rahasia, mata-mata, akan disebar di seluruh pelosok negeri agar rakyat Indonesia merasa tidak aman dan tidak puas. Terakhir, tentu saja mereka akan meruntuhkan kepemimpinan presidennya sehingga sang presiden akan benar-benar jatuh dari kekuasaannya  siapa pun dia (sumber). Apakah kita ini benar-benar merdeka?   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun